Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lelaki yang Membenci Masa Lalu

27 Desember 2017   05:31 Diperbarui: 27 Desember 2017   07:50 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

SERIAL SUZANNA FAMILY

Pekerjaanku sebagai jurnalis dan editor sebuah majalah luar negeri versi bahasa Indonesia seringkali menyita waktuku untuk bersama Elang. Sebetulnya aku benci kata "tidak ada pilihan lain..." itu hanya dilontarkan oleh seorang yang lemah hati. Karena itu, dalam situasi apapun, enak maupun tidak enak, aku terima pekerjaan yang aku miliki apa adanya.

Paling aku harus tega kalau harus melakukan liputan ke luar kota. Aku sering pusing kemana menitipkan Elang. Karena itu aku selalu kerja cepat, aku minimalkan agar bisa paling lama menginap dua malam. Aku selalu mengandalkan teman-teman untuk menitipkan Elang. Selama ini, aku selalu mengenalkan Elang pada sahabat-sahabatku.

Hal itu selalu mengingatkan aku pada Papah. Papah selalu menyebut teman-temannya, Om ini Om itu. Tante ini, Tante itu. Sampai aku tak bisa membedakan mana yang benar-benar Om yang ada hubungan darah denganku. Dan mana om-om-an, alias teman Papah yang sangat dekat kepada kami sehingga sudah seperti saudara.

Setelah dewasa baru aku tahu, aku hanya memiliki satu Om dan dua tante, yang memang benar-benar ada hubungan darah dengan Papah dan Mamah. Om Setyo, adik kandung Mamah. Sekarang tinggal di Bandung dan merupakan satu-satunya saudara Mamah. Sedangkan Tante Tuty adalah kakak Papah, sekarang tinggal di Malaysia bersama suaminya. Dan Tante Ratna, adik Papah, tinggal di Denpasar Bali.

Aku seringkali tidak ingat seperti apa Mamah. Karena Mamah meninggal ketika aku masih kelas satu Sekolah Dasar. Aku anak tunggal. Hidup bersama Papah, seorang laki-laki super. Setelah aku SMA, Papah menikah lagi dengan seorang perempuan Jepang bernama Hiroku. Mereka tidak punya anak dan tinggal di apartemen.

Papah dan istrinya yang baru, lebih sering tinggal di Tokyo. Istrinya memiliki beberapa swalayan di Tokyo dan dia merupakan perempuan hebat yang sangat mandiri. Aku stress, ketika Papa jatuh cinta kepadanya. Selama ini, Papah adalah milikku saja. Kami duo yang kompak. Hiroku telah mengambil Papah dan membawanya kepada kehidupan baru.

Lama kelamaan, aku bisa menerima hal itu. Kasihan Papah kalau harus terus menerus mengurusku. Dia juga butuh seseorang untuk menghabiskan sisa hidupnya. Akupun merelakannya untuk Hiroku, dan aku masih memiliki om om dan tante tante yang telah menjadi seperti keluarga bagi kami.

Demikian juga puteraku Elang, dia hanya tahu ada Om Zain, Om Robert, Tante Harini, Tante Desi, Tante Elisa, Tante Sahara dan seterusnya. Aku seringkali berfikir, cukupkah semuanya itu bagi Elang. Ah, kalau berfikir begitu, segalanya tak pernah cukup. Aku seorang single parent, aku bekerja, dan aku punya anak. Sesuatu yang begitu berharga bagiku.

Ketika merasakan kesepian, atau ketika muncul kerinduan pada seorang laki-laki, aku merasakan nestapa. Tetapi aku berusaha mensyukuri, karena hidup ini warna-warni, tidak ada yang sempurna di dunia ini, kecuali kita membangunnya menjadi sebuah kesempurnaan hati. Yaitu rasa syukur.

Aku juga memikirkan perkembangan psikis Elang, bila nanti dia besar tanpa didampingi seorang Ayah. Bagaimana kalau dia diledeki teman-temannya bahwa dia tidak punya ayah? Apakah itu akan membangun rasa minder pada dirinya. Apakah hidupnya menjadi tidak seimbang bila dia tidak memiliki seorang Ayah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun