Mohon tunggu...
Putri Angelica
Putri Angelica Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Blood Moon: Fenomena Ketika Bulan 'Berdarah'

10 September 2017   21:22 Diperbarui: 10 September 2017   21:34 6687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Blood Moon adalah sebuah fenomena dimana bulan tampak berwarna merah seperti darah. Sebenarnya fenomena ini masih tergolong dalam fenomena gerhana bulan total. Namun, pembedanya adalah kali ini bulan bukannya tampak gelap melainkan tampak berwarna merah. Fenomena ini terakhir kali terjadi pada bulan September tahun 2015 lalu. Sebelum itu, gerhana bulan darah ini juga terjadi pada tahun 2014 dan tahun 2003-2004 silam.

                   Peristiwa Blood Moon ini menjadikan bulan tidak hanya berwarna merah namun juga sangat besar.  Hal ini dikarenakan saat terjadinya Blood Moon ini, bulan berada dalam titik terdekatnya dengan bumi atau biasa dikenal dengan fenomena Supermoon. Itulah mengapa fenomena ini menjadi spesial bagi para ilmuwan, penikmat astronomi bahkan masyarakat awam. Namun sayangnya fenomena ini jarang sekali terjadi, fenomena ini mungkin hanya terjadi beberapa tahun sekali.

                   Seperti yang kita ketahui, gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi dan bulan terletak dalam satu garis lurus. Terdapat 3 jenis gerhana bulan yaitu gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian, dan gerhana bulan penumbra. Sedangkan gerhana bulan total sendiri terjadi ketika bulan berada tepat di bagian umbra bumi atau bayangan bumi yang paling gelap. Blood Moon terjadi ketika bulan berada tepat di tengah-tengah bagian umbra bumi.

                   Lalu darimana warna merah pada peristiwa Blood Moon berasal? Warna merah ini disebabkan oleh pantulan cahaya matahari oleh atmosfer bumi. Bumi hanya menyerap gelombang cahaya biru milik matahari. Sisa cahaya yang lolos akan dibiaskan, kemudian cahaya ini akan dipantulkan ke permukaan bulan dan menjadikan permukaannya oranye terang atau merah darah. NASA berpendapat, bulan akan berubah tingkat warnanya selama di tahapan yang berbeda pada saat gerhana, yaitu mulai dari abu-abu, jingga, merah dan kuning sawo.

                   Banyaknya debu di atmosfer menentukan warna permukaan bulan. Umumnya debu yang banyak berpengaruh adalah debu akibat aktifitas vulkanik gunung berapi. Semakin banyak debu di atmosfer kala itu maka semakin merah (gelap) warna yang akan muncul nantinya. Sebelum gerhana terjadi, tidak ada ilmuwan yang dapat menentukan warna permukaan bulan yang muncul.

                   Bagi kalian yang ingin melihat fenomena ini, kalian dapat melihatnya dengan mata telanjang tidak seperti gerhana matahari yang tidak boleh disaksikan secara langsung. Untuk kalian yang tahun lalu belum sempat menyaksikan fenomena ini, tidak perlu khawatir. Ilmuwan memprediksi gerhana bulan akan kembali muncul pada bulan Januari 2018. Namun, mereka belum menyatakan apakah gerhana tersebut merupakan blood moon atau tidak.

Sumber:

Fajrina, Hani Nur. 2014. Penyebab Rona Merah Bulan Saat Gerhana. (Diakses tanggal 9 September 2017)

Fazekas, Andrew. 2011. "Rare" Lunar Eclipse Wednesday-Longest in a Decade. (Diakses tanggal 9 September 2017)

Fazekas, Andrew. 2014. Viewing Guide: Watch Blood Moon During Total Lunar Eclipse on Wednesday. (Diakses tanggal 9 September 2017)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun