Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bila Anak Kecanduan Game

9 Februari 2018   03:58 Diperbarui: 9 Februari 2018   04:58 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

OPINI

Kita sering mendengar orang tua mengeluh nilai sekolah anak turun lalu menyalahkan game. Apakah sekedar menyalahkan itu salah?

Enggak juga sih, tetapi sebenarnya game (online) tidak sekedar membuat nilai sekolah turun.

Game (online) memiliki sifat addict/kecanduan. Ini yang membuat anak menjadi tidak fokus pada pelajaran, dan lebih tertarik untuk memainkannya, tinimbang belajar.

Itu satu, efek yang lain, anak menjadi tidak memiliki rasa empati pada lingkungan sekitar, cenderung cuek dan bisa berakibat gagap sosial.

Anak tidak memiliki kemampuan lain yg bisa diasah, misalnya kemampuan melukis, olah raga, dan yg lainnya, karena ortu tidak peduli. Ortu lebih suka membelikan HP bagus, dibandingkan seperangkat alat lukis misalnya. Agar dia bisa kekinian seperti temennya yg lain.

Kemudian, anak juga kurang bisa membawa diri dalam pergaulan, karena menghabiskan waktu untuk main game dan tidak melakukan komunikasi secara sehat dengan lingkungan sekitarnya, dan menutup diri.

Sayangnya banyak orang tua yang melakukan pembiaran, dengan alasan agar anak tidak rewel. Anaknya seharian main game malah seneng, kalau pun kawatir, tidak memiliki solusi untuk mencegahnya, yang terjadi pwmbiaran itu pun dilakukan berulang-ulang.

Efek negatif lainnya, anak tidak tahu tempat. Di kamar main game, di depan tv main game, di meja makan main game, di mobil main game, di restoran main game, mirisnya di sekolah pun main game.

Resiko lainnya, dunia maya, termasuk dunia game itu, anak2 punya resiko melihat hal yang belum pantas untuknya, seperti orang berhubungan suami istri, wanita telanjang, dalam bentuk iklan maupun sampah (chache).

Ngeri kan.

Pemerintah dalam hal ini Kemendikbud (05 Februari 2018) mengeluarkan sikap tegas dengan melarang anak-anak memainkan game-game berikut ini. Alasannya cukup jelas karena game2 ini banyak mengandung unsur kekerasan. Biasanya, dalam game-game itu, para perempuannya pun barpakaian minim.

Silakan orang tua mengecek kembali apakah game2 ini dimainkan putera-putrinya yg masih dibawah umur. (-17 th) dan silakan membaca link yg saya cantumkan, kenapa pemerintah melakukan hal itu.

Daftar game yang dilarang untuk anak.

1.World of Warcraft

2. Call of Duty

3.Point Blank

4.Cross Fire

5.War Rock

6.Counter Strike

7.Mortal Kombat

8.Future Cop

9.Carmageddon

10.Shelshock

11.Raising Force

12.Atlantica

13.Conflict Vietnam

14.Bully

15.Grand Theft Auto

16. Mobile legend

Lalu bagaimana pencegahan agar anak tidak melulu main game?

1. Ortu harus benar2 turun tangan. Melarangnya sama sekali tidak mungkin, jadi biarkan mereka bermain, dengan syarat orang tua tahu apa yang mereka mainkan.

2. Alihkan kegiatan yang bersifat hobi.

3. Temani main ditaman, sekalian ortu olah raga.

4. Ajarkan adab2 di meja makan, di restoran, di tempat umum, hingga anak enggak gagap dalam pergaulan kelak kemudian hari.

5. Membatasi kepemilikan alat komunikasi yg tiap tahun ada keluaran baru yg lebih canggih. Jangan malah diberi yg terbaru.

Demikian semoga bermanfaat.

070218

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun