Hubungan antara anak dan orang tua adalah hubungan yang memiliki dasar penting dalam kehidupan seseorang. Ketika orang tua siap mengemban tanggung jawab menjadi orang tua, maka ia tidak hanya bertanggung jawab atas kebutuhan fisik anak tersebut, akan tetapi orang tua juga menjadi contoh dasar dalam penerapan emosional dan moral seorang anak hingga sampai anak tersebut beranjak dewasa. Interaksi yang terjadi sehari-hari, antara anak dan orang tua, menjadikan anak tersebut bisa belajar hal-hal yang mendasar, nilai-nilai yang baik atau buruk, serta bagaimana cara berinteraksi dan memperlakukan orang lain, itu juga menjadi bagian penyerapan dari orang tua kepada anak.Â
Namun, tentunya tidak semua hubungan orang tua dan anak itu berjalan dengan sebagaimana mestinya. Ada sebagian orang tua, ternyata menjadi awal anak mengalami luka emosional, akibat dari pengabaian, kekerasan, bahkan mendapatkan perlakuan yang buruk dari orang tuanya. Luka-luka yang terjadi ini, akhirnya menimbulkan trauma yang mendalam dan berkelanjutan, apabila tidak diatasi, sehingga anak tersebut dari waktu ke waktu, akan sedikit banyak terpengaruh dengan bagaimana cara orang tua, memperlakukan dirinya, sehingga di masa depan, ketika mulai dewasa ia menyerap hal-hal yang ia amati dari orang tua terhadap dirinya.
Berdasarkan penelitian yang berjudul "Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak" oleh Anis Agisty Wiguna dan Veva Tridyawati yang menjelaskan bahwa ternyata, pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak. Penelitian ini menemukan bahwa 76,5% anak yang mendapatkan pola asuh secara demokratis, maka dapat memiliki perkembangan yang berjalan dengan normal.Â
Selain itu, penelitian lainnya yang berjudul "Parental Influence on the Emotional, Moral and Social Development of Children" oleh Vandana Ferma, yang mana, ia menyoroti peran orang tua dalam perkembangan emosional, moral, dan sosial anak, dimana bahwa, interaksi dan pengamatan anak terhadap emosi orang tua itu, memiliki kontribusi lebih besar pada perkembangan sosial dan empati anak, dibandingkan dengan faktor genetiknya.
Sehingga, beberapa penelitian itu menunjukkan bahwa karakter, nilai-nilai, dan bagaimana cara orang tua berinteraksi kepada anak itu, ternyata dapat membentuk penyerapan di dalam diri anak tersebut, yang entah itu baik atau buruk, pada akhirnya, lambat laun secara tidak sadar hingga anak itu nantinya telah dewasa secara otomatis hal itu terbentuk dalam dirinya menjadi nilai-nilai, karakter, dan cara berinteraksi yang kemungkinan besar sama persis dengan bagaimana orang tua memperlakukan dirinya, sehingga ketika ia dewasa faktor-faktor itu menjadi akumulasi dari bagaimana orang tua mendidik anak tersebut selama ini.
Ini menunjukkan bahwa, apabila anak tidak memahami, dan mengerti, serta belajar untuk membedakan hal baik dan hal buruk, maka hingga ia dewasa perlakuan-perlakuan yang sebenarnya buruk dari orang tuanya itu, menjadikan anak tersebut terbentuk luka emosionalnya, yang akhirnya membawa dampak negatif terhadap karakter dan perilaku anak tersebut. Sehingga, kemungkinan besar, anak tersebut menjadi individu yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan atau pengabaian, sehingga ia membawa beban emosional yang berat hingga tanpa sadar itu akan tercermin ketika ia menjalin sebuah hubungan terhadap orang lain.Â
Namun, walaupun demikian, sebenarnya ada harapan untuk terjadinya perubahan, yakni anak tersebut perlu belajar untuk memaafkan orang tua dan menyelesaikan luka emosional di masa lalunya agar ia bisa bertransformasi menjadi individu yang lebih baik. Tentunya, memang memaafkan itu bukan berarti melupakan, atau membenarkan perlakuan buruk orang tuanya untuk diterima, akan tetapi yakni agar anak tersebut bisa belajar untuk melepaskan rasa sakit dan kemarahan yang sudah terpendam selama bertahun-tahun.
Maka, anak tersebut akan menjadi individu yang bisa belajar membebaskan dirinya dari beban emosional, dan dari sana akan membuka jalan dirinya menemukan hubungan yang lebih sehat dan positif terhadap orang lain. Oleh karena itu, sekiranya, kita bisa memahami bahwa hubungan antara anak dan orang tua itu bisa berdampak negatif terhadap anak itu sendiri bahkan hingga bisa menimbulkan dan mengakibatkan luka emosional yang diturunkan dari orang tua kepada anak.
Dari penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya juga maka bisa kita simpulkan bahwa luka emosional itu sangat dapat memengaruhi perkembangan karakter anak dan hubungannya terhadap orang lain, ketika di masa dewasa. Sehingga, penting untuk kita belajar berproses untuk memaafkan orang tua, yang tentu bukanlah hal yang mudah, tapi itu menjadi poin yang penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosional diri kita.Â
Oleh karena itu, perlu kita sadari bahwa, memaafkan orang tua adalah langkah awal untuk menyembuhkan diri dari trauma masa lalu, yang membentuk luka emosional di dalam diri seseorang. Tentunya, memaafkan dan mengampuni hal-hal yang terjadi hingga dahulunya pernah membentuk trauma dalam diri seseorang, perlu untuk dibebaskan dan lepaskan, yang mana, dampak baiknya terhadap perjalanan hidup seseorang adalah kamu akan menemukan transformasi diri, yang perlahan-lahan kian membaik, walaupun itu bukan hal yang mudah, namun itu adalah salah satu cara kamu bisa menemukan diri kamu untuk menjalani kehidupan menjadi lebih baik dan bermakna.
Sumber Referensi: