Mohon tunggu...
Kebijakan

Harian Radar Bogor Digrudug Partai Pemerintah yang Arogan dan Anarkis, Apa Kata Dunia?

2 Juni 2018   22:50 Diperbarui: 2 Juni 2018   23:02 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Harian Radar Bogor Digrudug Partai Pemerintah Yang Arogan dan Anarkis, Apa kata dunia?

Hanya gara-gara sebuah berita koran dengan judul yang bikin Baper para elit dari partai Pemerintah, seketika itu juga gerombolan simpatisan partai tersebut langsung menggrudug kantor Harian Radar Bogor.

Rabu  malam tanggal 30 Mei 2018 puluhan orang berseragam PDIP merangsek masuk ke dalam kantor Media Radar di kawasan Taman Yasmin Bogor. 

Mereka berteriak-teriak mencari  wartawan yang menulis berita dan pimpinan redaksi  Tegar Bagdja.  Karena tidak berhasil bertemu, merekapun memaki-maki  pegawai-pegawai yang ada.  Tidak cukup sampai disitu, property kantor media tersebut dirusak oleh puluhan orang tersebut. Meja Rapat dirusak, kursi-kursi dibanting dan sebagainya. Salah seorang staff media sempat dipukul oleh oknum PDIP. Belum diketahui luka yang dideritanya.

Keesokan harinya (31 Mei 2018) Elit PDIP yang lain yaitu Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul mengatakan kalau hal tersebut terjadi di Jawa Tengah, kantor harian itu bisa saja rata dengan tanah. Kata-kata seperti ini bertendensi  melegalkan apa yang sudah dilakukan oleh puluhan orang PDIP yang menggruduk kantor Radar Bogor.  Dalam kalimat yang menyebut kuatir kantor media rata dengan tanah akibat memberitakan Gaji pejabat BPIP ini menyiratkan suatu intimidasi kepada media bahwa jangan main-main dengan PDIP.

Tidak puas sampai disitu, tanggal 1 Juni 2018 kembali massa PDIP mendatangi kantor Harian Radar Bogor. Malah kali ini 2 elite nya yaitu seorang Anggota DPR RI Diah Pitaloka dan Rudi Harsa Tanaya. Dengan membawa "pasukan"  yang cukup banyak, mereka  meminta Radar Bogor  meminta maaf secara resmi kepada Megawati atas berita dengan judul : "Ongkang-ongkang Kaki dapat Rp.112 Juta".

Begitulah ulah dari partai pemerintah. Partai yang memenangkan Pemilu 2014 dimana salah satu kadernya berhasil menjadi Presiden RI 2014-2019.

Yang lucu di negeri ini, ketika ada ormas yang melakukan tindakan anarkis maka  mereka-mereka yang merasa bermoral dan beradab  langsung berteriak-teriak mengecam dan meminta pembubaran ormas-ormas tersebut.  Tetapi ketika partai yang sedang berkuasa melakukan anarkisme, mereka yang suka berteriak-teriak itu diam seribu Bahasa.

Apa dipikir mereka sebuah media digrudug oleh partai yang berkuasa itu sebuah lucu-lucuan?

Elit-elit partai pemerntah itu kurang pendidikan atau bagaimana ya?  Apakah mereka tidak tahu aturan Pers dan fungsi Pers untuk bangsa ini?

Ketika ada salah satu media yang salah (dianggap salah) dalam memberitakan sesuatu, tentu ada cara-cara yang beradab yang bisa ditempuh.  Ada saluran Hak Bertanya ataupun Hak mengirimkan Somasi, ada Dewan Pers yang bisa memfasilitasi bila media tersebut perlu dilaporkan dan ada Pasal-pasal hukum yang mengaturnya bila memang telah menyangkut unsur pidana dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun