Mohon tunggu...
Selsa Artika Ayujawi
Selsa Artika Ayujawi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Biology Student, Universitas Indonesia

A Learner

Selanjutnya

Tutup

Nature

Biologi Laut: Adaptasi Penyu Hijau terhadap Ketersediaan Makanan di Tempat Bertelur

15 Desember 2019   08:30 Diperbarui: 15 Desember 2019   10:18 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyu hijau (Chelonia mydas). Sumber: reeflifesurvey.com

Penyu hijau (Chelonia mydas) merupakan salah satu hewan yang melakukan migrasi jarak jauh dari tempat menetas ke tempat mencari makan yang jaraknya dapat terpisah hingga ribuan kilometer. Hal tersebut dilakukan karena pantai tempat menetas memiliki banyak ombak tinggi yang tidak sesuai untuk pertumbuhan makro alga maupun lamun yang menjadi makanan bagi penyu hijau. Maka dari itu, beberapa populasi penyu hijau tidak makan selama berada di tempat bertelur. Meski demikian, terdapat beberapa tempat bertelur yang tetap menyediakan makanan dalam jumlah yang mencukupi. Akibat perbedaan ketersediaan makanan tersebut, diduga terdapat variasi perilaku pada penyu hijau. Oleh karena itu, Hays dkk. (2002) melakukan penelitian dengan merekam pola aktivitas menyelam penyu hijau pada 2 lokasi yang berbeda untuk menguji adanya plastisitas perilaku pada penyu hijau.

Penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2000 hingga Juli 2001. Lokasi penelitian berada di Siprus dan Pulau Ascension. Di Siprus, tersedia makanan penyu berupa padang lamun, sementara di Pulau Ascension tidak tersedia. Untuk mengetahui distribusi kedalaman lamun, 12 transek sepanjang 500 meter dengan jarak antar transek masing-masing 350 meter dibentangkan ke arah laut dari Pantai Alagadi, Siprus Utara. Kedalaman laut diukur pada tiap-tiap transek menggunakan komputer SCUBA diving. Kemudian, Time depth recorder (TDR) dipasang pada karapas penyu hijau dan setiap TDR diprogram untuk merekam kedalaman setiap 5 detik. Sebanyak 10 penyu hijau pada masing-masing lokasi berhasil dipasangkan alat TDR.

Plastisitas Perilaku Penyu Hijau

Berdasarkan penelitian, penyu yang berada di Siprus menghabiskan 90% waktunya pada kedalaman kurang dari 4 meter, sementara pada penyu yang berada di Pulau Ascension persentase tersebut hanya 31%. Selain itu, rata-rata kedalaman penyu di Siprus adalah 2,7 meter, sementara di Pulau Ascension mencapai 9,5 meter. Dengan kata lain, penyu hijau yang berada di Siprus menghabiskan banyak waktu pada kedalaman yang dangkal, dimana pada lokasi tersebut tersedia cukup banyak lamun untuk dimakan. Sebaliknya, penyu hijau yang berada di Pulau Ascension lebih banyak beristirahat di dasar laut karena pada lokasi tersebut tidak tersedia makanan.

Kesimpulannya, penyu hijau melakukan adaptasi perilaku terhadap ketersediaan makanan di tempat bertelurnya. Terdapat perbedaan pola perilaku menyelam (dalam hal kedalaman) oleh populasi penyu hijau yang berada di Siprus dengan yang berada di Pulau Ascension. Hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan perolehan energi melalui makan ketika makanan tersedia dan meminimalisir hilangnya energi saat makanan tidak tersedia.

Referensi:

Hays, G.C. dkk. 2002. Behavioural plasticity in a large marine herbivore: contrasting patterns of depth utilisation between two green turtle (Chelonia mydas) populations. Marine Biology, 121, 985-990.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun