Mohon tunggu...
anggauin
anggauin Mohon Tunggu... Dosen - Angga Teguh Prastyo adalah dosen pada UIN Maulana Malik Ibrahim Malang konsentrasi studi pada penelitian skripsi mahasiswa serta pengembangan Manajemen Pendidikan Islam. Akun Youtube: anggauin

Angga Teguh Prastyo adalah dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sehari-hari mengajar pada program studi Manajemen Pendidikan Islam. Peminatan tulisan pada bidang Manajemen Pendidikan Islam serta isu-isu terkait dengan pendidikan agama Islam. Sehari-hari membuat konten mengenai penelitian dan skripsi mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dari Perayaan Idulfitri Tahun 2022

2 Mei 2022   16:00 Diperbarui: 2 Mei 2022   16:09 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap perayaan hari besar keagamaan Islam seperti Idulfitri yang bertepatan pada tanggal 2 Mei 2022 saat ini, tidak hanya memberikan makna simbolis terhadap satu ajaran yang agung, namun juga mengandung muatan pendidikan yang bisa diserap sebagai pelajaran yang penting dalam kehidupan.

Salah satu pelajaran terpenting itu adalah ternyata setiap manusia memiliki rasa pemaaf yang tinggi meskipun didera dengan banyak kesulitan maupun cobaan yang dialaminya selama setahun ini. 

Karakter pemaaf itu terlihat dari berbagai macam kalimat dan kata yang diekspresikan dalam berbagai media sosial seperti WhatsApp, YouTube, maupun Instagram atau secara langsung dengan tatap muka kepada para kolega, sahabat, keluarga maupun atau bahkan orang yang tidak dikenal pun saling bermaaf-maafan ketika bertemu di jalan. 

Hal inilah yang dilihat dan diamati penulis ketika melaksanakan kegiatan saling maaf-memaafkan di kampung Dempel Desa Tumapel Kabupaten Mojokerto pada hari ini.

Selepas mengerjakan salat Idulfitri bersama-sama di Masjid Nurul Huda, salah satu masjid terbesar di kampung kami. Kemudian saya mengikuti acara sungkeman kepada orang tua. Setelah itu saling memaafkan kepada para saudara dan tetangga. Momentum ini memberikan rasa penuh haru yang terlihat dari ekspresi setiap orang. 

Saya pun hampir meneteskan air mata, namun karena saya seorang pria, saya tahan perasaan itu. Memang ada perasaan gengsi, masak seorang pria harus menangis sangat sungkem dan saling maaf-memaafkan. Namun bagi kalangan emak-emak, rupanya tidak mampu menahan air mata kebahagiaan.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Saya pun berkesimpulan bahwa segalak-galaknya ibu kita, semarah-marahnya bapak kita, ketika perayaan Idulfitri hadir dengan diiringi perasaan tulus saling memaafkan, maka semuanya larut dalam sukacita untuk saling memahami, tidakmengukit-ukit kesalahan yang diperbuat. Bahkan yang selama ini saling ghibah satu sama lain, terlihat kompak untuk bersuka cita dan makan bersama.

Idulfitri telah membawa perubahan drastis kepada diri kita untuk saling memaafkan dan berbagi kebahagiaan. Meskipun kita tahu bahwa kualitas puasa yang dijalani maupun ibadah yang dikerjakan tidak sempurna. 

Semua orang pun menyadari bahwa idulfitri ini merupakan momentum untuk bersatu dan menguatkan tali persaudaraan antar keluarga maupun orang lain sebagai satu umat yang saling membantu dan berbagi kebahagiaan dalam situasi apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun