Mohon tunggu...
Politik

Soal "Raja Jokowi", Tim Kampanye Jokowi Sedang Melawak?

17 November 2018   09:41 Diperbarui: 17 November 2018   10:08 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berhari-hari PDIP heboh sendiri soal poster dan spanduk rontek kampanye Jokowi yang berkostum Raja yang disebar di berbagai daerah di Jawa Tengah. 

Heboh sekali dan meminta perhatian public. Malah pake nuduh-nuduh ada sabotase lah, ada kampanye hitam lah dan sebagainya.  Ini benar-benar membuat masyarakat resah. Benarkah ada kampanye hitam untuk Jokowi?  Benarkah separah ini pertarungan pilpres 2019?

Fakta yang ada tercatat bahwa jumlah APK (Alat Peraga Kampanye) yang bergambar Jokowi berpakaian Raja sebanyak 85 ribu buah dalam bentuk poster, spanduk  dan stiker mobil.  Nilainya mungkin mencapai sekitar Rp. 4 Milyar.

Pemasangan poster dan lainnya dilakukan di tempat ramai. Apalagi pemasangan stiker-stiker di angkot-angkot di Boyolali dan sekitarnya.  Minimal butuh  belasan  jam dan  rentang waktu terang benderang (siang hari) untuk memasang stiker mobil di puluhan angkot-angkot di Boyolali. Belum lagi poster-poster dan spanduk. Tidak mungkin itu dilakukan hanya dalam 1-2 hari. Pasti lebih dari itu.

Dari 2 fakta tersebut saja sungguh tidak masuk akal bila ada tuduhan bahwa yang memasang Alat Peraga Kampanye adalah kubu lawan. 

Goblok sekali kalau lawan sampai mengeluarkan uang "Rp. 4 Milyar dan mengerahkan puluhan orang di siang hari selama 2 hari untuk memasang  alat-alat kampanye tersebut.  Pasti akan ketahuan dong yang masang siapa saja.

Tahun 2014 saat pilpres lalu memang ada Black Campaing untuk Jokowi. Ribuan tabloid/majalah mini disebar serentak pada saat subuh  hari di berbagai masjid oleh orang-orang tak dikenal.  

Ribuan tabloid yang berisi fitnah kepada Jokowi disebar subuh-subuh di berbagai masjid hanya butuh beberapa menit untuk menaruhnya di masjid-masjid. Kemudian pelaku langsung menghilang.

Meskipun demikian akhirnya ketahuan juga dan diproses hukum.  Yang melakukannya orang yang bekerja di Kantor Kepresidenan SBY.  Bukan kader Demokrat apalagi kader Gerindra ataupun PKS. Hanya seorang Hater PDIP saja.

Yang seperti itu memang merupakan Black Campaign.  Tetapi kalau poster, stiker Raja Jokowi disebut sebagai Black Campaign sementara barang-barang itu dipasang terang-terangan dan berhari-hari tentu saja yang menuduh  hal itu sebagai Black Campaign tidak mampu berlogika sama sekali. Hanya mengada-ada dan pasti ditertawakan oleh masyarakat luas.

Tuduhan lucu itu bukannya tidak direspon oleh Tim Kampanye Prabowo.  Direspon dan dibantah dengan mengatakan  tidak masuk akal Tim Prabowo bertindak bodoh seperti itu. Mau-maunya mengeluarkan uang banyak dan memasang kampanye untuk Jokowi sementara kampanye  Prabowo saja sangat butuh tambahan dana.

Tim Prabowo berkali-kali menyarankan lapor ke Polisi. Apalagi hampir semua polisi adalah teman-teman kader PDIP.  Saran itu ternyata tidak dilakukan. Katanya PDIP mau berkonsultasi dulu dengan TKN (Tim Kampanye Nasional) Jokowi.  Beberapa hari berjalan ternyata PDIP tidak kunjung melapor ke Polisi.

 Fakta selanjutnya akhirnya terbongkar bahwa yang memasang ribuan poster, spanduk dan stiker itu komunitas pendukung Jokowi.  Yang memasangnya adalah KAMI (Kaukus Anak Muda Indonesia) yang merupakan komunitas pendukung Jokowi yang sebelumnya rajin mengikuti acara-acara pendeklarasian relawan Jokowi.

Jejak digital Deklarasi KAMI sebagai pendukung Jokowi mudah dilacak.  Keikut-sertaan mereka dalam acara-acara yang  melibatkan Ketua GP Ansor, Ketua Umum AMPG (Golkar), Ketua DPP Nasdem dan Ketua  PKPI juga mudah dilacak secara digital. Akhirnya semua menjadi Lucu dan menggelikan.

Karena sudah  terlanjur melontarkan tuduhan bahwa  Atribut Kampanye itu dipasang oleh pihak lawan, Ketua DPP PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto malah mengatakan  KAMI bukanlah organisasi sayap PDIP.  KAMI tidak dikenal oleh TKN (Tim Kampanye Nasional) pusant dan TKD ('Tim Kampanye Daerah).  Hahahaha.

Dan akhirnya hari ini kembali lagi kelucuan terjadi. Kali ini bukan dari PDIP yang melawak melainkan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi. Hahahaha.  Semakin parah nih.

Abdul Kadir Kading ketua DPP PKB  yang merupakan Wakil Ketua TKN Jokowi  hari ini (17 November 2018) dari Detiknews disebut: 

Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin mencurigai ada pola terstruktur untuk menjatuhkan pasangan nomor urut 01 itu, khususnya Jokowi, lewat penyebaran poster-poster ilegal itu.

"Pola ini tampak terstruktur dan masif, penyebaran poster ilegal. Karena tidak dibuat oleh timses atau partai koalisi," ungkap Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding, kepada wartawan, Sabtu (17/11/2018).:

"Upaya ini dalam rangka membuat image bahwa seakan-akan Pak Jokowi hanya diusung oleh PDIP, yang faktanya ada sembilan partai pengusung-pendukung, dan memang ini upaya-upaya untuk menggerogoti, menggembosi Pak Jokowi," sebut Karding

Berbeda dengan  Karding,  TKN Jokowi lainnya malah  menganalisa ada Cukong yang bermain.  Hahahaha.

"Kalau hasil investigasi sementara, ada orang yang bayar untuk orang yang masang-masang poster itu. Orang yang nyuruh memasang itu mengaku dari salah satu parpol pendukung kita. Padahal bukan. Jadi, terakhir malah kita ada indikasi ada cukong yang bayar ini. Ini lagi kita terus cari. Jadi ada pemodal yang modali, bahasanya cukong," ungkap Direktur Komunikasi Politik TKN Jokowi-Ma'ruf, Usman Kansong, Jumat (16/11).   

Begitulah TKN Jokowi.  Mereka gemar sekali membuat heboh tanpa memikirkan dampaknya bagi masyarakat luas.

Lihatlah komentar-komentar di Detiknews.  Ada yang mengatakan itu pasti Genderuwo yang memasang.  Ada yang bilang pasti barisan sontoloyo sendiri yang masang kemudian bermain ketoprak  memakai busana seperti busana yang dikenakan Jokowi  dan seterusnya dan seterusnya.

Apakah TKN Jokowi dan PDIP tidak berpikir bahwa mereka akan ditertawakan masyarakat luas?

Sewaktu Kasus Videotron terungkap sempat ada tuduhan kubu Jokowi bahwa itu dilakukan oleh tim lawan karena mereka merasa tidak memasangnya.  Kali ini juga begitu, merasa tidak memasangnya lalu lawan yang dituduh.

Kita semua menyesali yang dilakukan TKN Jokowi dan PDIP.  Tuduhan-tuduhan tak berdasar ini hanya memanaskan situasi politik menjelang Pilpres 2019 saja.  Masyarakat diprovokasi untuk terbelah dengan cara-cara seperti ini.

Kalau memang merasa dirugikan dan yakin kubu sendiri  tidak memasangnya, mengapa tidak lapor polisi saja sejak awal.  Biarlah Polisi yang menyelidiki dan menyimpulkan hasilnya.

Kalau yang terjadi sekarang mah hanya ingin heboh saja.  Malah terkesan sedang  Playing Victim dan ingin mendiskreditkan lawan.

Jokowi sendiri yang akan dirugikan oleh Tim Kampanyenya.  Itu sudah pasti.

Done.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun