Mohon tunggu...
anggar septiadi
anggar septiadi Mohon Tunggu... -

let's being an absurd

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hancock

5 Februari 2012   11:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:02 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13284415341216520989

[caption id="attachment_159212" align="alignleft" width="300" caption="John Hancock menyelematkan Ray Embrey pada insiden perlintasan kereta api"][/caption] Nilai, Norma, aturan, dan hukum adalah perangkat guna memapankan kondisi masyarakat, tak terkecuali terhadap superhero.

John Hancock (Will Smith) adalah seorang gelandangan Los Angeles. Dengan pakaian lusuh, kotor, bahkan dekil, ia banyak menjalani hidup di kolong jembatan, emperan toko, dan tempat-tempat umum lainnya. Selain karena memang tak memiliki rumah, Hal tersebut dilakukan Hancock karena ia adalah seorang pemabuk akut. Setelah mabuk berat ia bisa tidur dimana saja.

Perilaku di luar batas norma-norma masyarakat tersebut yang membuatnya dibenci orang se-Los Angeles. Akan tetapi, bagaimana orang-orang Los Angeles bisa membenci Hancock? Sedangkan gelandangan di kota tersebut bukan Hancock seorang diri.

Hancock bisa dikenal oleh orang se-Los Angeles lantaran dia adalah seorang superhero. Laiknya Superman ia memiliki kekuatan super: bisa terbang, dan memiliki tenaga yang fantastis. Dan seperti superhero pada umumnya, ia juga turut membantu masyarakat dengan memerangi kejahatan. Walaupun, upaya memberantas kejahatan yang dilakukan Hancock tetap membuat Hancock dibenci.

Kenapa Hancock yang superhero dan banyak membantu masyarakat masih tetap dibenci? Selain karena sikapnya yang memang ugal-ugalan dan ditambah periklakunya yang suka mabuk-mabukan, Hancock dibenci karena kegiatan memberantas kajahatannnya dilakukan diluar norma-norma superhero atau paling tidak proyeksi masyarakat atas tindakan menyelamatkan bumi yang dilakukan superhero.

Hancock justru lebih banyak meninggalkan kerugian-kebanyakan kerugian materil-dalam kegiatannya menyelamatkan manusia. Satu ketika, ada kelompok penjahat bersenjata yang sedang dikejar polisi. Hancock yang mengetahuinya dari siaran televisi langsung menuju tempat kejadian untuk menghentikan kelompok penjahat tersebut. Sembari menggenggam botol minuman, seketika Hancock tiba di dalam mobil penjahat tersebut.

Hancock membawa terbang kelompok penjahat tersebut bersama mobilnya dan membenturkannya ke gedung-gedung perkantoran. Hingga mobil beserta kelompok penjahat tersebut ditancapakan ke menara salah satu gedung. Penjahat tersebut tertangkap ditambah kerugian materil sebesar 9 juta dolar. Ya, Hancock memang memberantas kejahatan dengan caranya sendiri diluar batas kemapanan masyarakat.

Atas aksinya yang merugikan, Walikota Los Angeles malah berniat mengusir Hancock. “Los Angeles tidak membutuhkan superhero macam Hancock, biar saja dia pindah ke New York,” perintah Walikota.

Mendapat perlakuan macam itu dari masyarakat, tingkah polah Hancock makin menjadi-jadi. Ia makin menyukai alkohol, ugal-ugalan demi mengalihkan upaya represif nilai, dan norma masyarakat. Hingga pada satu waktu, Hancock bertemu Ray Embrey (Jason Batemen) seorang Public Relation yang ia selamatkan dalam insiden perlintasan kereta api.

Lagi-lagi dalam insiden tersebut ia banyak menghasilkan kerugian materil, ia memberhentikan kereta api demi menyelamatkan Ray. Alhasil kereta api tersebut malah ringsek, dan beberapa mobil dia gulingkan guna memberi jalan pada mobil ray.

Ray yang seorang Public Relation paham betul tentang persoalan pencitraan. Ia tahu Hancock sebenarnya punya niat mulia untuk menyelamatkan orang. Makanya ia berniat untuk merubah citra Hancock biar dilihat sebagaimana superhero sesungguhnya. Pertama, ia menyuruh Hancock untuk mengakui kesalahannya dan bersedia masuk penjara. Hancock menurut.

Lantas, Ray mencoba membuat Hancock untuk merubah citranya seperti yang dinginkan masyarakat. Ray membuat Hancock untuk meninggalkan minuman keras, bersikap ramah, dan murah senyum pada masyarakat. Hancock menurut.

Selanjutnya, Ray malah membuatkan Hancock sebuah kostum superhero agar lebih dikenal masyarakat sebagai superhero ketimbang berandalan. Ray juga mengajarkan Hancock untuk mengatakan “Kerja Bagus, kawan” pada siapa saja yang ia temui seusai ia melakukan tugasnya sebagai superhero. Hancock menurut.

Upaya Ray berbuah manis, Hancock kemudian bertransformasi menjadi superhero idaman masyarakat. Dengan kostum superhero, dengan senyum manis seusai memberantas kejahatan, dan dengan meminimalisasi dampak kerusakan terhadap sumber-sumber kapital. Hancock telah bisa disandingkan sengan Superman dan Batman.

John Hancock memang cuma tokoh fiktif dalam film Hancock (2008) garapan sutradara Peter Berg, dimana Will Smith jadi salah satu produsernya, dan didistribusikan oleh Columbia Picture. Ide awalnya menarik, tentang superhero yang keluar dari batas norma masyarakat, dan nilai-nilai ke-superhero-an. Walau pada akhirnya Hancock harus menyerah atas represifitas nilai dan norma tersebut. Bahkan oleh hukum negara.

Menjadi menarik karena, pertama, masyarakat-khususnya kelompok dominan-sangat represif atas upaya internalisasi nilai dan norma kepada anggotanya, tak terkecuali bila ada superhero di kelompok masyarakat tersebut. Kedua, dalam masyarakat, ada kelompok dominan yang berusaha merepresi nilai-nilai tersebut, dalam film dan kondisi nyata bisa terwujud dalam pemerintah dan kapital.

Louis Althusser, seorang Post-Marxis membagi upaya internalisasi nilai, norma yang diproduksi kelompok dominan terhadap masyarakat menjadi dua cara: secara ideologis, dan represif. Aparatus ideologis terwujud dalam institusi yang bersifat persuasif seperti: sekolah, keluarga, kelompok masyarakat. Sedangkan Aparatus represif berupa militer, polisi, perangkat hukum yang bersifat mengikat.

Hancock termasuk yang harus tunduk atas upaya internalisasi tersebut, karena tindak tanduknya banyak menghasilkan kerugian materil yang tidak sedikit. Oleh karenanya, butuh usaha stabilisasi atas diri Hancock agar tak merugikan eksistensi kelompok dominan. Dalam hal ini, Ray sebagai public relation tentu bisa dimaknai sebagai salah satu agen internalisasi nilai kelompok dominan yang tahu betul upaya stabilisasi masyarakat.

Pada akhirnya, Hancock harus meninggalkan identitas ke-superhero-annya yang unik dalam rangka bergabung dan diterima dalam kondisi masyarakat tertentu. Untung, hanya disuruh untuk stabil, bagaimana bila populasi superhero di satu masyarakat cukup banyak. Mungkin mereka juga harus membuat Kartu Tanda Superhero.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun