Mohon tunggu...
Angela Natalia
Angela Natalia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penanganan Eritroblastosis Fetalis dengan Tepat

25 November 2017   22:06 Diperbarui: 26 November 2017   06:00 1874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Berada di dalam keluarga yang lengkap dan bahagia merupakan keinginan setiap orang di dunia ini. Tentunya ditambah dengan kehadiran si buah hati yang sehat dan bahagia pastinya menjadi dambaan setiap orangtua. Anak dilahirkan ke dunia ini dalam wujud bayi yang mungil, rapuh, dan tak berdaya. Menurut data UNICEF, angka kematian bayi di dunia ini masih tergolong tinggi yaitu mencapai lebih dari 10 juta kematian dan 90% nya terjadi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Kematian bayi tersebut sebagian besar disebabkan oleh kondisi tubuh ibu saat melahirkan bayi.

Dalam bahasan saya kali ini, saya akan membahas tentang salah satu kondisi yang merupakan salah satu penyebab kematian bayi di dunia yaitu Eritroblastosis Fetalis. Apa itu eritroblastosis fetalis? Eritroblastosis fetalis adalah kondisi ketika sel darah putih yang dimiliki ibu menyerang sel darah merah yang dimiliki janin sehingga menyebabkan janin menderita anemia berat yang dapat berakhir pada kematian janin. Lalu apa penyebab terjadinya eritroblastosis fetalis?

Eritroblastosis fetalis dapat disebabkan oleh 2 penyebab utama yaitu ketidakcocokan rhesus dan ketidakcocokan ABO. Supaya dapat memahami lebih lanjut, saya akan menjelaskan tentang rhesus dan golongan darah ABO secara singkat. Rhesus (Rh) digolongkan menjadi positif dan negatif, sedangkan perbedaan golongan darah digolongkan menjadi empat yaitu A, B, AB, dan O.

Penggolongan darah ABO

-Pemilik golongan darah A akan memiliki antigen A di dalam sel darah merah yang memproduksi antibodi untuk melawan sel darah merah dengan antigen B

-Pemilik golongan darah B akan memiliki antigen B di dalam sel darah merah yang memproduksi antibodi untuk melawan sel darah merah dengan antigen A

-Pemilik golongan darah AB akan memiliki antigen A dan antigen B di dalam sel darah merah, sehingga tidak memproduksi antibodi A dan B pada plasma darah

-Pemilik golongan darah O tidak memiliki antigen A atau antigen B di dalam sel darah merah, memproduksi antibodi A dan B pada plasma darah

Eritroblastosis fetalis karena ketidakcocokan ABO terjadi jika golongan darah ibu tidak sesuai dengan bayi. Yaitu ketika ibu dengan golongan darah O mengandung janin yang bergolongan darah A,B, atau AB. Eritroblastosis fetalis yang disebabkan oleh ketidakcocokan ABO dianggap kurang berbahaya karena anti-A dan anti-B lebih sulit masuk ke sirkulasi darah bayi dibandingkan dengan anti-Rh. Namun eritroblastosis fetalis ABO akan menjadi berbahaya apabila bayi membawa antigen langka yang tidak dimiliki oleh ibu.

Penggolongan darah sistem rhesus

-Rhesus positif, sel darah memiliki antigen Rh

-Rhesus negatif, sel darah tidak memiliki antigen Rh

Pemilik Rh negatif dapat mendonorkan darahnya kepada sesama Rh negatif dan juga Rh positif. Sedangkan pemilik Rh positif hanya dapat mendonorkan darahnya kepada sesama Rh positif. Apabila pemilik Rh positif mendonorkan darahnya kepada pemilik Rh negatif, maka pemilik Rh negatif akan membentuk antibodi anti-Rh yang dapat menyebabkan penggumpalan darah.

Eritroblastosis fetalis terjadi disebabkan oleh karena ibu yang memiliki rhesus negatif dibuahi oleh ayah pemilik rhesus positif sehingga bisa jadi menghasilkan anak yang memiliki rhesus positif. Atau secara singkat inkompatibilitas darah.(Inkompatibilitas darah adalah ketidakcocokan darah yang dapat menyebabkan penggumpalan darah) Dalam kasus ini Rh milik janin akan dianggap oleh tubuh ibu sebagai musuh semacam virus atau bakteri, sehingga sel darah ibu akan menyerang janin dengan mekanisme perlindungan yaitu membentuk antibodi. 

Antibodi ini dapat masuk ke dalam tubuh janin melalui plasenta. Antibodi ini akan bereaksi dengan darah Rh positif yang dimiliki janin, yang menyebabkan hemolisis hebat (sel darah merah pecah) pada darah janin. Hemolisis yang terjadi di dalam sel darah janin tersebut akan menyebabkan anemia berat pada tubuh janin. 

Intinya dapat disimpulkan bahwa eritroblastosis fetalis yang diakibatkan oleh ketidakcocokan Rh maupun ABO memiliki prinsip yang sama yaitu inkompatibilitas darah, hanya saja pada eritroblastosis fetalis karena ketidakcocokan Rh lebih besar resikonya.

Gejala yang ditimbulkan oleh eritroblastosis fetalis ini yaitu,

- Anemia berat pada janin akan menyebabkan tubuh bayi melakukan penggantian sel darah merah yang pecah dengan sel darah muda ke sirkulasi darahnya. Produksi sel darah muda secara besar-besaran dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan hati dan limpa. Yang pada akhirnya dapat menyebabkan jenis sel darah lain (misal:trombosit) dan faktor pembekuan darah lain akan berkurang sehingga menyebabkan pendarahan hebat.

-Karena hemoglobin terpecah terbentuklah bilirubin, yang akhirnya menyebabkan hiperbilirubinemia yang menyebabkan jaundice (bayi kuning). Bilirubin yang tertumpuk di otak janin akan membahayakan hidup janin.

-Hidrops fetalis, ditandai dengan masuknya cairan ke dalam dua atau lebih rongga pada jaringan tubuh janin. Penumpukkan cairan dapat terjadi pada rongga perut, sekitar jantung, sekitar paru-paru, dan di bawah kulit atau pembengkakan menyeluruh. Hidrops fetalis ini dapat ditandai dengan cairan ketuban yang banyak dan juga penebalan plasenta. Karena bayi membutuhkan sel darah merah dengan jumlah yang banyak, maka organ yang membantu proses pembentukan darah bekerja dengan keras, dan dapat gagal. Sehingga terjadi pembengkakan pada organ-organ, termasuk organ jantung.

Masalah inkompatibilitas darah ini belum berpengaruh pada kehamilan yang pertama karena darah janin yang masuk ke dalam sirkulasi tubuh ibu masih sedikit, sehingga tidak terbentuk antibodi dari tubuh ibu. Kemudian setelah melahirkan, darah janin banyak yang masuk ke sirkulasi darah ibu yang menyebabkan pembentukan antibodi ibu. Antibodi yang terbentuk setelah kelahiran pertama ini tidak akan berpengaruh pada anak pertama setelah proses kelahiran, namun akan sangat berpengaruh pada kehamilan yang kedua dan seterusnya.

Lalu apakah eritroblastosis fetalis ini dapat dicegah atau diobati? Eritroblastosis fetalis ini tidak dapat disembuhkan. Namun eritroblastosis fetalis dapat dicegah dan dapat diobati gejalanya yang terjadi pada bayi. Sebelumnya harus didiagnosis terlebih dahulu eritroblastosis fetalis pada bayi.

Diagnosis

Pada awal pengecekan, dokter akan melakukan uji jenis darah pada ibu dan apakah ibu telah memiliki antibodi anti-Rh dari kehamilan yang sebelumnya. Jika darah ibu memiliki Rh negatif dan telah memiliki antibodi anti-Rh maka akan dilakukan pengecekan pada ayah. Jika ayah memiliki darah dengan Rh negatif maka tidak dilakukan proses pengecekan lanjutan. Tetapi jika ayah memiliki Rh positif atau ayah memiliki antibodi anti-Rh maka akan dilakukan tes lagi antara 18 sampai 20 minggu kehamilan dan juga pada 26 sampai 27 minggu.

Setelah mengetahui bahwa ada kemungkinan janin terkena eritroblastosis fetalis (misal ayah Rh+ , ibu Rh-) sebaiknya dilakukan cek secara berkala untuk mengetahui proses terbentuknya antibodi di dalam tubuh ibu. Dan bila memungkinkan juga dapat dilakukan pengambilan darah janin untuk mengetahui golongan darah janin. Tetapi jarang dilakukan pengecekan darah pada janin, karena selain sulit untuk dilakukan, pengambilan darah pada janin juga dapat meningkatkan resiko komplikasi. 

Jika terdeteksi bahwa kadar antibodi meningkat, maka dokter akan menganjurkan tes deteksi aliran darah arteri selebral janin, yang aman untuk janin. Eritroblastosis fetalis akan dicurigai apabila aliran darah pada janin terpengaruh oleh antibodi ibu. Bila terdeteksi adanya bahaya eritroblastosis fetalis pada janin maka dapat dilakukan proses kelahiran untuk mencegah keadaan semakin parah (janin berumur 32-34 minggu).

Jika bayi lahir berwarna kuning, (tampak kuning dalam warna kulit karena penumpukan bilirubin) setelah lahir, namun ketidakcocokan Rh tidak dicurigai, bayi mungkin mengalami masalah karena ketidakcocokan ABO. Namun seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa eritroblastosis fetalis yang diakibatkan oleh ketidakcocokan ABO tidak terlalu berbahaya seperti eritroblastosis fetalis yang disebabkan oleh ketidakcocokan Rh.

Pengobatan gejala

Jika janin telah dilahirkan dan bayi mengalami anemia, maka dapat dilakukan transfusi darah kira-kira sebanyak 4000 mililiter. Sel darah merah dari tubuh ibu dan juga antibodi harus dibuang. Jika bayi mengalami hiperbilirubinemia yang menyebabkan jaundice dapat dilakukan fototerapi pada janin.

 Dan untuk mencegah kenaikan kadar bilirubin pada janin dapat diberikan asupan yang cukup dalam bentuk ASI yang diberikan sekitar 8-12 kali setiap 24 jam, atau jika menggunakan susu formula maka susu formula diberikan sesuai dengan dosis pakai yang tercantum. Biasanya yaitu 6-10 kali setiap 24 jam. Asupan yang cukup ini akan mengurangi kadar bilirubin yang ada pada bayi. Bayi juga dapat diberi tambahan oksigen dan terapi obat-obatan untuk mengatasi gejala-gejala yang timbul.

RhoGAM

Selain itu, terdapat obat yang disebut dengan immunoglobulin Rh (Rhlg), biasanya dikenal dengan nama RhoGAM. RhoGAM terbuat dari plasma darah manusia dan diberikan pada ibu dengan Rh negatif, untuk mencegah antibodi ibu yang memiliki Rh negatif bereaksi dengan janinnya yang memiliki Rh positif. Food and Drug Administration(FDA) menyetujui penggunaan RhoGAM pada tahun 1968 dan dapat menyelamatkan banyak bayi. 

Pada tahun 1977 sebuah dosis mini dari RhoGAM yang bernama MICRhoGAM diperkenalkan. Sejak itu kematian akibat eritroblastosis fetalis hampir lenyap. RhoGAM bekerja dengan cara menghancurkan sel darah merah janin yang beredar dalam darah ibu sebelum sel darah merah itu memicu pembentukan antibodi yang akan menyerang janin. Sehingga janin dapat terlindung dari antibodi ibu. Injeksi RhoGAM diberikan pada usia kehamilan 28 minggu dan dalam 72 jam setelah persalinan. Penggunaannya dilakukan pada kehamilan kedua dan seterusnya. Namun saat ini pengobatan dengan RhoGAM masih tergolong langka dan belum tersedia di Indonesia.

Bayi yang mengalami eritroblastosis fetalis harus dipantau setidaknya 3 sampai 4 bulan setelah persalinan. Hal ini dilakukan untuk mengenali tanda-tanda anemia, barangkali saja bayi memerlukan transfusi darah tambahan. Namun jika telah dilakukan perawatan sebelum persalinan dan setelah persalinan dengan tepat, maka seharusnya bayi tidak mengalami komplikasi jangka panjang.

Pencegahan eritroblastosis fetalis dengan RhoGAM maupun dengan pengobatan gejala memiliki kemungkinan sembuh yang tergolong besar untuk dapat menolong bayi. Namun kemungkinan ini harus didukung dengan ibu bayi yang harus segera melakukan cek dokter secara rutin, sehingga dapat diprediksi apakah bayi mengalami eritroblastosis fetalis atau tidak. Dengan hal ini maka terapi untuk bayi sudah disiapkan dan semakin kecil kemungkinan kematian bayi akibat eritroblastosis fetalis.

Setelah mengetahui betapa bahayanya eritroblastosis fetalis maka tentunya kita akan lebih hati-hati dan sering melakukan cek rutin ke dokter selama kehamilan. Apabila ingin merencanakan kehamilan selanjutnya tentunya harus dilakukan cek lebih lanjut. Meskipun eritroblastosis fetalis ini dapat diatasi namun kita harus tetap berjaga-jaga dan mencegahnya. 

Sekian, terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun