Mohon tunggu...
Anggi Aulia Sitompul
Anggi Aulia Sitompul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berkarya melalui literasi

Sebaik-baik nya manusia adalah yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Semangat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Saling Tatap Saja Bisa Tau Isi Hati Satu Sama Lain, Apakah Karena Kelekatan yang Tinggi dalam Persahabatan?

28 November 2022   18:28 Diperbarui: 28 November 2022   18:40 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pinterest (sylvia amorsolo lazo)

Sebagian orang pasti memiliki teman dekat atau sahabat yang bisa diajak cerita dan lainnya. bahkan terkadang, seorang sahabat dapat menggantikan atau menempati posisi saudara kandungnya sendiri. Sahabat biasanya kita temukan di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. Setiap individu hanya memiliki beberapa orang saja yang dianggapnya sebagai sahabat. Bisa itu karena pemikiran yang sefrekuensi ataupun hal lainnya. Bahkan, hanya saling tatap saja bisa membuat keduanya tertawa seolah-olah saling paham isi hati satu sama lain. Lelucon atau memang fakta karena adanya kelekatan?

Menjalin hubungan dengan teman sebaya banyak sekali memberikan dampak terhadap jenis pertemanan di kalangan anak-anak khususnya. Selain itu, anak juga mengalami perkembangan yang pesat terhadap aspek sosialnya. Perkembangan anak dalam perilaku sosial sangat bermanfaat untuk kehidupan bermasyarakatnya kelak. Konsep dasar hubungan sebaya sebenarnya adalah hubungan yang dijalani individu dengan teman seumurannya atau sesuai dengan tingkat usia nya yang melibatkan keakraban lebih dibandingkan dengan orang lain.

Anak biasanya lebih suka bermain dengan anak-anak yang seumuran dengannya. Umumnya, anak memilih bermain dengan teman seusianya karena dianggap memiliki pemikiran yang sama atau bisa saling memahami, baik itu dari segi pemikiran, bahasa, dan imajinasi yang abstrak. Hubungan anak dengan yang lainnya bisa dekat karena biasanya tinggal berdekatan rumah, atau satu kelas saat sekolah. Anak ikut berbaur dengan teman sebayanya karena ia merasa lebih tertarik dan yakin bahwa anggota kelompok atau teman sebayanya lebih mengasyikkan.

Namun, tidak semua anak memiliki perkembangan sosial yang baik. Sebagian anak juga ada yang tidak mudah untuk bergaul dengan teman seusianya. Ia akan terlihat lebih senang menyendiri, terlihat murung, tertutup, dan kurang interaksi dengan lingkungannya. Banyak faktor yang menyebabkan anak seperti itu, bisa karena hubungan keluarga atau faktor lainnya. Sebagai orang dewasa dan calon guru, kita harus mampu mengatasi anak-anak yang seperti ini. karena, jika dibiarkan maka permasalahan ini akan terus berlanjut hingga ia menginjak bangku pendidikan selanjutnya.

Menurut Elizabeth B.Hurlock, dengan bermain bersama anak-anak lainnya anak dapat belajar bagaimana membentuk hubungan sosial yang baik, juga belajar memahami dan memecahkan masalahnya sendiri. Dengan berinteraksi antara satu sama lain, anak juga belajar caranya bergaul. Dimulai dari perkenalan, menyalurkan pendapat, membuat keputusan permainan yang akan dimainkan dan menentukan aturan-aturan yang ada selama permainan berlangsung. 

Dengan demikian, anak akan menjadi pribadi yang lebih kreatif, dapat diajak bekerja sama, mandiri, belajar berbagi, mempertahankan pendapat, mengalah, belajar memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan sosial yang ia miliki. Saat sedang bermain, anak-anak banyak lupa akan waktu yang diberikan orang tuanya. Hal itu disebabkan karena telah timbul kebersamaan, keasyikan, dan rasa persaudaraan yang tinggi saat mereka bermain.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan observasi, setiap individu sangat penting mengembangkan aspek sosialnya. Mengapa? Karena perilaku sosial yang baik dapat memudahkan anak untuk diterima di dalam lingkungan masyarakat nantinya, dapat mempermudah interaksi dan bergaul dengan orang lain, serta dapat dengan mudah untuk menuangkan potensi dan bakat yang ia milliki.

Bermain Menurut Vygotsky

Menurut vygotsky, perkembangan yang dialami anak dipengaruhi oleh faktor biologis. bermain merupakan pondasi dasar anak dalam mengembangkan apa yang ada di nalarnya yang dituangkan melalui kegiatan bermain sehingga anak dapat menguasai pengetahuan dan dapat memahami lingkungannya.

Bermain Menurut Jean Piaget

Sedangkan menurut Jean Piaget, bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang hanya demi kesenangan semata. Bermain juga tidak hanya menggambarkan adanya perkembangan pada tahap kognisi anak saja, tetapi memberikan bukti nyata terhadap perkembangan itu sendiri. Bermain menurut piaget juga keadaan yang tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi, dimana akomodasi lebih menonjol dan mendominasi. Bermain juga dipengaruhi oleh tingkat perkembangan kecerdasan yang dimiliki anak. anak yang kecerdasannya dibawah rata-rata akan mengalami lebih banyak hambatan saat bermain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun