Mohon tunggu...
Angga Hergastyasmawan
Angga Hergastyasmawan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa PPs FIAI MSI UII

Selanjutnya

Tutup

Money

Perbedaan Konsep Kelangkaan dalam Ilmu Ekonomi Konvensional dan Islam

3 Desember 2017   13:39 Diperbarui: 3 Desember 2017   13:50 7844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Islam memiliki perspektif yang berbeda. Perspektif islam tidaklah sama dengan yang dianut oleh sistem ekonomi konvensional, dimana yang dimaksud dengan pokok persoalan ekonomi adalah persoalan kekayaan dan pemenuhan kebutuhan serta minimnya sumber-sumber daya alam sebagai sarana pemenuhkebutuhan tersebut. Perspektif Islam menyatakan bahwasanya sumber -- sumber kekayaan yang ada dialam telah disediakan oleh Allah SWT sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang ditujukan untuk mengatasi persoalan kehidupan manusia (At -- Tariqi, 2004: 286).

Jika dikatakan sumber daya ekonomi itu langka dan terbatas, maka secara tidak langsung seakan kita mengatakan bahwa Allah SWT bersifat kikir dan bakhil terhadap manusia, karena Allah tidak memenuhi semua kebutuhan -- kebutuhan manusia di bumi, alih-alih Dialah yang menciptakan manusia dan mengutus manusia untuk tinggal di bumi (Rivai dan Buchari, 2009: 76).

Menurut Islam, masalah-masalah ekonomi bukan bukan disebabkan oleh kelangkaan sumber -- sumber material ataupun terbatasnya kekayaan alam. Hal tersebut berada dalam firman Allah SWT Qs. Ibrahim [14]: 32-34 yang artinya: Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukkalian; dan Dia telah menundukkan bahtera bagi kalian supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya dan Dia telah menundukkan (pula) bagi kalian sungai-sungai. (32) Dan Dia telah menundukkan (pula) bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagi kalian malam dan siang. (33) Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya. Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).(34)

Setelah menerangkan sumber-sumber kekayaan yang telah Allah anugerahkan kepada manusia, ayat-ayat suci tersebut meyakinkan bahwa sumber-sumber kekayaan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, juga cukup untuk memenuhi segala yang manusia minta. Jadi masalah ekonomi sebenarnya tidak muncul akibat terbatasnya sumber dan kekayaan alam atau akibat ketidakmampuan alam dalam merespon kebutuhan manusia.

Semua kata "menundukkan" di dalam ayat tersebut bermakna "memudahkan" atau "menjadikannya mudah". Jelasnya, segala sesuatu, baik yang di bumi maupun yang di langit, Allah ciptakan untuk kepentingan manusia. Seluruhnya itu menjadi "sumber daya" yang dapat digunakan oleh manusia untuk mendapatkan harta guna memenuhi kebutuhannya (Chaudry, 2014: 9).

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebab timbul masalah ekonomi dimunculkan oleh manusia itu sendiri, yakni dari kezaliman dan keingkaran mereka. Kezaliman manusia dalam hal distribusi kekayaan dan keingkaran mereka atas nikmat Allah (dengan semena-mena mengeksploitasi sumber-sumber yang Allah anugerahkan kepada mereka) adalah dua faktor yang menciptakan kesengsaraan hidup bagi manusia sejak awal sejarah. Masalah ini dapat diatasi dengan mengakhiri kezaliman dan keingkaran manusia, yakni dengan menciptakan hubungan yang baik antara distribusi dan mobilisasi segenap sumber daya material untuk memakmurkan alam serta menyibak segala kekayaan (Ash Shadr, 2008: 430).

Sebuah ciri utama sistem ekonomi Islam adalah konsep bahwa Allah SWT, adalah tuhan penguasa alam semesta dan maha pemberi. Allah SWT memberi nafkah dan penghidupan bagi semua makhluk-Nya di seluruh alam. Allah-lah yang telah menciptakan semua harta dan sumber-sumber yang dengannyalah manusia memperoleh nafkahnya. Sebenarnyalah Allah berkomitmen untuk memberi makan, menjaga dan memelihara seluruh makhluk, termasuk manusia.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an diantaranya Qs. Huud [11]: 6 yang artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh) (Qs. Huud [11]: 6) Dan juga sibutkan dalam nash hadist diantaranya hadist yang artinya "Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Allah-lah yang telah menciptakan segala sesuatu di alam raya ini. Segala sesuatu di bumi yang telah diciptakan-Nya diperuntukkan bagi manusia, langsung maupun tidak langsung. Binatang, tetumbuhan, mineral, air, udara, api, tanah, sungai, gunung, laut, dan bahkan matahari, bulan, bintang, siang dan malam, dan sebagainya, semuanya itu diciptakan untuk melayani manusia. Banyak manfaat ekonomi yang diletakkan oleh Allah SWT pada benda -- benda itu untuk manusia.

Daftar Pustaka

Mulyadi, Endang dan Wicaksono, Erick., 2016, Ekonomi 1, Jakarta: Yudistira, 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun