Mohon tunggu...
Anggy Oktaviana Syafira
Anggy Oktaviana Syafira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

keep going.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Minat Baca Masyarakat di Era Digital

29 Desember 2020   23:04 Diperbarui: 29 Desember 2020   23:33 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potential Reach Akun Twitter berdasarkan jumlah followersnya.

Perkembangan teknologi informasi yang cukup pesat tentu membawa perubahan bagi berbagai aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali karakteristik dan budaya terutama dalam hal perilaku membaca. Apalagi dengan kondisi pandemi yang saat ini sedang terjadi, yang mau tidak mau membuat kebanyakan pekerjaan harus dilakukan secara mobile. Dengan keadaan seperti ini, sarana komunikasi dan informasi menjadi lebih tergantung pada teknologi karena adanya keterbatasan untuk bersosialisasi. Keadaan ini juga memberi cukup banyak kesempatan untuk masyarakat mengeksplor bacaan di dunia digital. Kemajuan teknologi yang semakin memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi ini tentu sudah seharusnya membawa kebiasaan dan minat membaca masyarakat ke arah yang lebih baik. Semakin berkembangnya era digital, semakin banyak pula platform yang menyediakan bacaan gratis. Namun ternyata hal ini tidak serta merta meningkatkan minat baca masyarakat. Tak sedikit masyarakat yang ketergantungan gadget hanya untuk bermain game dan sosial media saja, bukan untuk membaca.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa minat baca masyarakat Indonesia saat ini memang masih rendah. Rendahnya minat baca ini tak jarang menimbulkan berbagai permasalahan mulai dari penyebaran hoax atau disinformasi, hingga provokasi dan fitnah yang dapat memecah belah. Meski begitu, parameter minat baca di era digital ini juga harus disesuaikan dengan perubahan yang ada. Perlu dikenali bagaimana perubahan karakteristik masyarakat dan perilaku membacanya di era digital ini. Masyarakat jaman sekarang cenderung lebih banyak yang terhubung dengan internet setiap hari. Hal ini tentu mempengaruhi perilaku dan kebiasaan yang semakin serba cepat, seperti multitasking, berkomunikasi secara real-time dan lain-lain (Kurniasih, 2016).

Perilaku membaca pun berubah. Dengan mudahnya akses informasi saat ini, tak sedikit masyarakat yang terbiasa membaca sesuatu dengan cepat, tidak membaca mendalam dan membagikan bacaannya tersebut tanpa dicari kebenarannya terlebih dahulu. Namun tentunya rendahnya minat baca masyarakat di era digital ini tidak hanya disebabkan oleh faktor internal seperti kurangnya kesadaran dan kesiapan diri untuk mengakses bacaan di dunia digital, namun juga ada faktor eksternal seperti kurangnya fasilitas atau infrastruktur yang memadai.

Kesenjangan digital ini masih banyak terjadi, apalagi di daerah-daerah pelosok. Padahal di masa pandemi ini, infrastruktur digital sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengeksplor bacaan di dunia digital sehingga mereka tetap mendapatkan informasi meskipun dengan terbatasnya kegiatan bersosialisasi. Rendahnya minat baca juga dapat berpengaruh pada mudahnya masyarakat terprovokasi oleh berita-berita atau informasi tidak benar yang saat ini lebih sering disebut dengan hoax.

Data dari DEA terkait exposure dari topik Literasi Digital.
Data dari DEA terkait exposure dari topik Literasi Digital.

Potential Reach Akun Twitter berdasarkan jumlah followersnya.
Potential Reach Akun Twitter berdasarkan jumlah followersnya.
Berdasarkan data yang didapat dari DEA (Drone Emprit Academic) terkait Literasi Digital sejak Maret 2020 dimana pembatasan sosial akibat pandemi mulai dilakukan, topik Literasi Digital cukup banyak diperbincangkan. Kebanyakan adalah tentang himbauan untuk meningkatkan literasi digital. Jika dilihat dari exposure, akun dengan 101-500 followers adalah yang paling banyak membicarakan tentang literasi digital ini, yakni sebesar 24.69%. Sedangkan akun dengan 500 ribu hingga 1 juta followers justru menjadi akun yang paling sedikit membicarakan tentang literasi digital, yakni sebesar 2.14%. Padahal apabila dilihat dari potential reachnya, akun dengan 500 ribu hingga 1 juta followers paling potensial mendapatkan reach atau jangkauan terbanyak setelah akun dengan lebih dari 1 juta followers.

Selanjutnya dilihat dari mention sentiment negatifnya, banyak yang mengeluhkan rendahnya literasi digital di Indonesia. Baik dari kalangan bawah, menengah sampai atas, tak sedikit yang masih gagap di dunia digital. Selain itu sulitnya pembatasan informasi di era digital ini juga menjadi permasalahan, terutama bagi orang tua dengan anak di bawah umur yang sudah mulai menggunakan gadget. Maraknya disinformasi yang terjadi terkait pandemi ini juga disebabkan oleh rendahnya literasi digital masyarakat sehingga mudah mempercayai dan membagikan informasi atau berita yang belum tentu kebenarannya. Lalu ada juga yang mengeluhkan terkait lingkungan yang tidak supportif untuk melaksanakan literasi digital.

Masalah mendasar dari rendahnya minat baca di era digital ini adalah kesenjangan digital yang masih terjadi di banyak wilayah di Indonesia. Maka perlu disiapkan infrastruktur yang memadai untuk dapat mengakses sumber-sumber bacaan digital. Jaringan internet yang stabil dan PC merupakan infrastrukur minimal yang harus tersedia. Pemerintah juga perlu menyiapkan sumber bacaan yang terpercaya dan berkualitas untuk masyarakat.

Selain itu, kesadaran dan kesiapan diri dari sumber daya manusia untuk mengakses bacaan digital juga masih rendah. Maka dari itu perlu dibuat sosialisasi terkait literasi digital yang merata bagi masyarakat. Literasi digital ini sangat penting untuk dimulai dari lingkungan keluarga. Apalagi di jaman sekarang ini, tak sedikit anak-anak yang sudah familiar dengan penggunaan gadget, ditambah lagi dengan kondisi pandemi saat ini yang mengharuskan mereka melakukan pembelajaran daring. Orang tua harus bisa mendampingi anak-anaknya agar tidak terjadi penyalahgunaan. Anggota keluarga yang lebih mengerti tentang literasi digital bisa memberikan edukasi kepada anggota keluarga yang lain.

Lalu melalui sosial media, akun-akun dengan pengikut atau followers dalam jumlah banyak, atau biasa disebut dengan influencer juga bisa diajak untuk mengangkat topik terkait minat baca dan literasi digital ini menggunakan pendekatan yang menarik sehingga akan banyak masyarakat yang tertarik. Akan lebih baik lagi jika disertai informasi terkait portal berita ataupun platform terpercaya dan terverifikasi dari pemerintah yang bisa dikunjungi masyarakat.

Aplikasi iPusnas.
Aplikasi iPusnas.

Saat ini Indonesia sendiri sudah mempunyai perpustakaan daring tak terbatas dalam bentuk aplikasi, yakni iPusnas. Aplikasi ini sangat potensial untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Namun hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengenal aplikasi iPusnas ini. Saran yang dapat diberikan adalah mungkin dapat dilakukan penginstallan aplikasi ini secara default pada gadget yang dijual di Indonesia sehingga masyarakat akan tahu dan tertarik untuk mencoba aplikasi iPusnas ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun