Mohon tunggu...
Anggi Gayatri
Anggi Gayatri Mohon Tunggu... -

Mage User yang sering berkeliaran menjelajahi hutan liar imajinasinya hanya untuk menemukan sulur-sulur ajaib yang mampu menghasilkan ide-ide horor kualitas murni untuk menakuti pembaca! Contact Info : anggigayatri6@gmail.com WA +62823-6193-0449 TELP. 083183947545

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalananku Sebagai Pemandu Wisata Solutif yang Terkesan Fiktif Namun Efektif

21 November 2018   17:21 Diperbarui: 21 November 2018   17:27 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Baiklah akan saya mulai cerita renyah pengalamanku mengantarkan para turis itu dengan selamat dalam waktu yang benar-benar terdesak, ungkapku pada atasanku Pak Bernard. "Lanjutkan, ucap Pak Bernard lagi sambil mengetik sesuatu di laptopnya. "Saat itu pukul 17.30 minibus yang saya kendarai tiba-tiba mogok di tengah hutan karena overheat. 

"Kami benar-benar dalam dilema, karena jarak kampung terdekat untuk dimintai bantuan adalah sekitar 6 kilometer lagi dengan berjalan kaki dan harus menempuh medan yang bersinggungan dengan jurang, sementara untuk kembali ke pondok konservasi hutan merupakan langkah yang berat karena selain gelap gulita di tengah hutan, bisa saja ada hewan pemangsa yang siap mengintai, sambungku. Pak Bernard mendengarkan dengan sangat teliti, takut ada setitik kepalsuan dalam ceritaku. 

"Lalu apa yang pertama kali kamu lakukan dalam keadaan seperti itu? tanya Pak Bernard. "Pertama saya mencoba menghubungi rekan-rekan saya di penginapan mumpung baterai handphone masih tersisa 27% lagi, dan salah seorang menyanggupi menjemput kami dengan sedan berkapasitas 4 penumpang sekali jalan, akan sampai dengan waktu tempuh 2 jam 15 menit karena jalan yang rusak, jawabku. "Selanjutnya saya menelepon penjaga hutan konservasi yang bersedia menjemput kami satu persatu dengan motor dan jarak tempuh sekitar 30 menit pulang balik. 

"Yang saya ingat adalah saya terlebih dahulu mengedepankan penumpang yang sangat membutuhkan bantuan seperti Anggi, gadis 21 tahun yang kakinya terkilir karena keasyikan memfoto kuskus untuk feed instagramnya, saya berencana untuk menaikkannya ke motor penjaga pondok konservatif yang akan menjemput nanti bersama dengan Kanaya, adiknya yang phobia kegelapan. 

Sementara Kevin, anak kecil berumur 8 tahun yang besok harus pergi bersama kedua orang tuanya Lukman dan Prita menaiki pesawat menuju Jakarta jam 7 pagi akan menaiki sedan rekanku yang akan datang. Lukman yang baterainya masih tersisa 70% lagi akan sangat berguna bila tetap disini bersama isterinya Prita dengan baterai 35% dan akses internet bersamaku menunggu jemputan selanjutnya.

"Oh iya! Saya hampir melupakan Fred! "Kakek bernama Fred yang berusia sekitar 78 tahun itu membawa peralatan lengkap, namun dia tidak kembali selama 15 menit setelah izin mau BAB di hutan yang rimbun. Saya pun memutuskan untuk mencarinya ketika tiba-tiba terdengar bunyi peluit dari tempat Fred BAB. S

ementara di sisi lain minibus terlihat Her, lelaki 50 tahun yang asik membongkar muatan minibus berharap bisa memperbaikinya. Setelah mengecek keadaan kakek Fred, ternyata dia tidak sengaja terjatuh ketika hendak menggapai daun yang lebar namun tinggi di pohon untuk membersihkan kotorannya. Kakek Fred pun saya bawa kembali ke minibus. Bertepatan dengan itu, penjaga konservasi datang, saya segera menyuruh Anggi untuk ikut bersamanya menginap di pondok bersama dengan Kanaya nanti.

 Pukul 18.00 pm..  Anggi pergi duluan ke pondok konservasi.

18.30 pm.. Kanaya menyusul kakaknya ke tempat yang sama.

19.45 pm..Karena sudah tua kuputuskan agar Kakek Fred, Her dan Kevinlah yang pergi duluan menuju penginapan. Sebelumnya kami membagi dua pack nasi kotak yang tersisa untuk Lukman dan Prita serta Her dan Kevin. Kakek Fred sudah mempunyai bekal sendiri, sementara saya dengan bantuan senter handphone Lukman dan peralatan kakek Fred, berhasil menemukan buah-buahan hutan dan memakannya sebagai pengganjal perut. Walau sebelumnya Kevin merengek, namun dia patuh juga mengingat Fred dan Her adalah kakek yang baik. Tidak mungkin bagi kami menunggu jemputan sedan yang akan memakan waktu sekitar 4 jam lebih bagi sedan tersebut untuk menjemput kami kembali sementara hari sudah semakin gelap. Kuputuskan untuk memanfaatkan ponsel Lukman dan Prita untuk meminta bantuan ke atasanku Pak Bernard walaupun nanti dimarahi karena telah membuat penumpang dalam situasi bahaya. "Namun saya tidak peduli lagi, bagaimanapun kami harus selamat dari berbagai makhluk yang mengintai di dalam hutan. "Begitulah akhir ceritanya Pak, ungkapku dengan raut penuh harap bahwa Pak Bernard tidak akan memecatku. "Aku tidak akan memecat karyawan yang telah mempercayakan hidupnya padaku dengan loyalitas dan tingkat intuisi yang mengagumkan sepertimu, jangan sampai teledor lagi, ucapnya. "Baik Pak, terimakasih telah memaafkanku karena tidak ada korban kali ini, ucapku lagi."

#GenerasiSolutifKompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun