Putri pun hanya bisa menyemangatiku, Ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal bisa saja Putri mengenalkanku pada Mutia. Namun, sudah kubilang, bukan? Aku tidak cukup berani. Aku sangat merasa hina akan Mutia yang sangatlah memesona. Mungkin, kalau jadi Putri, aku sudah muak pada diriku yang sekarang ini. Dikit-dikit Mutia, asal ngomong disambung-sambungin ke Mutia. Mau bagaimana lagi, Mutia memang sudah menjadi objek haluku selama ini. Kalau seperti ini, ya benersih pertanyaan yang selalu Putri tanyakan kepadaku..
Mau sampai kapan, Mar?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!