Mohon tunggu...
Anggi Gayatri
Anggi Gayatri Mohon Tunggu... -

Mage User yang sering berkeliaran menjelajahi hutan liar imajinasinya hanya untuk menemukan sulur-sulur ajaib yang mampu menghasilkan ide-ide horor kualitas murni untuk menakuti pembaca! Contact Info : anggigayatri6@gmail.com WA +62823-6193-0449 TELP. 083183947545

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Irma ("An Unpredictable Love of a Friend")

21 November 2018   21:42 Diperbarui: 21 November 2018   21:56 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namira seketika mematung, namun matanya masih dapat bergerak, melirik terus ke arah kiri, mengikuti sosok lelaki tampan berkacamata itu. Dia ingin mengejar, tapi.. lelaki itu sama sekali belum mengenalnya. Kedua kakinya melangkah mundur, pertanda belum saatnya beraksi.

"Hey! Ngelamun aja!" Habis liat apaan kok kaget gitu?" tanya Irma, sahabatnya. " He he gak ada apa-apa kok," balasnya. "Oh, yaudah kita ke kantin yuk ntar risol ayamnya Bu Tuti habis," ajak Irma sambil bergegas. Mereka berdua pun sampai di kantin Bu Tuti dan mengambil meja. Irma langsung menuju steleng kaca Bu Tuti, mengendus dan menghitung berapa banyak lagi risol yang tersisa. Tampak dimatanya piramida risol yang tersusun rapi, baru masak dan belum tersentuh pembeli. "Risolnya banyakin ya Ir," pesan Namira. "Beres, aku tau kok porsi kamu," sambungnya. Sambil menunggu kedatangan Irma, Namira melihat kesekitar, "Kok kantin masih sunyi ya," pikirnya. Biasanya jam istirahat pertama kantin Bu Tuti sudah ramai dipenuhi siswa-siswi yang kelaparan. Bahkan Namira kadang tidak kebagian risol ayam favoritnya, sebab terlambat keluar dari kelas. Tak sengaja, kedua mata Namira berpapasan dengan Medusa tampan yang seketika berhasil membuatnya membatu lagi. Namira berusaha ramah tersenyum ke arah lelaki itu, namun reaksi dari lawan jenisnya tersebut tidak menunjukkan emosi apapun, kosong dan dingin, seperti es batu yang baru diseruputnya. "Huh, dasar sombong," pikir Namira dalam hati sambil bersungut-sungut. Irma kemudian datang dengan tangan kosong. " Loh risolnya mana Ir,?" tanya Namira. "Ini tadi mau dibeli banyak, tapi akunya dicuekin sama Bu Tuti, jadi males," ujar Irma. " Bu Tuti apaan sih!" "Bukannya nggak bayar loh," geram Namira. "Kamu masih mau nggak biar aku yang beli?" tanya Namira. "Mau sih, tapi gorengan bikin kolestrolku naik," ungkap Irma dengan raut sedih. "Hmm yaudah deh, aku jadi nggak nafsu makan lagi nih, ungkap Namira. "Eh, udah jam berapa?" tanya Namira. "Jam 9.15," ujar Irma. "Perasaan dari tadi jam segitu terus deh," tanya Namira. "Oh iya jamnya mati nih, he he, "jawab Irma.

Kelas XI IPA 3. Baru saja duduk, tiba-tiba Namira merasakan sesuatu di kandung kemihnya, ya, dia ingin ke toilet. "Permisi Bu," boleh izin ke toilet sebentar?" tanyanya. " Bu Wani hanya mengangguk-ngangguk tanpa menjawabnya. Karena merasa terdesak, Namira pun agak sedikit berlari keluar kelas menuju toilet perempuan yang letaknya diujung kelas dekat kantin. "Eh Rita, liat nih bedak baru aku, tahan lama loh bahkan sampai jam ekskul, kamu mau coba nggak?" Ih, apaan sih Susan, kita kan mau melayat ntar pulang sekolah bukan mau ke mall, tegas Rita. "Ya kan nggak apa-apa kali disepanjang jalanan kerumah Irma kan banyak tongkrongan cowok-cowok ganteng," balas Susan mencibir. "Udah ah, nanti dicariin Bu Wani," ajak Rita. Namira yang dari tadi asyik menguping percakapan teman sekelasnya itu pun memutar otak terheran-heran. Dia kembali ke kelas. "Ir, kamu tau nggak siapa yang meninggal?" "Anak-anak pada mau ngelayat ntar pulang sekolah," tanya Namira. "Ha? Siapa?" Aku nggak tau tuh, sambung Irma. "Yaudahlah kita ikut aja nanti juga tahu," kata Irma cuek.

 "Tengg-Tengg-Tengg" Bell tanda pulang sekolah berbunyi. Namira dan Irma mengikuti rombongan kelas mereka menuju rumah duka. Namira merasa aneh, soalnya jalan yang mereka lewati seperti tidak asing baginya. Ya! Wak Budi yang sering jualan bakso di depan gang rumahnya, Bu Rima tetangganya yang barusan menjemput anaknya dari sekolah, dan.. dan adiknya, Miko, Ibunya dan Ayahnya yang terlihat sendu dengan tangisan air terjun Niagara di pipi mereka. Tidak mungkin! Namira ketakutan. Dia pun menerobos rumahnya dan menyaksikan jenazahnya langsung telah siap untuk dikebumikan. Namira merasa sangat terkejut dan menangis. "Kenapa?" pikirnya. "Irma?" diapun berlari kearah Irma mencoba mendapat penjelasan. "Bukan kamu aja, Nam," ujar Irma. "Maksudnya?" tanya Namira. "Iya, aku juga udah meninggal." What?" Tadi pagi itu kamu ketabrak, " sambung Irma. "Aku liat kamu melongo ngeliatin seseorang ditengah jalan mau ke gerbang sekolah, tapi ada motor datang dari belakang dan kamu nggak sadar. " Aku nggak sempat nyelamatin kamu Nam, tapi jantung aku kumat ngeliat kamu ketabrak, ya gini deh." Namira merasa panas, dia ingin membunuh orang yang mengakibatkan kematiannya dan sahabatnya. Toh sekarang dia juga sudah jadi hantu, pikirnya. "Ir, ayo ikut aku," kita harus kasih pelajaran tuh orang yang udah bikin kita mati!" ajak Namira menggebu-gebu. "Ta-tapi.." Udah ayok!" tegas Namira. Setibanya di lokasi kecelakaan tadi pagi mereka melihat masih tersisa bekas darah yang mengering dan.. ceceran otak! "Coba lihat kepalamu Nam, nggak kenapa-kenapa tuh, terus ini ceceran otak siapa dong?" "Ngapain ngeliatin ceceran otak gue!" sambung seorang lelaki berlumuran darah berkepala pecah. Sangat mengerikan! "Jangan-jangan dia yang nabrak kamu tadi pagi Nam!" Kata Irma." I..Iya.. tapi dia kok jadi hantu juga sih, gimana aku mau balas dendam coba?" Malah tampangnya lebih nakutin lagi daripada kita, Huh!". "Ohh.. jadi gara-gara lo berdua nih gue mati jadi mayat jelek gini?" tanya pemuda itu pada mereka. "Ir, lari Ir!" ajak Namira. Seketika Namira merasakan dirinya bisa melayang." Oh iya ya, aku kan hantu, pasti punya kekuatan kayak di tv-tv itu deh, Namira tersenyum kecil. "Irmaa?" "Irma mana ya kok nggak terbang juga sih kayak aku," pikir Namira. Tiba-tiba Namira melihat sebuah lubang putih berusaha seakan menyedot Irma kedalamnya. "Irmaaa!" teriak Namira. Dia berusaha mengejarnya namun kecepatan terbangnya melemah dan bahkan tidak bisa bergerak lagi, hingga akhirnya Namira jatuh.. ke tempat tidurnya. Dia pun terbangun keringatan. "Mimpi??" pikirnya. Jam menunjukkan pukul 05.25 pagi. Titt.. Tittt.. getar alarm handphone-nya berbunyi. Terdapat pesan whatssap dari grup sekelasnya juga. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Innalillahi wainna ilaihi roji'un. "Turut berduka cita, telah berpulang teman kita tadi pagi pukul 9.15 Irmawani Puji dikarenakan serangan jantung." Bagi kawan-kawan semua diharap menyumbang seikhlasnya. Deg! Namira sangat terkejut. Dia baru saja bermimpi sangat aneh sekarang malah terjadi hal yang lebih aneh. Seketika Namira teringat akan peristiwa tadi pagi. Ya! Kejadian itu memang benar adanya. Namira tertabrak motor yang kehilangan kendali dan langsung tak sadarkan diri, dan Irma yang melihatnya terkena serangan jantung dan meninggal di tempat. Pantas saja kantin terlihat kosong pukul 9.15! Karena itu adalah waktu kematian Irma! Seluruh siswa menyaksikan kecelakaan tragis di depan gerbang sekolah. Sementara peristiwa lainnya merupakan sebuah perjalanan arwah dirinya dengan Irma sebagai hantu sebelum akhirnya dia kembali ke dunia, sendiri, tanpa sahabatnya itu. Dalam hatinya dia merasa tersentuh, dia merasakan cinta terselubung berbalut perpisahan dari seorang sahabat untuknya melalui petualangan aneh mereka di alam mimpi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun