Mohon tunggu...
Politik

Prabowo Pasti Menang Karena Mereka Memang Tidak Ingin Memilih Jokowi

23 September 2018   05:33 Diperbarui: 23 September 2018   07:23 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini bukan sebuah analisa yang mengupas strategi tim kampanye masing-masing calon  tetapi hanya  mencoba menggambarkan bahwa kemenangan salah satu kandidat dalam sebuah kontestasi apakah Pilpres atau Pilkada sebenarnya  tidak selalu bersifat teori  seperti  yang sering dipropagandakan oleh para pengamat politik.

Mereka (para pengamat) bilang bahwa siapa yang menang adalah mereka yang berhasil menjual program kampanyenya,  yang berhasil men-solidkan Mesin Partai, yang berhasil  mengoptimalkan  isu yang diinginkan masyarakat,  yang berhasil mendekati hati rakyat dan lain-lainnya.

Secara pribadi saya mengatakn hal-hal itu benar tetapi itu hanya terjadi bila jumlah kontestannya lebih dari 2 calon.  Misalnya katakan ada 3 atau 4 kontestan  maka benar bahwa mereka akan bertarung dalam strategi kampanye untuk menarik simpati masyarakat pemilih. Mereka akan mencoba menawarkan program kerjanya, mengefektifkan mesin partai dan lain-lain sebagainya.

Akan tetapi bila Kontestan hanya terdiri dari 2 Pasang Calon dan salah satu calonnya adalah Petahana maka yang paling berpengaruh pemilih dalam menentukan pilihannya adalah :

  • Siapa yang pernah merugikan rakyat?
  • Siapa yang pernah menguntungkan rakyat?
  • Siapa yang pernah menyakiti rakyat?
  • Siapa yang sering terlihat arogan dan semena-mena?
  • Siapa yang terlihat sebagai pihak yang didzalimi dan lain-lainnya?

Dari pertanyaan-pertanyaan itu maka kecenderungannya adalah :  Yang menjadi Objek Penilaian adalah Sang Petahana.  Hanya Itu.

Kalau pengamat politik yang mengatakan Pilpres 2019 bisa dimenangkan oleh mereka yang sanggup meraih simpati kaum milenial dan Emak-emak karena 2 golongan itu pemilih terbanyak, maak saya katakan hal itu adalah teori omong-kosong belaka.

Kenapa begitu?

Karena yang bertarung adalah Petahana melawan 1 Penantangnya.  Jadi seperti yang saya sebut diatas, semua tergantung bagaimana penilaian masyarakat terhadap Sang Petahana.

Bila Petahana memang selalu menguntungkan rakyatnya terutama rakyat kecil yang merupakan jumlah pemilih terbanyak maka  peluang Petahana untuk menang kembali sangat besar.

Sebaliknya bila Pihak Petahana (disebut sebagai Rezim) ternyata selama ini terlihat tidak perduli dengan rakyat kecil,  terlihat  Arogan dan Semena-mena maka yang terjadi adalah masyarakat pemilih akan enggan memilihnya kembali meskipun disebut Prestasinya setinggi langit.

INGAT AHOK DAN SEPERTI ITULAH YANG AKAN TERJADI DI PILPRES 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun