Mohon tunggu...
Angela Ibadi
Angela Ibadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Airlangga

Soon to be S.Psi M.Psi Psikolog

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fear of Missing Out (FoMO) Syndrome dalam Perspektif Psikologi & Dampaknya Terhadap Kehidupan Psikologis

20 Juni 2022   15:36 Diperbarui: 21 Juni 2022   11:34 3843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             Dewasa ini, dunia tengah digemparkan oleh fenomena FoMO atau Fear of Missing Out Syndrome. Sindrom ini biasa dikenal dengan takut akan ketertinggalan & ini banyak dialami oleh generasi milenial. FoMO atau Fear of Missing Out dapat diartikan sebagai perasaan takut kehilangan momen berharga bersama teman atau kelompok sebaya ketika individu tersebut absen dari interaksi atau koneksi dengan mereka (Sidik dkk, 2020). Mereka merasa takut kehilangan teman, harga diri atau bahkan eksistensi mereka jika tidak tahu apa yang sedang terjadi atau apa yang sedang hangat diperbincangkan di lingkungan sosial.

            Dilihat dari perspektif psikologi, fenomena Fear of Missing Out merupakan ketakutan atau kecemasan tidak terhubung, ketinggalan atau terlewat pengalaman yang dinikmati oleh orang lain. Seseorang yang memiliki tingkat FoMO yang tinggi akan cenderung lebih kepo atau ingin tahu kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dan mereka merasa selalu harus mengecek sosial medianya karena merasa takut jika tertinggal berita terbaru entah itu berita di lingkungan masyarakat ataupun lingkungan pertemanan, sehingga akan memunculkan rasa gelisah bila tidak bisa mengikuti suatu tren yang sedang terjadi. Individu yang mengalami sindrom FoMO mungkin tidak mengetahui tentang hal spesifik apa yang telah dia lewatkan, namun tetap memiliki ketakutan bahwa orang lain memiliki waktu atau melakukan hal yang lebih baik atau berharga dibanding dirinya sehingga dianggap tidak up to date. FoMO dapat menyebabkan munculnya stress bahkan depresi apabila tidak mengetahui peristiwa dan informasi penting mengenai orang lain dan kelompok. Hal tersebut bukan tanpa alasan, namun didasari oleh pandangan determinasi sosial yang pada faktanya media sosial menimbulkan perasaan perbandingan antara seseorang dan orang lain tentang tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan.

            Psikopatologi akibat FoMO menunjukan bahwa pengguna SNS (Social Networking Site) kompulsif memiliki tingkat anxiety lebih tinggi dibanding pengguna SNS nonkompulsif. Hal ini didukung dengan fakta penelitian yang menemukan bahwa pengguna yang cemas cenderung lebih terlibat dengan media sosial untuk mengurangi keadaan cemas mereka. Pengguna SNS secara signifikan berasosiasi dengan depresi dan penggunaan SNS pada perempuan lebih berpengaruh terkena gejala depresi dibandingkan pengguna laki-laki. Ketika orang mengalami Fear of Missing Out Syndrome mereka akan cenderung terkena gejala psikopatologi seperti stress, merasa kesepian (loneliness), dan memiliki self-esteem yang rendah.

(doc: Finansialku)
(doc: Finansialku)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fear of Missing Out (FoMO)

            JWT Intelligence (2012) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang diduga menjadi pengaruh terjadinya sindrom FoMO ini, antara lain yaitu:

  • Informasi di Media Sosial yang Semakin Terbuka

Keterbukaan informasi di media sosial yang sangat mudah diakses memberikan pengaruh terhadap kultur budaya masyarakat yang semulanya bersifat privasi menjadi budaya yang lebih terbuka dan dapat dijangkau oleh semua orang. Laman media sosial ini akan terus dibanjiri dengan pembaharuan informasi yang real-time, obrolan hangat, dan gambar atau video terbaru.

  • Kebutuhan Psikologis Relatedness Tidak Terpenuhi

Relatedness merupakan perasaan kedekatan atau keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Kondisi ini menyebabkan individu merasa ingin memiliki kesempatan lebih dalam berinteraksi dengan orang-orang yang dianggap penting. Jika kebutuhan psikologis relatedness tidak terpenuhi maka individu akan merasa cemas dan selalu mencoba untuk mencari tahu pengalaman atau kegiatan apa yang dilakukan oleh oang tersebut.

  • Kebutuhan Psikologi akan Self Tidak Terpenuhi

Kebutuhan psikologis ini sangat penting untuk kompetensi dan berkaitan dengan otonomi, sekaligus naik-turunnya suasan hati yang positif secara signifikan terkait dengan tingkat FoMO yang lebih tinggi.

  • Social One-Upmanship

Social One-Upmanship merupakan perilaku dimana seseorang berusaha berperilaku untuk menunjukan bahwa dirinya lebih baik dibandingkan orang lain. Hal ini berkaitan dengan FoMO yang dipengaruhi adanya keinginan untuk menjadi paling hebat atau superior dibanding orang lain dan individu cenderung memamerkan aktivitas secara daring di media sosial. Aktivitas memamerkan itu juga menjadi pemicu munculnya FoMO pada orang lain.

  • Fenomena yang Disebarkan Melalui Fitur Hashtag (#)

Munculnya fitur hashtag (#) memungkinkan pengguna media sosial untuk memberitahukan peristiwa yang sedang hangat diperbincangkan. Hal demikian yang mengakibatkan perasaan tertinggal bagi individu yang tidak ikut serta dalam melakukan aktivitas tersebut.

  • Kondisi Deprivasi Relatif

Kondisi perasaan yang tidak puas saat seseorang membandingkan kondisinya dengan orang lain. Perasaan missing out dan tidak puas dengan apa yang dimiliki biasanya muncul ketika seseorang mulai membandingkan dirinya dengan orang lain dari beberapa aspek seperti pencapaian.

  • Banyak Stimulus untuk Mengetahui Suatu Informasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun