Bicara tentang prestasi anak bangsa, tak melulu harus dari kota besar atau fasilitas mewah. Terkadang, dari tangan sederhana dan ide kreatif, lahirlah sebuah pencapaian yang bukan hanya membanggakan keluarga, tapi juga membawa nama harum nama sekolah dan bangsa. Inilah kisah Meliana Septya Dini, seorang yang membuktikan bahwa prestasi tetap bisa diraih meskipun berasal dari penjuru desa dan dengan banyaknya keterbatasan yang ada.
Meliana berasal dari Wonosobo, kota kecil yang terletak di Jawa Tengah. Ia berasal dari keluarga yang sederhana, bahkan jauh dari fasilitas yang mewah. Namun, tekad dan semangatnya untuk terus berkembang bisa membawanya melangkah jauh.
Semua berawal dari sebuah lomba inovasi sains Young Inventors Challenge di Malaysia. Meliana, mewakili sekolahnya mengikuti ajang membanggakan tersebut. Dengan kepeduliannya terhadap lingkungan, ia mengangkat tema plastik ramah lingkungan berbahan dasar talas. Ya, talas bahan yang sering kita abaikan. Ide ini muncul dari kepeduliannya terhadap lingkungan dan rasa ingin tahu yang tinggi tentang bagaimana mengurangi limbah plastik yang tak ramah bumi. Di saat dunia menghadapi krisis sampah plastik, gagasan sederhana ini menjadi jawaban atas keresahan tersebut.
Ia tidak berjalan sendirian. Bersama empat sahabatnya di sekolah, mereka membentuk tim kecil yang mempunyai misi besar, yaitu menciptakan solusi ramah lingkungan yang bisa membawa perubahan bagi dunia. Di ruang laboratorium sederhana, mereka menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menentukan formulasi hingga mencoba berulang kali. Gagal? Sudah biasa. Tapi semangat mereka tak pernah surut.
Keterbatasan fasilitas tidak menjadi alasan untuk berhenti. Segala cara dilakukan agar inovasi plastik ramah lingkungan tersebut dapat terealisasikan. Percobaan demi percobaan terus dilakukan, hingga pada akhirnya menghasilkan lembaran plastik yang diharapkan. Biodegradable plastic yang dapat diuraikan menjadi parfum, sebuah inovasi baru yang diangkat sebagai salah satu upaya untuk mengurangi permasalahan plastik yang belum menemui titik temunya.
Ketika karya mereka dilirik untuk mewakili sekolah di lomba internasional di Malaysia, ada rasa bangga sekaligus takut. Tapi dengan dukungan guru dan juga kedua orang tua, mereka akhirnya berangkat. Lima anak SMK di kota kecil dari Indonesia, dengan satu inovasi yang mereka percaya bisa mengubah dunia.
Hari perlombaan pun tiba, peserta dari berbagai negara hadir, yaitu negara-negara dari Asia Tenggara dan Cina. Mental mereka sempat ciut ketika melihat tim lawan membawa alat-alat dan inovasi yang canggih, dikemas dalam kotak yang rapi. Sementara itu, mereka hanya membawa peralatan sederhana dan terbatas. Namun tekad yang tinggi berhasil mengembalikan semangat, mencoba tetap percaya diri dan mencoba memberikan yang terbaik.
Puluhan stand dari berbagai negara telah memamerkan inovasi masing-masing. Ratusan juri dan pengunjung berkeliling menilai satu-per satu karya peserta. Meliana dan tim dituntut untuk bisa mempresentasikan karya mereka dan menjawab pertanyaan dengan bahasa Inggris. Sulit itu pasti, tapi semangat mereka lebih besar dari rasa takut dan kesulitan yang dialami.
Dan benar saja, kerja keras itu terbayar. Mereka pulang membawa medali perunggu. Bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi untuk sekolah, untuk kota kecil tempat mereka berasal, dan untuk Indonesia. Â Mereka berhasil mengibarkan bendera merah putih di depan seluruh peserta. Bagi Meliana, kemenangan itu bukanlah titik akhir. Ia sadar bahwa masa depannya masih panjang. Dengan portofolio dan prestasi internasional itu menjadi pintu pembuka bagi masa depan Meliana. Ia memanfaatkan portofolio lombanya untuk mendaftar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu untuk mendaftar perguruan tinggi ke Universitas Gadjah Mada (UGM), kampus impian bagi banyak pelajar melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul (PBU).