Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Party Part 1

15 Januari 2018   01:35 Diperbarui: 15 Januari 2018   13:42 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

SERIAL S UZANA FAMILY 

Aku bukan penyuka pesta. Tetapi pada ulang tahunku ke 35 minggu depan, Antariksa meminta untuk dirayakan, hanya dengan kalangan terbatas. Bersama Riksa dan Elang, sore itu aku duduk-duduk di teras samping untuk membuat catatan-catatan. Aku membawa beberapa lembar kertas HVS dan dua buah pulpen.

Satu lembar kertas dan satu batang pulpen, aku berikan kepada Elang untuk menggambar. Anak itu pun asyik corat-coret di sebelah Riksa. Aku menaruh pulpen satunya lagi di atas kertas. Dan memandang Riksa yang juga menunggu.

"Baik, aku buatkan kamu kopi dulu ya," katanya.

"Kukira itu ide yang cemerlang, Sayang," kataku.

Riksa menghilang di balik dinding, sementara aku masih duduk tercenung tanpa ide apapun. Di sebelah yang lain, aku melihat Telepon selulerku tergeletak. Tiba-tiba aku ingat Sahara. Bodohnya aku, Rara kan punya even organization, kenapa aku nggak menelponnya saja.

Ah, tetapi sebaiknya tunggu Riksa saja dulu. Mungkin dia punya ide untuk pesta ini. Pertanyaan yang muncul, seperti apa pesta ini nanti, apakah pesta kebun, pesta topeng, atau pesta yang lain. Sahara bisa saja aku pilih menjadi pelaksananya nanti, tetapi aku harus minga pendapat Antariksa, karena aku sendiri sebetulnya kurang suka berpesta.

Riksa datang dengan dua cangkir kopi dan segelas susu. Gelas berisi susu itu aku ambil dan aku letakkan di depan Elang yang sedang menggambar. Lalu satu kopi aku raih dan aku taruh di depanku. Riksa juga melakukan hal yang sama untuk kopinya.

"Aku masih belum ada ide," kataku.

"Apa yang kamu pusingkan?"

"Aku tidak paham dengan urusan beginian," kataku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun