Mohon tunggu...
Anggi Aulia Sitompul
Anggi Aulia Sitompul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berkarya melalui literasi

Sebaik-baik nya manusia adalah yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Semangat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ini Alasan di Balik Wajarnya Meluapkan Amarah

23 November 2022   06:42 Diperbarui: 23 November 2022   07:18 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernahkah kalian menjumpai anak yang marah saat barang yang sedang ia mainkan kita ambil?

Saya mengalami hal itu berulang kali terutama pada adik saya yang masih duduk di kelas 1 SD. Kemajuan pesat dalam bidang teknologi di era globalisasi  memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia saat ini. selain pengaruh positif, kemajuan bidang teknologi juga banyak menimbulkan hal-hal negatif terutama pada anak-anak yang masih di bawah umur. Salah satunya yaitu pengaruh Handphone. Pengaruh positif handphone pada anak sebenarnya banyak seperti mempermudah anak dalam belajar dan mengulang pelajaran di luar jam sekolah, dan masih banyak hal-hal positif lainnya. Namun di sisi lain, handphone juga membuat anak candu dan males melakukan kegiatan lain. Hal ini saya amati pada adik saya sendiri, bisa dikatakan bahwa dalam sehari penuh mustahil baginya tidak memegang handphone. Sebagai orang yang paham akan pengaruh negatif handphone terhadap anak seusia dia, saya sering mengambil dan meminta handphone yang ia mainkan. Namun, saat hal itu saya lakukan, adik saya selalu marah dan bahkan bisa sampai menendang-nendang barang disekitarnya. Nah, apasih keterkaitannya dengan emosional anak?

            Umumnya, anak candu memegang handphone karena permainan atau game menarik bagi mereka. Pada usia sekolah dasar, anak memasuki perkembangan pesat terutama tahap semangat dalam mengeksplor lingkungan disekitarnya, dan cenderung senang dengan hal baru yang membuat anak penasaran. Akan tetapi, penggunaan handphone dalam waktu yang lama pada anak juga dapat mempengaruhi perkembangan emosional mereka yang nantinya juga akan berpengaruh terahdap perilaku mereka sehari-hari. Sebenarnya ada banyak konsep dasar emosi pada manusia. Namun, kali ini saya akan membahas 2 basic emotion yaitu anger dan fear.

Anger

           Anger, kemarahan atau amarah merupakan salah satu emosi dasar. Secara universal, amarah atau kemarahan sangat mudah dikenali terutama jika dilihat dari raut wajah, bahasa tubuh, perilaku yang agresif, nada suara yang meninggi dll. Kemarahan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap kondisi tekanan tubuh yang dilakukan untuk melindungi diri sendiri dari serangan pemangsa. Kemarahan dapat menjadi emosi yang sangat kuat, dapat ditandai dengan adanya rasa permusuhan, frustasi, antagonisme terhadap orang sekitarnya. 

           Seorang ahli filsafat, Aristoteles mengatakan "siapa pun bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik itu tidaklah mudah". Amarah yang berlebihan jika diungkapkan dengan cara yang tidak realistis, berbahaya dan merugikan orang lain akan menimbulkan masalah baru nantinya. Biasanya, amarah berlebihan dan terkendali ini juga dapat berubah menjadi suatu kekerasan yang tidak terduga. Amarah juga dapat timbul karena adanya kekesalan, kebencian, jengkel, permusuhan dan sebagainya. Emosi dapat kita lihat langsung melalui ciri-ciri yang terjadi seperti:

  • Adanya perubahan dalam raut wajah (cemberut atau pandangan yang menajam).
  • Nada suara dan perkataan yang kasar dan lantang (seperti ingin mencari pertengkaran).
  • Fisik yang kaku atau bahasa tubuh menjadi tegas.
  • Timbul peilaku agresif (melempar barang, memukul, menendang-nendang).

           Penelitian yang dikutip All Around Parenting menjelaskan bahwa anak-anak mulai mempelajari keterampilan emosional untuk mengidentifikasi, mengekspresikan, dan mengelola perasaan mereka sejak mereka lahir. Dalam dunia anak, amarah sering diasumsikan sebagai hal yang negatif. Padahal, amarah adalah emosi yang normal pada setiap manusia. Hanya saja, pada anak-anak mereka masih belum paham cara mengelola dan mengatasi perbedaan emosi yang mereka rasakan. Para orang tua atau pengasuh dapat mengajarkan anger management pada anak. anger management sangat membantu membangun kesadaran anak dalam mengenali amarah mereka dan memiliki kontrol yang lebih besar terhadap apa yang mereka lakukan. Anger management juga dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan kemajuan yang pesat pada diri anak.

          Meluapkan atau mengutarakan amarah juga memiliki manfaat loh. Karena Emosi yang diluapkan tidak selalu bernilai negatif. Beberapa manfaat melupakan emosi amarah yaitu membuat pikiran kita lebih tajam dalam berpikir dalam jangka panjang karena otak telah tenang setelah mengeluarkan emosi, mengenali diri sendiri sebab biasanya saat marah kita banyak mengeluarkan banyak hal yang sebelumnya sangat enggan atau tidak pernah terpikirkan untuk diluapkan, lebih bahagia ( karena hormon bahagia timbul ketika pikiran telah tenang setelah mengeluarkan emosi), menghindari penyakit (amarah yang ditahan biasanya menimbulkan rasa sakit di bagian kepala, bahkan selain sakit kepala, menahan emosi juga dapat menimbulkan masalah pada pencernaan).

Fear

          Fear atau rasa takut adalah salah satu emosi yang memiliki keterkaitan dengan respons perlawanan atau menghindar karena ketakutan yang menunjukkan sebuah ancaman atau rasa trauma terhadap suatu keadaan dan peristiwa. Takut merupakan reaksi yang normal terhadap ancaman nyata. Saat anak mengalami hal tersebut, hal pertama yang akan mereka lakukan adalah mencari perlindungan dan keamanan pada orang sekitarnya. Jersild dan Holmes dalam penelitiannya menemukan bahwa peningkatan ketakutan terkait usia berkaitan dengan kesadaran diri termasuk  kegagalan, ejekan, ketdakmampuan, situasi sosial. 

          Beberapa penelitian telah dilakukan. Jersild dan Mai key, melakukan penelitian berbasis wawancara paling awal dari ketakutan normatif anak-anak. dalam hal ini, subjek yang terlibat berusia 5-12 tahun. selama wawancara berlangsung, anak-anak yang lebih muda lebih banyak melaporkan ketakutan terhadap hewan, anak laki-laki lebih banyak melaporkan ketakutan yang berkaitan dengan cidera tubuh. Sedangkan anak perempuan, mereka lebih banyak melaporkan ketakutan yang berkaitan dengan kesunyian, kegelapan, pemandangan dan suara-suara aneh. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak perempuan menunjukkan lebih banyak rasa takut daripada anak laki-laki. Saat anak merasa ketakutan, kita dapat melihat dan mengamati hal tersebut berdasarkan ciri-ciri yang terjadi, seperti:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun