Mohon tunggu...
Benedicta Angelica
Benedicta Angelica Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Arsitektur UNPAR

Mahasiswa Arsitektur Unpar

Selanjutnya

Tutup

Money

Memajukan Indonesia Lewat Desain Arsitektur

17 Februari 2021   11:26 Diperbarui: 17 Februari 2021   11:30 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi biro arsitektur. Foto: designengine.co.uk

Di Indonesia, arsitektur sebagai bagian dari subsektor ekonomi kreatif masih diberi label elitis. Desain arsitektur masih kurang bernilai jual dan rendah peminat di negara sendiri. Masyarakat dan pemerintah masih lebih berorientasi pada kebutuhan yang lebih pokok, sementara desain di Indonesia masih sering menjadi prioritas nomor kesekian sehingga kualitasnya kurang diperhatikan. Mulai dari desain rumah hingga penataan pedestrian di kota-kota besar, keterlibatan arsitek dalam proyek lokal seringkali tidak signifikan dengan alasan penghematan biaya dan desain yang sederhana dan tidak spesial; cukup dengan satu desain yang berulang. Akibatnya, potensi desain arsitek di Indonesia kurang terekspos dan tidak maksimal karena kurang terfasilitasi oleh pengalaman. Padahal, Indonesia juga memiliki banyak insan dengan potensi kreativitas tinggi. Di lain sisi daya saing arsitektur Indonesia belum cukup kuat apabila disandingkan dengan potensi-potensi global. Perdagangan internasional dapat menjadi kesempatan bagi pekerja industri kreatif sektor arsitektur untuk meningkatkan kualitas daya saing internasionalnya, sekaligus memajukan kualitas arsitektur dan ekonomi di negaranya sendiri.

Arsitektur adalah salah satu dari 16 subsektor ekonomi kreatif, apabila mengacu pada peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015. Lingkupnya mencakup level makro (town planning, urban design, landscape architecture) maupun mikro (detail konstruksi dan desain interior), dan beberapa di antara kegiatan kreatif arsitektur berkaitan dengan jasa desain bangunan dan pengawasan konstruksi. Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi Industri arsitektur periode 2010—2013 cukup tinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi industri arsitektur 7,5%, pertumbuhan industri kreatif sendiri sebesar 5% dan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,1%. Hal ini menunjukkan industri arsitektur memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.

Perdagangan internasional artinya Indonesia berkesempatan untuk merespon konsumen internasional yang memiliki standar tinggi. Dengan adanya perdagangan internasional, terbuka peluang bagi para investor asing bermodal besar untuk menjalankan proyeknya di sini dan menggunakan jasa-jasa para arsitek Indonesia. Jasa konstruksi Indonesia banyak dipakai oleh proyek-proyek bermodal asing, baik proyek swasta asing (PMA) maupun proyek pemerintah dengan bantuan dana asing1. Tentunya, investor-investor asing akan mengharapkan arsitek-arsitek dengan skill yang tinggi, baik secara kemampuan desain dan konstruksi, maupun pada hal-hal yang menyangkut etika dalam bekerja dan profesionalisme untuk menjalankan proyek yang dimodalinya. Selain menggunakan ahli konstruksi asing yang berpengalaman, jasa arsitek lokal juga tentunya diperlukan karena mereka memiliki pemahaman lebih tentang budaya dan interaksi sosial di lingkungan tempat proyek tersebut berlangsung.

Di dalam keadaan seperti seperti ini, para arsitek di Indonesia “dipaksa” untuk meningkatkan kualitasnya karena pada akhirnya arsitek yang berkualitas tinggi yang akan tersaring. Selanjutnya, ketika bergabung dengan perusahaan jasa konstruksi, seorang arsitek akan mendapat pembinaan berupa tutoring oleh arsitek senior dalam perusahaan tersebut. Dengan begitu, para arsitek Indonesia dapat melakukan studi banding atau knowledge transfer, tidak hanya dengan mentornya, tetapi juga dengan tenaga ahli asing lain yang menjadi bagian dalam tim. Dengan adanya masukan dan evaluasi berulang terhadap kinerjanya serta pembiasaan terhadap sistem yang berlaku pada lingkungan kerja tersebut, diharapkan pengalaman arsitek Indonesia akan semakin matang dan dapat memenuhi standar internasional.

Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan memajukan wirausaha arsitektur yang dapat menampung tenaga kerja baru sekaligus memiliki daya saing. Dengan pengalaman yang didapat melalui kinerjanya bersama tenaga ahli asing, diharapkan kualitas dan sistem kerja tersebut dapat menjadi standar baru bagi wirausaha arsitektur Indonesia untuk meningkatkan profesionalitasnya. Dengan begitu, diharapkan usaha-usaha kreatif ini memiliki dapat bekerja dengan standar global dan mendapat rekognisi di pasar internasional. Hal ini tentunya akan sangat terbantu dengan adanya kerjasama internasional maupun regional, seperti dengan dilakukannya ASEAN Mutual Recognition Agreement, terbuka peluang bagi jasa-jasa arsitektur Indonesia yang sudah upgrade untuk dapat memasarkan dirinya dan menjadi komoditi ekspor.

Persaingan yang ditimbulkan dari adanya perdagangan internasional diharapkan tidak melemahkan usaha kreatif domestik, tetapi justru menjadi celah untuk menguatkan diri. Dengan masuknya tenaga asing yang berkualitas, potensi-potensi arsitektur di Indonesia secara tidak langsung mendapat kesempatan untuk belajar dan membenahi diri, sekaligus dapat menjadikan budaya lokalnya sebagai ciri khas yang menarik perhatian global. Rekognisi internasional yang diberikan pada potensi ini diharapkan dapat membuka mata masyarakat Indonesia pada potensi domestik yang selama ini belum banyak mendapat perhatian dari masyarakatnya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun