Mohon tunggu...
Angga Yuda Pradana
Angga Yuda Pradana Mohon Tunggu... pegawai negeri -

belajar memahami hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mulutmu Harimaumu

2 Maret 2014   00:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:20 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terkadang ada yang membuat kita risau dengan pendapat orang terhadap diri kita.Omongan orang yang entah mengapa semakin kita tak ingin memikirkannya namun kepikiran terus yang terjadi. Omongan orang lain yang kita sendiri pun tak pernah mendengar langsung dari yang bersangkutan.Mungkin karena itu malah semakin mengganjal di hati.

Mungkin akan berbedabila kita mendengar langsung dari orangnya. Kita bisa menilai langsung apakah yang diucapkannya serius ataukah bercanda belaka. Maka kita bisa langsung mengambil sikap. Pasang kuda-kuda membela diri atau legowo pasrah mengiyakan apa yang dikatakannya.

Sebagai makhluk yang bernafas naluri kita bisa membaca lawan bicara kita. Bercanda maupun serius bisa kita baca dari cara dia menyampaikan opininya terhadap diri kita, mimik wajahnya, tatapan matanya, dan gesturnya. Kecuali yang dihadapan kita adalah artis kawakan yang telah fasih memerankan film action tergahar hingga drama termelow sekalipun. Kalau yang kita hadapi, teman sendiri, saudara, atau orang lain yang telah kerap kita jumpai dan sering kita bersosialisasi dengannya tentu tak sesulit berhadapan dengan seorang artis.

Dari sikap yang dapat kita baca, dari situ pulalah respon yang bisa kita berikan. Serius, maka serius pula kita menanggapinya. Serius tak bearti mata melotot, napas mendengus, hingga urat leher terlihat. Serius artinya kita berani bersikap untuk menunjukkan keadaan yang sebenarnya, menyangkallah jika pernyataannya bertolak belakang, namun berbesar hati dan berdamailah dengan situasi yang ada jika apa yang dikatakannya benar ada dalam diri kita. Anggap itu sebagai nasehat gratis yang kita terima dan menjadikan diri instrospeksi. Baguslah masih ada yang perhatian dengan kita dan secara terbuka mau berterus terang mengatakan kekurangan kita. Tetapi jika kita berada pada situasi yang sedang bersendau gurau maka tak perlulah berpusing-pusing memikirkan kata demi kata yang terlontar dalam keadaan tersebut. Anggaplah semua sebagai candaan. Tak perlu diambil pusing. Kasihan otak kita jika harus dipaksakan untuk memikirkan candaan karena masih terlalu banyak hal penting lainnya yang harus dipikirkan. Ya walaupun, dalam setiap candaan kadang terjadi salah ucap, salah sebut yang menimbulkan salah persepsi hingga ditafsirkan berbeda oleh orang lain. Tapi selama itu masih dalam batas bercanda, lupakanlah. Titik.

Hal yang menjadi ganjalan di sini adalah dimana kita tak mendengar langsung dari orang yang berkata suatu hal tentang kita. Jika yang dikatakan hal baik tentang diri kita masih saja membuat kita kepikiran mungkin karena kenyataannya tidak demikian, apalagi hal buruk yang dikatakannya. Ada sesuatu yang kurang mengenakkan di hati, kurang pas, kurang plong, membuntukan pikiran jernih kita karena serba menerka-nerka, mengkalkulasi kemungkinan-kemungkinan, benarkah itu memang keluar langsung dari mulutnya atau hanya sekedar berita burung yang sampai ke telinga kita melalui perantara orang lain?

Menimbulkan suatu prasangka yang kurang menyenangkan. Jikalau benar diucapkannya, apa latar belakangnya, apa alasannya?. Jikalau tidak, kenapa si perantara begitu tega menyampaikan isu yang tidak bisa dipertangungjawabkan kebenarannya.

Perlu diam sejenak untuk menelisik apakah benar hal tertentu tersebut diucapkan oleh seseorang yang ditujukan kepada kita. Diam untuk menghilangkan segala prasangka. Mencoba membongkar kebuntuan pikiran sehingga bisa jernih dalam menganalisa masalah.

Hal pertama yang bisa dilakukan adalah mencoba menggali informasi tentang diri kita melalui teman-teman terdekat. Lewat perbincangan sesama teman, kita bisa menyinggung sedikit tentang diri kita. Kita bisa menyisipkan pertanyaan "eh kamu dengar kabar ini tentang aku ga?" Jika teman kita tau kemungkinan dia akan memberikan informasi yang berharga sebagai titik awal untuk mendapatkan informasi yang selanjutnya. Namun setelah beberapa teman kita tanya dan tak ada satu pun yang mengetahui hal itu, bisa jadi kabar tentang kamu hanya isu belaka. Namun jangan berpuas dulu, ini hanya dugaan awal. Toh sebenarnya yang paling tau tentang diri kita, ya diri kita sendiri. Itupun jika benar ada sesuatu dari diri kita yang sedang jadi pembicaraan umum. Entah hal baik maupun buruk.

Pertanyaan kepada teman-teman terdekat kita hanya untuk memastikan apakah kabar itu telah dipelintir, dimodifikasi sehingga tak sesuai dengan realitanya. Keharusan kita meluruskan hal yang sebenarnya apalagi menyangkut nama baik kita. Dan menahan jangan sampai berita buruk, buruk karena telah dipelintir beritanya tersebut membuat kita tak nyaman dan merasa tertekan.

Berbekal informasi dari teman-teman kita, selanjutnya kita memberikan klarifikasi kepada si perantara berita tersebut. Bila benar telah terjadi pembiasan kebenaran maka kita luruskan. Namun bila yang dikatakannya sesuai apa adanya apalagi tentang keburukan diri kita, maka kita berbicara dari hati kehati untuk tidak menyebarkan keburukan tersebut. Karena bagaimanapun merupakan tugas bagi semua untuk tidak menceritakan buruk orang lain, jika telah terlanjur mengetahuinya diam dan nasehatilah bukan menyebarkan aibnya.

Sebagai langkah terakhir adalah memberikan penjelasan yang masuk akal sesuai keadaan yang ada kepada orang yang pertama kali mengatakan hal-hal tentang kita kepada orang lain. Bila ada salah yang pernah terjadi sehingga tersebarnya kabar yang kurang menyenangkan tentang diri kita maka saling memaafkan diantara kedua belah pihak tentu lebih bijaksana dan berjanji tak akan saling membuka aib. Biarlah aib tiap-tiap orang menjadi rahasia pribadi, dan yang mengetahui hendaklah menasehati atau diam tentu akan lebih baik.

Setiap orang punya wilayah pribadi masing-masing yang jika anda masuki maka melanggar teritori tersebut. Sebagai tuan rumah tentu akan marah jika haknya dilanggar orang lain. Begitu pula dengan hal baik maupun buruk yang ada dalam diri anda. Ketika semua hal tentang anda dibicarakan orang lain sekalipun kebaikan anda, terkadang ada perasaan tidak terima, tidak rela, tidak ikhlas.

Setiap kata yang terucap akan dimintai pertanggungjawabannya. Satu kata yang terselip suatu fitnah akan menghancurkan tatanan apik yang telah tertata dalam kehidupan bersama. Kehidupan sosial yang telah terbentuk dari dasar saling menghargai berubah menjadi sikap saling curiga. Kecurigaan yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas dari hubungan sosial. Sikap saling mencurigai, tebar fitnah, adu domba, balas dendam yang akan merontohkan kesatuan serta keharmonisan bersosial.

Maka mengembangkan sikap saling menghargai orang lain dengan menjaga perasaannya mutlak dilakukan. Menjaga lidah tetap dalam kodratnya, tetapsebagai indra perasa makanan, bukan "ngrasani" orang lain. Tak mudah namun bisa dilakukan. Hanya.butuh satu tekad "jaga ucapanmu jangan sampai kau termakan ucapanmu sendiri" Selain malu yang didapat karena telah menyebarkan berita dusta, tiap kata yang telah terucap tak dapat ditarik kembali dan terlanjur menyakiti hati orang lain dan engkau pun akhirnya tertelan sendiri oleh mulut harimaumu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun