Mohon tunggu...
Angelline Kezia
Angelline Kezia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Suka bernyanyi walau suara sumbang, suka traveling walau kantong kering, suka masak apalagi makan. Tapi paling enak itu indomi rasa mi aceh dan makan es krim waktu hujan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dunia Bawah Selimut

29 September 2022   09:21 Diperbarui: 4 Oktober 2022   07:29 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Jangan lari.. mama sudah tahu kemana harus mencarimu."

Kata yang selalu timbul dalam benakku tiap aku berbuat salah dan bersiap lari dari hukuman, ketika aku kecil hingga remaja. 

Sayang, kini lama tak lagi kudengar kata- kata itu. Aku tak bisa tinggal bersama mama dan papa ku. Terkadang, untuk meraih apa yang kita harapkan, kita harus melepas apa yg sudah kita miliki. Demi ilmu dan cita-citaku, sejenak aku harus jauh dari mereka berdua.

Kalau kabar mama dan bapak, aku tahu jelas mereka baik dan sehat dari video call meski aku tak tahu apakah yang dikatakan mereka benar adanya. Hanya, ada hal lain yang ku rindukan.. yang tak bisa ku ajak video call.. yang kalau aku cerita, dia hanya diam dan entah dia dengar atau tidak.. yang selalu jadi teman tidur ku. 

Hii... hii... selimutku yang lucu. 

Oh, apakah kamu masih wangi? Masih lembut kah? Aku yakin pasti sekarang kamu terlipat rapi dalam lemari karena tak mungkin membawamu bersamaku kali ini.

"Kamu sudah beranjak dewasa, sudah harus belajar hidup mandiri. Tinggalkan dunia bawah selimut ituu..."

Haa... baris awal kata-kata mama itu masih bisa ku upayakan meski beban, tapi baris selanjutnya? Dunia bawah selimut ku? Sulit.

Bagiku, itu adalah tempat persembunyian paling aman, tempat kau bisa menangis tanpa ada yang tahu sudah berapa liter air mata yang keluar, tempat untuk bebas berkhayal, berimajinasi, dan merancang mimpi sebelum tidur. Ada dunia yg beda, dimana hanya ada kamu dan semua perenungan-perenunganmu.

Dulu, tak sengaja aku memecahkan gelas kesukaan mama. Gelas couple yg ada 2 buah, yang satu ada tulisan "mama" dan satunya lagi "papa". Suatu waktu, gelas bertuliskan "papa" tak sengaja pecah waktu dicuci bibi, jadi aku putuskan untuk memecahkan pasangannya, gelas bertuliskan "mama". Aku benar-benar memecahkannya dengan sengaja. Pikirku, kalau satu pecah, maka pasangannya harus pecah juga kan ya? Alhasil, mama ngomel panjang dan lebar karenanya. Ya itulah wanita, mampu berorasi tanpa predikasi, mampu pidato tanpa skenario. 

Kalau sudah begitu, aku langsung lari masuk kamar, naik ke ranjang, dan menelusup ke bawah selimutku. Perasaan takut, tegang, juga penasaran barang apa yg dibawa mama untuk memukul pantatku. Mama batal marah lihat tingkah lucuku.  

Waktu itu, aku mau masuk ke SMA, "Jangan lari nak.. bukan kakimu yang mama maksud, tapi perasaanmu. Hadapi kenyataan bahwa hanya karena kurang 1 poin, aku tidak bisa masuk sekolah yg ku idamkan."

Rasa kecewa, sebal juga sesal, ku bawa masuk ke bawah selimutku. Aku menangis. Esoknya aku bangun dengan perasaan lega. Beberapa hari kemudian, aku pun sanggup dengan santai menjalani ritual masuk sekolah baru. 

Cinta pertama ku, yang dengan susah payah menggodaku, dengan usaha kerasnya baru bisa meluluhkanku. Kini berpaling kepada yang lain, membelakangiku dan menghilang. Ah, padahal dia sudah mendapatkan hatiku, memang dasar lelaki.

Terkadang, untuk memulai sebuah kisah perlu banyak cara dan kata, tapi untuk mengakhirinya tak perlu sedikitpun. Kala itu, bisikku dalam hati, "Kau pikir dengan perbuatanmu bisa membunuh semangatku?" Oh tidak sayang, malam ini aku akan menangis sambil merancang wajah tampan siapa yang hendak ku ajak masuk ke mimpiku.    

Bukan hanya air mata yang kubawa masuk, ada banyak cerita bahagia, cerita menggelitik, dan kisah romantik. Seperti ketika aku berhasil lulus dengan nilai memuaskan, lalu masuk ke perguruan tinggi idamanku. Benar, masuk dengan upaya ku sendiri tanpa jalur minat dan bakat orang tua membayar besarnya biaya semester. Sombong dan bangga memang terlalu tipis bedanya. Tapi aku memilih kata bangga saja.

Senang, susah, bahagia, kecewa. Itulah rasa-rasa yang akan kita kecap sepanjang hidup. Tips dari mama, supaya nikmat, rasakan itu satu persatu, jangan dicampur aduk.

Dan... buatmu yang tak punya teman mengadu, yang tak mampu bilang "tidak" walau kau tak setuju, dan kamu yang tak mau orang lain tahu perasaan dan isi hati mu... Cobalah dunia bawah selimut.

Surat dari ibunda untuk gadis kecilnya yang beranjak dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun