Mohon tunggu...
Berhane
Berhane Mohon Tunggu... lainnya -

Jah Bless us ...d(^__*)b .. Psalm 23 \r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bisa Nggak Ya Debat Capres di Indonesia seperti Amerika?

18 Februari 2014   20:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:42 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada dua hal yang menjadi perhatian saya, yaitu tentang debat capres dan pelantikannya. namun saya tidak akan membahas itu dari segi politis nya walau ini adalah ranah politik. tapi menyoroti kemasan dalam kedua agenda pemilu tersebut. debat capres Dalam pelaksanaan pemilihan umum ( baca Pilpres) dimanapun berada , yang paling menarik untuk di simak adalah waktu pelaksanaan debat kandidatnya. sebab dalam kesempatan tersebut, di paparkan visi dan misi sang kandidat capres yang akan di usung serta di laksanakan programnya ketika menjabat nantinya. ketika saya iseng menonton sebuah video dari youtube yang menayangkan pelaksanaan debat antara Obama dan Romney pertengahan tahun 2012 lalu, begitu asyik dan santainya jalan nya debat tersebut. meski acara tersebut dalam katagori formal alias resmi , namun karena di kemas sedemikian rupa sehingga menjadi sajian yang menarik untuk di simak. Dalam acara debat kandidat capres , di Amrik misalnya, bisa menjadi patokan atau tolok ukur terhadap program- program yang akan di jalankan nantinya. bagi warga negara nya sebuah acara debat kandidat capres menjadi titik penentuan terhadap dukungan bagi sang kandidat. mengadu visi dan misi serta program ke depan dengan lawan politik nya secara terbuka . bahkan secara blak-blakan mengkritisi kinerja incumben jika di nilai salah. upaya menjatuhkan pun bisa di lakukan secara elegant. dalih dan dalil beserta argumennya di kemukakan . total habis dan itu sah , asal tetap dalam koridor. Saya jadi membandingkan dengan debat kandidat yang pernah di lakukan di negeri kita. acara yang sekiranya bisa di jadikan ajang pengenalan dan pemaparan visi misi sang kandidat capres terkesan kaku dan dibatasi. belum secara total memaparkan gagasan nya sudah di potong atau terpotong oleh waktu yang di berikan /di tentukan. hanya sekian menit selesai, berganti topik dan ya sudah lah. kita yang menonton jadi kurang paham . padahal kita sebagai rakyat harus tahu secara benar tentang profil serta visi misi sang kandidat agar tidak seperti membeli kucing dalam karung.

Seperti dapat kita saksikan dalam gambar di atas sewaktu debat kandidat capres tahun 2004 dan 2009 dalam pemilu capres, terkesan terlalu kaku. bandingkan dengan gambar di bawah , yaitu debat capres Obama dan Romney yang berjalan santai. bahkan dikala suasana memanas ada kata-kata yang "pedas" terlontar dari kedua kandidat. dalam satu kesempatan Obama melontarkan kata "you Offensive" kepada Romney. saling tunjuk dan berbantahan.

Mungkin, bangsa ini dapat belajar bagaimana mengemas sebuah acara debat kandidat agar lebih menarik lagi dan santai , meski di acara resmi. KPU atau pihak yang terkait sebagai penyelenggara pemilu seyogya nya bisa meningkatkan mutu nya. saya maklum , sebab barangkali bangsa ini baru melaksanakan sistem demokrasi yang memilih presidennya secara langsung baru dua kali. Next time ke depannya, semoga kita rakyat Indonesia ketika menyaksikan acara debat kandidat capres dapat benar benar di buat mengerti oleh para kandidat yang bertarung. Ada catatan khusus buat saya, sewaktu melihat debat kandidat cagub dan cawagub DKI tahun 2012 juga. dimana acara sudah berlangsung cukup baik . ada kesempatan bagi masing-masing calon untuk membantah serta mendebat kandidat lainnya. misal seperti waktu pak Jokowi dengan telaknya men-smash pak Fauzi bowo dengan mengatakan "jangan cuma wacana wacana dan wacana saja ". pelantikan presiden terpilih Dari periode ke periode berikutnya, setiap pelantikan dan pengambilan sumpah Presiden terpilih, selalu di selenggaran di Senayan tepatnya di Gedung DPR/MPR RI. di depan para wakil rakyat Presiden berserta wakil di ambil sumpahnya. Kalau sewaktu dulu dalam sistem Parlementer dimana Presiden adalah mandataris MPR , maka bila acara pelantikan sekaligus sumpah jabatan itu di lakukan di depan para wakil rakyat adalah hal yang wajar dan lumrah. sebab meski Presiden bukan bawahan MPR atau DPR , tetapi karena dua lembaga tersebut adalah wakil rakyat maka layak bila di lakukan di depan sidang.

Namun , bukan kah semenjak sepuluh tahun terakhir presiden di pilih secara langsung oleh rakyat ? dimana rakyat lah yang berdaulat. semestinya pelantikan dan pengambilan sumpah di lakukan di hadapan rakyat . berkaca lagi terhadap Amrik, ketika pengambilan sumpah Obama yang di lakukan secara langsung di depan publik.

Sekali lagi, mungkin negara ini bisa belajar . sebab bila di lakukan seperti yang di lakukan dengan cara Amrik , rasanya rakyat yang sudah menaruh harpan dan kepercayaan nya kepada sang presiden terpilih menjadi berlipat. begitu dekat dan memasyarakat. bukan di hadapan para wakil rakyat di gedung secara kaku , meski di siarkan juga ke publik. namun jelas berbeda rasanya. Lalu pertanyaannya, bisakah Indonesia melakukan semua itu ? atau masih akan mempertahan kan ke-kakuan nya ? . SALAM BS, 20140218 dunia.news.viva.co.id tempo.co justnurman.wordpress suaramerdeka.com

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun