Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kata (Tidak) Terikat pada Makna

27 Agustus 2015   13:11 Diperbarui: 27 Agustus 2015   13:23 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita umumnya berpikir bahwa kata terikat pada makna, demikian juga dengan kalimat. Makna sebuah kata akan semakin terlihat bila sudah disusun dalam sebuah kalimat. Sehingga makna dalam sebuah kata juga ditentukan oleh pasangan kata tersebut dalam kalimat. Lalu muncul juga istilah semantik. Sebuah upaya bagaimana memaknai kata-kata bahkan mengikatkan kata pada makna. Namun ada sebuah pendapat menarik, yaitu bahwa kata tidak terikat makna.

Mari kita perhatikan kalimat ajakan berikut: "Yuk kita bersahabat."

Kata "bersahabat" mempunyai makna bahwa akan ada hubungan baik atau mungkin lebih antara satu orang dan yang lainnya. Rasa yang keluar dari kata ini bernilai positif. Kalimat "Yuk kita bersahabat" membawa ajakan yang menyenangkan. Ajakan untuk saling dekat satu dengan yang lain, saling menghargai satu dengan yang lain bahkan saling melengkapi satu dengan yang lain. Tunggu dulu! Benarkah demikian.

Pada keadaan kita berkenalan dengan seseorang, lalu orang tersebut mengatakan "Yuk kita bersahabat". Tentu ini ajakan yang menyenangkan terlepas apakah ada udang di balik rempeyek atau tidak. Siapa sih yang tidak senang mendapatkan teman baru, lebih-lebih kalau orang tersebut punya kelebihan tertentu. Atau bahkan kalau ada seorang artis atau orang terkenal mengatakan kalimat itu pada kita, tentu kita akan sangat bahagia.

Pada keadaan kita sebagai anak muda yang sedang dimadu asmara. Kita dekat dengan seseorang, kemudian kita menyatakan bahwa kita mencintainya. Lalu dia mengatakan "Yuk kita bersahabat". Wah! Sakitnya tuh di sini. Meskipun dikatakan dengan lemah lembut dan penuh khidmat, kalimat itu seperti sebuah belati menusuk hati kita. 

Pada keadaan kita bertemu dengan seseorang yang sangat kita benci. Orang itu selalu saja membuat kita marah, menangis bahkan kayak tidak punya harga diri. Terus habis dia ngerjain kita, dia bilang, "Yuk kita bersahabat". Ini akan sangat tergantung pada hati kita saat itu dan mungkin juga tergantung pada keadaan saat itu. Kita bisa menganggapnya dia memang ingin menghentikan kebiasaan dia menyakiti kita atau bahkan itu hanya awalan dari sakit-sakit berikutnya.

Nah, kalau sudah demikian. Kata "bersahabat" tidak hanya tergantung pada kata-kata yang lain dalam membentuk kalimat, juga tidak tergantung pada makna yang ada di kamus. Kata tidak terikat pada makna, apalagi rasa. Makna dan rasa akan hadir sesuai suasana dan hati kita saat menerima kata tersebut. Jadi kalau kita baca puisi, cerpen atau novel, sebenarnya makna dan rasa dalam cerita yang disampaikan hanya perwujudan lebih lanjut dari apa yang ada dalam hati kita. 

Jadi daripada kita berantem dengan kata, lebih baik "Yuk kita bersahabat".

 

-----
Ditulis oleh Ki Suki

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun