Mohon tunggu...
a_selaludihati
a_selaludihati Mohon Tunggu... Guru - Andy Hermawan

Terlahir dengan nama Andy Hermawan, saat ini berprofesi sebagai edupreneur dan pendongeng.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masihkah Anak Memiliki Cita-cita di Masa Pandemi?

23 Juli 2020   01:53 Diperbarui: 23 Juli 2020   01:44 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.kmiistimewa.blogspot.com

"Jika kamu tidak sekolah, mau jadi apa kamu nanti?" 

Mungkin kompasioner sekalian pernah, bahkan sering mendengar ucapan seperti itu, atau bahkan anda sekalian merupakan (pelaku) penanya hal tersebut. Tidaklah mengherankan, karena selama ini sekolah dianggap sebagai model paling ideal untuk memfasilitasi seseorang berproses meraih kesuksesan di masa depannya. 

Gambaran tentang masa depan, dapat disebut sebagai sebuah cita-cita bagi seorang anak. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cita-cita diartikan sebagai keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam pikiran, atau disebut sebagai tujuan yang sempurna (yang akan dicapai atau dilaksanakan). 

Beda jaman, beda pula cita-cita yang muncul dari anak-anak pada masanya. Jika pada jaman kolonial, anak-anak negeri ini tidak memilikin banyak cita-cita, mereka hanya berkeinginan melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh orang tuanya, yaitu seputar bertani, berkebu, kuli kebun, buruh pabrik, atau pedagang. 

Tidaklah mengherankan, karena wawasan mengenai profesi yang mereka miliki hanya sebatas apa yang dilakukan oleh orang tuanya saja. Sejatinya para orang tua waktu itu mengetahui, bahwa masih banyak profesi lain seperti guru, pamong praja, mantri cacar, bahkan pegawai negeri. 

Namun para orang tua waktu itu sadar, perlu peluang untuk menuju kesana. Pastinya peluang itu adalah kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang sesuai sebagai pendukung menjalani profesi tersebut. Pada masa itu pendidikan hanya terbatas untuk sebagian kecil anak negeri ini, hanya mereka yang berstatus bangsawan atau priyayi yang dapat merasakan empuknya bangku pendidikan. 

Dapat dibayangkan pada masa itu, para orang tua yang bukan berada pada golongan kaum bangsawan harus meredam harapan tingginya kepada anak-anak mereka. Maka apa yang terjadi? Cita-cita anak Generasi Kolonial sangat terpengaruh pada kondisi di atas. Namun beruntungnya, mereka menjadi terbiasa memiliki pola hidup yang wajar dan realistis.

Pendidikan semakin berkembang dari masa ke masa. Berbagai macam sekolah didirikan, baik yang dikelola oleh negeri maupun swasta dengan berbagai macam keunggulan yang ditawarkan. Sudah barang tentu, banyak fasilitas dan model pendukung yang dapat dipilih oleh masyarakat dengan mengacu pada kebutuhan masing-masing konsumen pendidikan. 

Sehingga pada masa ini banyak muncul profesi-profesi yang dapat dijadikan inspirasi dalam menentukan cita-cita. Sosok dokter menjadi pilihan yang paling popular di kalangan anak masa kini, kemudian disusul oleh pilihan menjadi dokter hewan, atlet, tentara, dan guru. Lalu, bagaimana dengan masa pandemi ini? 

Anak-anak masih memiliki gambaran mengenai cita-cita? Pandemi seolah mem-booting ulang proses kehidupan kita semua. Semua tatanan kehidupan berubah. Dapat dikatakan pula bahwa kita harus mengingkari kodrat kita sebagai makhluk sosial. Alih-alih memikirkan tentang cita-cita, proses untuk meraihnya saat ini terasa cukup panjang. 

Proses interaksi belajar yang selama ini menjadi sebuah kebiasaan dilakukan di waktu dan jam sama setiap harinya, tiba-tiba harus mengganti semua proses. Kebersamaan dan kehangatan belajar dengan dunia nyata harus berganti menjadi proses belajar mengajar di dunia maya. Semuanya tergagap-gagap merespon peristiwa ini. Semuanya harus merubah tatanan yang selama ini menjadi bagian dari pakem dalam kehidupan seketika. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun