Mohon tunggu...
Anggit  Setya
Anggit Setya Mohon Tunggu... Buruh - Ademm Atii

Jangan lupa senyum dan bahagia untuk hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sholat, Tapi Kog?

1 Januari 2020   05:55 Diperbarui: 1 Januari 2020   06:07 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelumnya saya pikir bahwa dengan menjalankan sholat orang akan berkahlak baik dan berbudi luhur, sesuai dengan sebuah kalimat yang menjelaskan bahwa, sholat dapat menjauhkan kita dari perbuaatan nahi dan mungkar. Akan tetapi, mengapa tidak sedikit dari mereka yang mengerjakan sholat 5 waktu masih berani-beraninya mencuri, membunuh, memfitnah ataupun melakukan perbuatan buruk lainnya?

Sering saya temui orang yang dengan enaknya berbicara mengenai perihal kebaikan dalam beragama, namun diluar apa yang dibicarakan, perilakunya tidak selaras dengan apa yang di sampaikan. Dengan gaya yang di kenakan memakai pakaian menunjukan bahwa dia adalah seorang agamis, akan tetapi di sela-sela perkataan, dia mencela golongan lain dan mencap golongan dirinyalah yang terbaik dan diterima oleh Tuhan.

Semua itu tidak ada bedanya dengan sebuah bingkisan yang saya terima kemarin dari salah seorang teman. Dari luar, saya perhatikan baik-baik hadiah yang ada ditangan ini terlihat wah dan indah, setelah saya buka dengan perlahan ternyata oh ternyata, ekspetasi saya terlalu berlebih dan tidak sesuai realita. Saya pun terasa di prank olehnya. Kemudian ada satu bingkisan lain dan itu terlihat kebalikan dari bingkisan yang awal saya buka tadi. Terlihat tidak begitu menarik diluar namun di dalam nya terdapat isi yang membuat saya lega dan senang.

Memang benar adanya jika sebuah perkataan bisa saja itu adalah kebohongan yang diciptakan olehnya sendiri, dan perilaku itu adalah tipuan untuk menutupi apa maksud tujuan dari dalam dirinya. Orang mudah saja mengucapkan mengenai bab bagimana untuk berbuat baik ini dan itu namun apa yang di pikiran dan hati sang penyampai apakah kita mengetahui? Seseorang mudah saja mengerjakan sholat berjam-jam lamanya, namun apakah kita mengetahui mengenai isi pikiran dan hatinya saat itu? bisa saja dhohirnya sholat sedangkan rohaninya pergi berselancar ria entah kemana, lantas menyembah ke siapakah seorang tadi?

Teringat saya dalam sebuah cerita:

Majnun berjalan di depan orang-orang yang sedang sholat untuk mengejar Layla. Usai sholat seorang ahli fiqih berteriak menegurnya. "Hai Majnun apakah kau sudah gila berjalan di depan kami yang sedang sholat?"

Majnun menjawab : "Kaulah yang sudah gila, menghadap Tuhan tapi masih melihatku, sedangkan aku melihat Layla dan tidak melihatmu sholat!"

Ibarat diri manusia adalah sebuah kerajaan, anggota badan laksana rakyat, akal pikiran adalah jendral sedangkan sang raja itulah hati. Ketika anggota badan melakukan sholat mengapa pikiran tidak sejalan? Usut punya usut ternyata jendral dan raja telah terprovokasi oleh seorang pemberontak yang ingin menguasai kerajaan, yakni hawa nafsu. Sehingga tidak selaraslah antara tindakan rakyat, jendral dan raja. Lain cerita lagi jika sang raja dengan tegas memerintahkan kepada jendral untuk menahan dan memenjarakan si pemberontak tersebut. Raja, jendral dan rakyat berjalan secara selaras, terciptalah keharmonisan dalam kerajaan tersebut.

Ketika rajanya bagus, maka rakyatnya pun ikut bagus. Dan jika rajanya rusak maka rakyatnya pun ikut rusak. Sebagaimana sebuah sabda Rasulullah:

"Di dalam jasad manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya. Dan jika rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati."  

Karena hati yang terus diperlihara inilah akan menimbulkan sebuah keselarasan dalam bentuk tindakan dan perilaku kebaikan manusia di kehidupan sehari-hari. Hati yang terus diperhatikan rasanya untuk terus tersambung kepada Allah Ta'ala. Tentunya ada seorang dibalik semua itu yang bertugas menyambungkan koneksi rasa tersebut, tak sekedar belajar tanpa seorang pembimbing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun