Mohon tunggu...
Andy Caesar Shidqi
Andy Caesar Shidqi Mohon Tunggu... Lainnya - pulangpulangpagi

Menuju Waktu Yang Akan Datang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Halida dan Hamida

29 Juli 2020   21:54 Diperbarui: 7 Oktober 2020   10:49 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasu Halida dan Hamida (by @manums) 

Singkat cerita, mereka bosan bermain di dekat rumah, mereka mencoba memperluas wilayah permainan mereka dan akhirnya mereka menjelajah sekeliling desa. Sampai-sampai mereka tiba di suatu tempat, kira-kira sejauh 10 km dari rumahnya, mereka menemukan hutan.

Hutan yang selalu mereka dengar dari omongan orang saja bahwa hutan itu keramat dan tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Ya, begitulah kenyataanya, semakin dilarang, manusia akan semakin berhasrat untuk mencobanya. 

Awalnya mereka tidak ingin masuk ke dalam hutan karena takut, tapi sampai pada suatu saat, mereka kembali lagi ke hutan itu. Mereka nekat untuk masuk ke hutan.

Hari mulai gelap, sedangkan Lida dan Mida baru saja menginjakkan kakinya barang beberapa langkah. Langit tambah gelap, pekat mulai nampak, dari jauh terlihat jarak berlarian hilang di balik pepohonan. 

Lida dan Mida berjalan terus, tak tau mau ke mana. Setelah jauh berjalan mereka menemukan sebuah rumah kayu, tidak terlalu besar, tetapi rapih.

Mereka masuk ke dalam rumah itu. Perut mereka sangat lapar, tanpa basa-basi, melihat ada panganan di atas meja makan, mereka pun melahap itu semua tanpa tersisa. 

Setelah makan mereka merasa sangat lelah, kantuk tak dapat dihindari. Mereka tertidur pulas. Saat membuka mata, mereka menatap jendela yang terbuka menyuguhkan langit hitam pekat dihiasi bintang-gemintang terang-benderang.

Terdengar suara pintu dibuka dan betapa kagetnya mereka menatap ke arah bunyi itu. Seorang kakek membawa tas rajut. Kakek itu berbulu lebat bahkan sampai ke mukanya dipenuhi kumis dan janggut, serta cambang yang panjang. 

Kakek itu bertanya pada Lida dan Mida, apakah kalian memakan makanan di atas meja makan itu, dan serentak mereka mengiyakan, mengangguk malu. 

Kakek itu dengan sangat kesal berkata, "Makanan itu untuk dua hewan yang baru saja mati tadi siang ditembak orang dan aku tahu siapa yang memakannya. Aku telah membumbuinya dengan racikanku. Makanan itu akan membuat siapa saja yang memakannya akan berubah menjadi hewan sesuai apa yang diinginkannya. Makanan itu hendak aku kirimkan pada dua orang yang telah membunuh jarak-jarakku."

Mendengar itu sontak Lida dan Mida tercengang, tak dapat berkata-kata, mata mereka berkaca-kaca. Setelah itu kakek bertanya pada mereka, "Lantas kalian ingin menjadi apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun