Hujan, datang mengetuk jendela
Di awal November yang dingin,
Butir-butirnya jatuh,
Seperti rindu terpendam,
Mengguyur bumi yang gersang.
Di bawah langit kelabu,
Aku berdiri, terdiam,
Mendengar nyanyian air,
Seperti suara jiwa,
Menggugah kenangan yang terlupa.
Dedaunan bergetar,
Menari dalam pelukan,
Aroma tanah basah,
Menggugah semangat yang hilang,
Di tengah kota berdebu.
Hujan ini, oh hujan,
Menghapus jejak langkahku,
Membawa pulang lamunan,
Tentang harapan yang terbenam,
Di batas horizon yang samar.
November, bulan yang penuh cerita,
Menyimpan rahasia dalam setiap tetes,
Mengalirkan kisah cinta,
Kehilangan, dan harapan,
Dalam aliran waktu yang tak henti.
Biarlah hujan menciptakan simfoni,
Di antara detak jantungku,
Karena dalam setiap hujan,
Ada kehidupan yang baru,
Ada jiwa yang terlahir kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H