Mohon tunggu...
Angelina Septiani
Angelina Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

the journey of 1000 miles starts from the first step

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nasionalisme Negara Kamboja

19 Juni 2021   14:25 Diperbarui: 19 Juni 2021   14:43 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nasionalisme adalah paham atau ajaran utuk mencintai bangsa dan negara. Artinya setiap warga negara harus memiliki cita-cita dan tujuan yang sama. Sehingga setiap warga negara dapat merasa setia, terutama kepada negara dan bangsanya sendiri. Dengan kata lain, setiap warga negara berkewajiban untuk menanamkan rasa dan semangat nasionalisme pada bangsanya.

Negara ini terletak di Asia Tenggara, berbatasan dengan Thailand di bagian barat dan Laos dibagian utara. Di sebelah timur berbatasan dengan Vietnam, sedangkan dibagaian selatas berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Luas wilayah Kamboja adalah 181.035 km2. Wilayah bagian tengah Kamboja adalah cekungan atau basin yang dikelilingi oleh dataran yang luas. Wilayah Kamboja dialiri oleh Sungai Mekong yang merupakan sungai terpanjang di negara ini. sebelah tenggara cekungan terdapat delta Sungai Mekong, sedangkan disebelah utara dan barat daya cekungan terdapat beberapa pegunungan. 

Di timur Kamboja terdapat dataran tinggi. Kamboja merupakan negara yang pernah dijajah oleh bangsa Prancis, yang kemudian merdeka pada 17 April 1953. Kamboja adalah negara yang sejak tahun 1970 dirundung kemalangan, dan berantakan karena adanya kudeta. Pada tanggal 18 Maret 1970, ketika pangeran Sihanouk sedang bepergian ke luar negeri, keponakannya yaitu Pangeran Sisowath Sirik Matak dan Lon Nol melakukan kudeta, maka sejak itulah terjadi kekacauan yang semakin besar di Kamboja. 

Bahasa resmi yang digunakan di Kamboja adalah bahasa khmer, sedangkan bahasa lain yang digunakan di Kamboja adalah bahasa Prancis, dan sebagain besar penduduknya adalah beragama Buddha. Jumlah penduduk negara ini adalah sekitar 11.168.000 orang. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya yaitu di sector pertanian. 

Hasil pertanian di Kamboja yaitu berupa bersa, merica, jagung, kapas, gula areng, tembakau dan lain sebagainya. Sedangkan dari hasil tambangnya yaitu berupa mangan, tembaga, emas dan besi. Dan dari hasil industry yang di hasilkan oleh Kamboja yaitu berupa kertas, minyak, plywood dan tekstil. Kamboja mengejutkan dunia ketika komunis radikal Kmer Merah dibawah pimpinan Pol Pot memproklamasikan Kamboja sebagai negara baru. Dia menyebut 1975 sebagai "Year Zero" yang dimana semuanya ingin dibagun dari awal. Pada tahun 1863, Raja Norodom yang ditunjuk oleh orang Thailand, mencari perlindungan di Prancis. Kemudian pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjajian dengan Prancis yang memberikan kendali atas provinsi Battambang dan Siem Reap di Thailand. Akhirya, kedua wilayah ini diserahkan ke Kamboja pada tahun 1906 pada perjanjian perbatasan oleh Prancis dan Thailand. Kamboja dijadikan protektorat oleh Prancis dari tahun 1863 hingga 1953, sebagi bagian dari koloni Indocina.

1. Nasionalisme yang Tumbuh Dalam Tubuh Bangsa Kamboja

Nasionalisme tumbuh perlahan di Kamboja. Peertumbuhan ini antara lain disebabkan oleh institut Buddhis yang dibentuk di Phnom Penh pada tahun 1930. Ada juga insiden penentangan terhadap pemerintah Prancis yang dipelopori oleh pemuda-pemuda Buddhis (1942) yang mana cukup mengejutkan para otoritas Prancis yang sudah terbiasa dengan sikap tenang dari masyarakat Kamboja. Generasi kepemimpinan dibawah Prancis umumnya tidak merasa tertantang untuk melawan karena rakyatnya tidak tertarik kepada politik dan hidup berpencar-pencar.

Situasi berubah dengan bangkitnya semangat kemerdekaan di Asia Tenggara pasca Perang Dunia II. Kamboja juga menginginkan kemerdekaan dan itu dicapai secara penuh pada tahun 1953. Radikalisme tumbuh subur. Pada mula-mula masing-masing kelompok mencoba ide-idenya untuk membentuk negara Kamboja yang ideal bagi para rakyatnya yang ditengah realitas yang saling bertentangan. Banyak orang yang menjadi luar biasa kaya karena memanfaatkan peluang perdagangan selama perang Vietnam, termasuk para pengusaha dan militer. Sementara rakyat jelata hidup dalam kondisi kemiskinan. Sikap Feodalistik Sihanouk yang memimpin secara de jure hanya beberapa tahun kemudian lengser sejak dinobatkan oleh Prancis pada tahun 1941 yang mana tidak membantu situasi. Susasan seperti itulah menumbuhkan ide-ide komunis.

2. Munculnya Nasionalisme Khmer

Tidak seperti di negara Vietnam, nasionalisme Kamboja tetap berjalan relative tenang selam sebagian besar pemerintahan Prancis mengalami pengaruh pendidikan yang lebih rendah yang membantu menjaga tingkat melek huruf rendah dan mencegah gerakan nasionalis seperti yang terjadi di Vietnam. Namun, diantara elit Kamboja yang berpendidikan Prancis, gagasan Barat tentang demokrasi dan pemerintahan sendiri serta restorasi menumen Prancis seperti Angkor Wat menciptakan rasa bangga dan kesadaran akan status Kamboja yang dulu kuat. Di dalam bidang pendidikan, kebencian juga tumbuh dikalangan pelajar Kamboja dari minoritas Vietnam yang lebih meiliki status lebih disukai pada tahun 1936, Son Ngoc Than dan Pach Choeun mulai menerbitkan Nagaravatta (Notre cite) sebagai surat kabar anti-kolonial yang berbahasa Prancis dan juga terkadang anti Vietnam. Gerakan kemerdekaan kecil terutama Khmer Issarak mulai berkembang pada tahun 1940an di antara orang Kamboja di Thailand, yang mana takut tindakan mereka akan membawa hukuman jika mereka beroprasi di tanah air mereka.

3. Merebut Kemerdekaan dari Penjajah Prancis

Pada tanggal 9 November 1953, Prancis mengakhiri pemerintahan kolonialnya di Kamboja yang mana telah berlangsung sejak tahun 1863 dan Kamboja menjadi negara berdaulat. Setahun kemudian mantan pemimpin wilayah indo-china Raja Norodom Sihanouk kembali lagi dari pengasingannya di Thailand. Sihanouk kemudian membentuk partai politik dna mengadakan pemilihan umum (pemilu). Setelah memenangkan pemilihan, ia berhasil mengusir komunis dan mendapatkan semua kursi pemerintahan. Pada tahun 1955, untuk menghindari segala bentuk larangan yang ditempatkan pada raja oleh undang-undnag Kamboja, Norodom Sihanouk mengembalikan tahta kepada ayahnya yaitu Norodom Suramarit yang mana ia kemudia terjun ke dalam dunia politik. Selama pemilihan berturut-turut pada tahun 1955, 1958, 1962 dan 1966 partai yang dibentuk oleh Norodom Sihanouk selalu memenangkan mayoritas kursi di parlemen.

Pada bulan Maret 1969, pesawat-pesawat Amerika mulai mengebom Kamboja untuk memblokir jejak dan infiltrasi tentara Vietcong. Pengeboman berlangsung hingga tahun 1973. Pada tahun 1970, ketika Sihanouk berada di Moskow dalam kunjungan kenegaraan, Marsekal Lon Nol melancarkan kudeta di Phnom Penh. Lon Nol kemudian menghapuskan monarki dan mendeklarasikan Kamboja sebagai republic. Sihanouk tidak kembali ke negara asalnya dan lebih memilih menetap di Peking, China. Dia memimpin pemerintahan dalam pelarian dan Khmer Merah adalah bagian dari pemerintahan itu.

4. Polemik Khmer Merah

Khmer Merah (Prancir;Khmer Merah) adalah cabang militer partai komunis Kampuchea (nama Kamboja pada saat itu) pada tahun 1960an dan tahun 1970an, Khmer Merah mengobarkan perang grilya melawan rezim Sihanouk dan Marsekal Lon Nol. Pada tanggal 17 April 1975, Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot berhasil menggulingkan kekuasaan dan menjadi pemimpin Kamboja. Hanya dalam beberapa hari, rezim baru mengeksekusi sejumlah besar warga Kamboja yang telah bergabung dengan rezim Lon Nol. Penduduk Phnom Phen serta penduduk provinsi lain terpaksa meninggalkan kota dan pindha ke tempat penampungan. Phnom Phen lalu menjadi kota mati. Seluruh ekonomi di seluruh negeri berubah dibawah garis keras komunis, Uang menghilang dari peredaran. Akibat dari semua itu adalah terjadinya kelaparan dan wabah penyakit yang terdapat didaerah tersebut.

Selama 44 bulan berikutnya, jutaan warga Kamboja menajdi korbn teror dari Khmer Merah. Para pengungsi yang berhasil melarikan diri ke Thailand menceritakan kekejaman kelompok ini, termasuk menghukum mati anak-anak hanya karena mereka tidak dilahirkan dalam keluarga petani. Selain itu, orang-orang keturunan Vietnam dan China juga diteror dan dibunuh. Siapa pun yang dicurigai berpendidikan atau mungkin termasuk dalam keluarga pedagang harus dibunuh dengan cara dipukuli sampai mati, bukan ditembak dengan alasan menyimpan amunisi.

Kini Kamboja mulai berkembang berkat bantuan banyak dari pihak asing setelah perang, meskipun stabilitas negara ini terguncang lagi setelahnya kudeta yang gagal terjadi pada tahun 1997. Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi. Kamboja memperoleh kemerdekaan dari Prancis pada tahun 1953 dengan Raja Norodhom Sihanouk. Norodhom Sihanouk memutuskan untuk membentuk aliansi dengan gerombolan Khmer Merah untuk merebut tahta yang diambil oleh Lon Nol. Inilah yang memicu terjadinya perang saudara di Kamboja. Pada saat memegang kekuasaan, para pemimpin negara Kamboja menjalankan sistem pemerintahan yang kejam terhadap rakyat. Kamboja memiliki sistem agrarian murni sehinggan terjadi peristiwa "Killing Field". Khmer Merah dibawah Pol Pot dan Vietnam menanggung beban dari peristiwa menyedihkan ini bagi semua orang yang tinggal di negara tersebut. peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa pembantaian. Pembantaian ini dilakukan dimasa pimpinan Khmer Merah yang dilakukan dibawah Pol Pot selama 3 tahun (1975-1978) yang mana telah membunuh 1,6 juta orang di Kamboja. Korban yang dieksekusi umumnya bekerja dibawah rezim Lon Nol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun