Mohon tunggu...
Politik

Memilih Cawapres Prabowo Itu Artinya Jokowi Takut Kalah di Pilpres 2019

24 April 2018   14:05 Diperbarui: 24 April 2018   14:16 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya tertawa baca berita barusan di detiknews. Ternyata serius juga partai-partai pendukung Jokowi ingin membuka opsi bahwa Prabowo akan di-Cawapres-kan. Hihihihi.

Dari Golkar sebagai kubu pendukung Jokowi, hari ini  Ketua DPR Bambang Soesatyo mengatakan  bila Prabowo bersedia menjadi Wapresnya  Jokowi maka itu akan  mampu meredam  gejolak perpecahan bangsa yang ada saat ini. Bamset juga mengatakan bila 2 kubu ini bersatu maka tahun 2019 bangsa ini langsung bisa berlari karena semua program Jokowi didukung semua pihak.

Yayayaaa...  sepintas memang yang dikatakan Bamset itu ada benarnya. Dua kubu besar yang selama ini bertikai akan mereda.  Tapi sebenarnya  sih mana ada omongang politisi yang bisa dipercaya. Hahahaha.  Semua politisi umumnya omongannya manis. Demi rakyat, demi bangsa ,  atau demi bakpao,  demi dedemit, atau demi apapun.  EGP.

Di luar manis tapi di dalam hatinya pasti ada Hidden Agenda. Kenapa begitu? Karena 99% Politisi itu tidak ada yang tulus.  Mulut dan hatinya biasanya bagaikan  Kutub utara dan Kutub Selatan. Wkwkwk.

Berkaca dari SBY yang punya Koalisi Gemuk dalam Pemerintahan terakhirnya, ternyata Jokowi juga mengkondisikan hal yang serupa.  Omong kosong saja ketika tahun 2014 Jokowi berkampanye dengan menggadang-gadangkan Koalisi Ramping dan Kabinet Profesional.  Faktanya saat ini semut juga tahu bahwa Kabinet Jokowi itu separuhnya orang-orang partai.  Koalisi Jokowi tidak beda dengan koalisi SBY.

Mengapa Jokowi harus punya Koalisi Gemuk  yang berimbas pada Kabinet berisi orang-orang Parpol?

Karena Jokowi tidak mau ada yang mengkritisi / melawan/ menentang Kebijaksanaannya ataupun langkah-langkah strategis yang diambil Jokowi.  Ketakutannya pada kondisi tahun 2014-2015 dimana ada kubu KMP vs KIH membuat Jokowi stress dan kehilangan kepercayaan dirinya.

Itulah yang membuat akhirnya Jokowi mulai Tidak Konsisten.

Tahun 2014 pada saat dilantik Jokowi bilang tidak boleh ada rangkap jabatan. Tapi faktanya tahun 2015-2016 Setya Novanto boleh, Puan Maharani , Olly Dodokambey dan lain-lainnya santai-santai saja untuk merangkap jabatan.

Waktu kampanye bilangnya mau bikin Koalisi Ramping dan Kabinet Profesional. Tapi faktanya kita lihat saat ini hampri separuh isi Kabinet isinya orang-orang partai. Bagaimana mau maju bangsa ini kalau Menteri-menteri  separuhnya tidak professional?

DALAM HATINYA MUNGKIN JOKOWI SUDAH MULAI MERASA GAGAL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun