Mohon tunggu...
Bang Asa
Bang Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Terpopuler 2010

Tunggu beta bale, sodara!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sebagai Kompasianer Terpopuler, Saya Bangga Sekaligus Risi!

29 November 2010   11:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:12 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_75226" align="alignleft" width="300" caption="Koran lokal yang memuat berita saya sebagai Kompasianer Terpopuler 2010"][/caption] SAYA   tidak pernah  membayangkan jika penganugeraan Kompasiana Award 2010 akan berdampak begini. Setelah ditetapkan sebagai kompasianer (julukan untuk penulis blog Kompasiana) dengan predikat terpopuler, Sabtu (27/11), saya cukup sibuk  melayani berbagai ucapan selamat. Entah sudah berapa ratus ucapan yang saya terima,  baik melalui Facebook, Twitter, SMS maupun BBM.  BlackBerry Onyx White saya yang katanya sudah canggih, kenyataannya juga sampai dua kali hang karenanya. Saya pikir, hari ini mungkin sudah sepi. Pasalnya waktunya kan sudah lewat dua hari. Tapi kenyataannya malah lebih rame dibanding saat diumumkan. Terus terang, saya merasa geli sendiri.  Saya geli  karena seolah-olah menjadi orang penting. Padahal, saya merasa tulisan-tulisan saya di Kompasiana tidaklah ada yang penting. Bahkan boleh dikata amat sangat sangat tidak penting dibandingkan misalnya tulisan Mas Inu yang menelisik sisi lain Pak Beye. Tulisan-tulisan saya tak lebih dari rangkaian kata-kata "sampah" yang mungkin saja banyak diklikk karena secara kebetulan.  Terus terang ada perasaan risi dalam diri saya dengan predikat ini. Perasaan itu muncul karena  di antara  ucapan selamat yang masuk, tidaklah sedikit orang penting, termasuk sejumlah wakil rakyat yang ada di Senayan sana. Ada yang mengatakan kagum, bangga, dll., dsb. Saya merasa risi, karena tidak sedikit pula yang mempertanyakan parameter yang digunakan sebagai alat ukur bagi Kompasiana  untuk menentukan rangking popularitas seorang kompasianer. Saya sendiri bingung, karena selama ini hanya diumumkan bahwa akan ada penganugerahan "Kompasiana Award 2010". Hanya disebutkan bahwa penghargaan ini diberikan dalam tiga kategori, yaitu penulis tertaktif, penulis terpopuler dan tulisan terpopuler. Untuk penulis teraktif, tentu saja tidak ada yang bisa membantah jika Mas Kate yang mendapatkannya. Alat ukurnya jelas, bahwa dalam setahun ini beliau yang paling banyak menulis di blog ini.  Bahkan namanya terpajang di beranda Kompasiana. Begitu pula dengan tulisan terpopuler. Dari seluruh postingan yang ada di Kompasiana tahun ini, tulisan yang berjudul “STOP Konsumsi Mie Instant! Setelah Departemen Kesehatan Taiwan Merazia Masal Mie Instant Buatan Indonesia” adalah pemegang rekor hit  tertinggi. Tapi untuk penulis terpopuler, hingga saat ini saya belum  mengetahui kriterianya. Sepengetahuan saya, Admin selama ini  belum pernah menjelaskan melalui postingan. Olehnya itu, demi transparansi dan akuntabilitas, saya kira ini penting dilakukan untuk terutama untuk menghindari syakwasangka. [caption id="attachment_75227" align="alignright" width="300" caption="Inilah Piagam dan hadiah dari Kompasiana (foto: Imansyah Rukka)"]

12910309731203657549
12910309731203657549
[/caption] Lanjut cerita...., hari ini saya kembali  menerima banyak ucapan selamat. Ini dikarenakan  sejumlah harian  lokal memberitakan mengenai anugerah ini.  Tribun Timur Makassar misalnya, memberitakan dengan judul, "Warga Palopo Meraih Kompasiana Award 2010" sedangkan Palopo Pos memberitakan, "Blogger Palopo Raih Kompasiana Award 2010". Dalam berita di media lokal di Makassar dan Palopo tersebut, dilengkapi  foto penyerahan hadiah yang dilakukan Kang Pepih Nugraha, kepada sahabat saya, Imansya Rukka. Iman   mewakili saya karena saya sendiri tak bisa hadir. Terlepas dari perasaan risi saya, terus terang ada rasa bangga. Kota saya yang selama ini tidak banyak dikenal, tiba-tiba jadi pembicaraan. Sejumlah kawan  yang di dunia maya sangat dekat dengan saya, sampai bertanya-tanya, dimanakah gerangan kota itu? Apakah ada dalam peta? Tidak sedikit pula yang mengatakan, jika sebelumnya hanya mengenal  Palopo dari internet lantaran  adanya sejumlah kasus, seperti  bentrokan warga , bom Sampoddo, dan  sejumlah kasus korupsi yang diduga melibatkan  pejabat di daerah ini. Sebagai tambahan, bahwa Palopo itu adalah salah satu dari tiga  kotamadya yang ada di Sulawesi Selatan, selain Makassar dan Parepare. Kota ini memiliki penduduk 130 ribu jiwa. Daerah ini terletak di bibir Teluk Bone. Dari Makassar, perjalanan dapat ditempuh sekira delapan jam, sekitar 36o km melalui jalur darat Trans Sulawesi. Dulu Palopo dikenal sebagai pusat Kerajaan Luwu,  salah satu dari tiga kerajaan utama di Sulawesi Selatan (bersama Bone dan Gowa).  Adapun Kerajaan Luwu yang juga  dikenal sebagai Bumi Sawerigading itu merupakan negeri asal   "Ilagaligo" , epik  warisan dunia yang lebih tebal dari Kisah Mahabarata.    Kerajaan Luwu, setelah berintegrasi dengan RI, menjadi sebuah kabupaten. Tana Toraja merupakan bagian dari Kabupaten Luwu sebelum melepaskan diri di dekade  60-an.   Perkembangan selanjutnya, Kabupaten Luwu mengalami pemekaran hingga kini menjadi empat tiga kabupaten dan satu kota, yaitu Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Palopo. Daerah ini memiliki dua  pahlawan nasional, yaitu Raja Luwu Andi Djemma dan Opu Daeng Risadju. Selama ini, saya memang lebih dikenal sebagai kompasianer Makassar. Itu karena identitas saya, termasuk SIM mengggunakan alamat rumah di  Makassar. Meski demikian, saya  lebih banyak menetap di  Palopo, kota di mana  istri saya bekerja sebagai tenaga medis (PNS). Kota yang mungil, yang dikenal dengan masakannya yang  khas, kapurung. Kota yang jalan-jalannya jarang  macet, namun  tidak jarang  banjir karena sistem drainasenya  yang kurang beres.   Kota yang saya cintai, terlepas dari segala kekurangannya. Saya bangga karena  bisa memperkenalkan kota  Palopo, meski di tengah perasaan risi. Boleh jadi, perasaan ini akan hilang  setelah  Admin Kompasiana menjelaskan mengapa predikat ini sampai jatuh ke tangan saya, bukan pada sejumlah kompasianer  bintang , di antara 45 ribu member Kompasiana yang bertaburan di berbagai belahan bumi. Salam bangga dan risi, Bang Asa - Pin BB: 230739 EA Catatan: Bagi  kompasianers yang ingin bergabung dalam  Komunitas Penulis Kompasiana di Facebook, silakan KLIKK: Kompasianer Community atau: http://www.facebook.com/home.php?sk=group_162268430480285&ap=1 Baca juga tulisan sebelumnya:
  1. Ngaku Lumat Pak Beye dan Kerabatnya, Omjay Masuk DPO!
  2. Kompasianer Terpopuler, Untuk Apa?!
  3. Tahniah untuk Mas Bewe
  4. Pak Geye dan Kerbaunya
  5. Wow… Mbak Depe Polos Iseng Berbugil
  6. Pak Geye dan Aparatnya
  7. Tuhan, Kecilkanlah Payudara Kim Kardashian…
  8. “Kompasianer Community” di Facebook, Gabung Yuukkk…
  9. “Tulisan Terpopuler” Ngawur di Kompasiana
  10. Sayembara NN: Kompasianer Terpopuler Dapet Inge…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun