Mohon tunggu...
Muhammad Andy Dava
Muhammad Andy Dava Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Partikelir Timur Jawa Dwipa Penikmat Sejarah, Politik, Filsafat, Kopi, dan Alkohol Lokal

Amorfati Ego Fatum

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi Awal Globalisasi China "Jalur Sutera" sebagai Bentuk Corak Ekonomi Politik China Abad 21

9 Juli 2020   09:00 Diperbarui: 9 Juli 2020   09:19 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika kalian penasaran, silahkan cari berita mengenai pangkalan militer milik Tiongkok di sepanjang jalur sutra. Nanti kalian akan paham sendiri kenapa Tiongkok rela membuat mega proyek dengan estimasi biaya lebih dari 1 triliun US$.

Negara-negara yang berhadapan langsung dengan proyek OBOR, akan memainkan peran yang sangat penting dalam keberhasilan pelaksanaan OBOR. Pemimpin di negara-negara yang terjena dampak OBOR melakukan pengembangan sektor maritim sebagai sarana untuk meningkatkan konektivitas di dalam negeri dan dengan dunia. 

Oleh sebab itulah, berbagai upaya pengembangan kegiatan maritim. Sedangkan keuntungan negara yang terkena dampak OBOR ialah pengembangan industri dan investasi asing maupun pengembangan infrastruktur. 

Diperkirakan China akan menggelontorkan sekitar Rp 12.000 triliun dalam beragam proyek infrastruktur di sepanjang jalur sutra, termasuk negara di Asia Tenggara, negosiasi teramat krusial lantaran China pasti menginginkan keuntungan besar dalam konteks bisnis maupun politik. 

China punya kekuatan ekonomi, militer, geopolitk. Negara do Asoa Tenggara 'khususnya' mungkin mendapatkan sesuatu, tetapi tidak dengan harga murah, pasti China meminta tradeoff. Tradeoff apakah yang diinginkan oleh China dan membuat beberapa negara bankgrut seketika karena utang luar negeri? Tentunya China meminta jaminan perusahaan milik negara. Tentang betapa bahayanya OBOR seperti yang telah dibahas dalam tulisan di atas.

Laman Tirto.id memuat tentang langkah Malaysia dan Pakistan yang menyatakan akan menimbang ulang kesepakatan mereka dengan China terkait Inisiatif Satu Sabuk dan Satu Jalan atau OBOR. Islamabad merasa bahwa kesepakatan yang telah ditandatangani kedua negara lebih dari satu dekade yang lalu itu tidak adil dan lebih banyak menguntungkan perusahaan-perusahaan China. 

China-Pakistan Economic Corridor adalah proyek pembangunan raksaksa yang bertujuan untuk menyambungkan Pelabuhan Gwadar di Pakistan dengan daerah Xinjiang di China melalui jalan raya, jalur kereta, serta pipa bawah tanah. 

Menurut Financial Times, CPEC merupakan proyek terbesar dan paling ambisius dari OBOR yang nilainya sekitar 62 miliar US$. PM Malaysia, Mahathir Mohamad pada bulan Juli kemarin mengatakan sejumlah proyek terkait OBOR di Malaysia dihentikan sementara dan biaya-biaya proyek itu akan ditinjau kembali. 

Keputusan itu diambil oleh PM Malaysia karena ia tidak mau terciptanya sebuah kondisi di mana kolonialisme versi baru tercipta karena negara-negara miskin tidak mampu bersaing dengan negara kaya, maka dari itu kita membutuhkan perdagangan yang adil.  

Financial Times mencatat, Pakistan, Sri Lanka, Laos, dan Montenegro, masuk dalam daftar proyek OBOR yang tersendat dan berakhir dengan utang yang menggunung, seperti kasus Sri Lanka dan Maladewa. Jumlah negara yang mengalami hal serupa bukan tidak mungkin akan bertambah. 

Menurut Financial Times, banyak dari 70-an negara yang terlibat dalam OBOR adalah negara-negara dengan ekonomi yang cukup berisiko menurut data yang dikeluarkan oleh OECD. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun