Mohon tunggu...
Angelina Togatorop
Angelina Togatorop Mohon Tunggu... Penulis - Pemula

@anglnnnn__

Selanjutnya

Tutup

Nature

Di Balik Hujan

19 Januari 2020   12:26 Diperbarui: 19 Januari 2020   12:32 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan adalah sebuah peristiwa turunnya butiran air yang berasal dari langit ke permukaan bumi. Proses terjadinya hujan dimulai dari sinar matahari yang menyinari bumi mengakibatkan terjadinya penguapan di lautan, danau, dan sumber air lainnya sehingga dihasilkan uap - uap air. Uap air ini akan naik pada ketinggian tertentu lalu mengalami pengembunan (kondensasi) yang diakibatkan oleh suhu sekitar uap air lebih rendah daripada titik embun uap air. 

Kemudian uap - uap air ini akan membentuk awan, lalu angin akan membawa butir-butir air ini. Butiran air ini akan menggabungkan diri (koalensi) dan akan semakin membesar akibat turbulensi udara (gerakan udara yang tidak beraturan akibat perbedaan tekanan atau suhu), butiran air akan tertarik oleh gaya gravitasi bumi sehingga jatuh ke permukaan bumi. Dan ketika jatuh ke permukaan bumi, butiran air ini akan melewati lapisan yang lebih hangat di bawahnya. Sehingga sebagian kecil butiran air menguap lagi ke atas dan sebagian lainnya jatuh ke permukaan bumi.

 "Di luar gerimis, nanti sakit" banyak kerap kita dengar pernyataan itu dilontarkan pada anak - anak. Dan sepertinya pernyataan itu memang sudah turun - temurun dilontarkan, membuat rata - rata orang percaya bahwa gerimis lebih rentan membuat orang sakit. Padahal faktanya, baik gerimis maupun hujan memang dapat membuat orang sakit. Tetapi bukan karena faktor cuacanya, melainkan karena kebiasaan setiap orang apabila terkena gerimis atau hujan. 

Apabila seorang terkena hujan, cenderung langsung mengeringkan dan mengganti pakaian agar tidak sakit. Lain halnya saat terkena gerimis, orang cenderung malas untuk menggunakan payung, jas hujan, atau baju hangat. Juga lebih lama menghabiskan waktu di luar karena menganggap bahwa itu hanya gerimis bukan hujan lebat.

Akibatnya, baju dan kepala jadi lembab dan dingin tanpa disadari. Karena bukan basah kuyup, maka rata - rata orang enggan mengganti pakaian atau mengeringkan diri. Maka dari itu, suhu tubuh menurun dalam waktu yang cukup lama dan sistem kekebalan tubuh akan melemah. Hal ini, jadi peluang besar bagi virus dan bakteri bersarang di tubuh. Sedangkan kondisi kekebalan tubuh sedang melemah, maka tidak ada perlawanan bagi virus dan bakteri tersebut. Ini yang mengakibatkan gerimis dapat membuat seseorang sakit.

"Hujan panas, berarti ada yang meninggal" pernyataan ini juga sudah turun temurun terlontar di masyarakat Indonesia. Padahal tidak semua hujan saat terik matahari, ada orang yang meninggal. Hujan panas ini terjadi saat di sebuah tempat ada hujan badai dengan intensitas yang tinggi, butiran hujan badai tersebut terbawa oleh angin. 

Lalu, butiran air tersebut menyatu dengan uap air yang terjadi karena dampak sinaran matahari yang sangat terik. Setelah menyatu, tak lama kemudian angin datang dan menarik butiran air dan uap air tersebut lalu menjatuhkan diri ke lokasi yang kebetulan pada saat itu sedang cerah atau tidak mendung. Tetapi itu tidak berlangsung lama, fenomena hujan seperti ini hanya berlangsung dalam hitungan menit saja.

Jadi, ternyata di balik pernyataan - pernyataan tentang hujan yang turun temurun dipercayai sebagian besar masyarakat ada penyebab terjadinya. Dan penyebab yang asli begitu adanya, tidak seperti pernyataan yang dipercayai selama ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun