Sabtu pagi adalah hari ke taman. Taman itu tidak terlalu jauh dari rumah. Taman kota yang memiliki berbagai macam tanaman dan ikan-ikan di kolam-kolamnya. Belum pukul tujuh. Aku sudah siap dengan baju olah raga dan tas piknik penuh dengan makanan kesukaan Elang. Elang pun sudah siap dengan bolanya.
Mobilku meluncur dengan tenang menuju taman. Elang duduk di sampingku dengan wajah sumringah. Dia paling suka pergi ke taman karena banyak mainan di sana. Anak itu memang tidak banyak bicara. Sepertinya ada tanda-tanda menjadi pendiam di kemudian hari. Sesekali aku berbicara padanya. Dan Elang hanya menjawab seperlunya. Paling tidak tahan bila melihat kerling matanya, persis seperti Harry. Ah...
Udara pagi dan jalanan yang sepi, melegakan hati. Titik-titik embun membasahi rerumputan hijau yang membentang di taman itu. Beberapa pasangan muda jogging sambil mercakap-cakap. Ibu-ibu membawa anaknya dan mengayunnya di ayunan taman.
Acara paling menyenangkan saat di taman adalah ketika main bola kiper bersama Elang. Elang selalu ingin aku menjadi kiper, tanpa peduli aku ini perempuan dan ibunya. Dia memberi batas di kedua sisi kakiku dengan batu.
"Ini gawangnya, Ma," ujarnya.
"Oke," aku pasang kuda-kuda.
Beberapa kali Elang bisa memasukkan bola ke gawangku. Tetapi sesekali kutangkap bola itu dengan sigap. Kalau aku bisa menangkapnya, Elang terlihat sedih dan sangat bersemangat di tendangan berikutnya. Aku sedikit khawatir, puteraku ini memiliki kecenderungan tidak mau kalah atau takut dengan kompetisi. Tetapi kulihat kekalahan menyemangati dirinya.
Di tengah kami tertawa-tawa bahagia, ada sesosok laki-laki mendekati kami. Laki-laki dengan postur tubuh sedang dan berjalan dengan gagah. Laki-laki itu bertepuk tangan ketika Elang memasukkan bola tepat sasaran. Aku menoleh ke padanya, Harry.
"Hallo Suzan, hallo Elang," katanya menoleh ke masing-masing kami.
"Elang, ambil bolanya," kataku pada Elang.
Anak itu pun menghambur menuju tempat di mana bola itu menggelinding. Aku berdiri berhadapan dengan Harry. Tersenyum sekedarnya. Tak ada yang berubah pada dirinya, tetap saja bersih terawat dengan senyuman yang menawan. Ketika Elang sudah kembali dengan bolanya, aku mengambil bola itu meletakkan di tanah dekat kakiku. Ku rangkul Elang