Mohon tunggu...
Anggun Kurnia Likawati
Anggun Kurnia Likawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Merupakan seorang mahasiswi dari salah satu perguruan tinggi di Bandung. Memiliki ketertarikan dalam kepenulisan, baik creative writing maupun scientific writing, sejak tahun 2019 silam. Saat ini, sedang berfokus pada bidang kepenulisan artikel mengenai kesetaraan gender, lingkungan, edukasi, dan topik lainnya yang masih mendukung perkembangan SDG's di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tanpa Garansi

30 Maret 2022   17:50 Diperbarui: 30 Maret 2022   18:35 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[revised ver.] 

Terasa lidah kembali getir terikat sumpah di hilir pekat. Akar-akar suntuk mulai singgah dan merajam tulang belikat. Embus napas cemas yang pula membisu, menuli, merangkak mundur menuju palung simpang-siur. 

Sedangkan, kau tahu apa? 

Hari-hari hanya diberangus rayap waswas, malam-malam disorak pekik ayam nahas. Kemarin tepat di bawah nadi, ditemani asap cerutu dan gingsul kirimu, metafora bibir dan kepalaku tulus tentang janji. Namun, tulus hanya sekadar tulus, tak perlu berasumsi sesuatu yang tak bergaransi. Karena kau pun begitu.

-Bandung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun