Mohon tunggu...
Andung Yuliyanto
Andung Yuliyanto Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

penikmat seni, penikmat teh, penikmat buku dan juga penikmat jalan-jalan....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cidro, Jogetan Saja

15 Agustus 2019   11:05 Diperbarui: 15 Agustus 2019   11:20 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gara-gara lagu ini, Saya pernah jatuh hati pada seorang penyiar radio. Gara-garanya lagi, Ia membawakan siaran lagu-lagunya Didi Kempot disebuah stasiun radio. Kadang disela-sela pekerjaan, saya sempatkan untuk menelponnya. Modus. Pura-pura, request lagu. Lama kelamaan, meningkat bikin janjian, terus ketemuan lantas jalan bareng, makan bareng. Dan begitulah "Witing tresna jalaran soko kuliner."

Saya sendiri juga tidak menemukan jawaban, apa yang membuat saya menyenangi lagunya Didi Kempot. Salah satu sebabnya, mungkin easy listening saja. Bisa untuk Goyang. Enak sebagai pengiring kerja.

Pertama kali menyukai penyanyi yang direbranding oleh kaum milenial ini, sebagai Lord Didi atau GodFather of Broken heart, adalah Tanjung Mas Ninggal Janji. Lagu ini awalnya, Saya dengar dari radio. Entah tahun berapa.. Sampai sekarang masih menyukainya.

Semalam dalam sebuah acara Ini Talk show di televisi, menampilkan Didi Kempot sebagai bintang tamunya. Mungkin karena passionnya menyanyi, ya, Jadi acara yang seharusnya Talk dan Show porsi talknya sedikit. Diisi dengan banyak nyanyinya. Mirip mini konser. Apakah memang disengaja sama produser atau tim kreatifnya, Saya nggak tahu. Tapi penonton terlihat sangat antusias. Setiap kali Didi Kempot, menyanyikan lagu, penonton juga menirukan. Saya pun tidak ketinggalan turut bersenandung. Kebetulan ada beberapa lagu yang hafal.

Sembari bersenandung, Saya lirik istri. Berharap Dia ikut bernyanyi, tapi ternyata tidak. Saya lihat bibirnya tidak bergerak. "Loh.. Ma. Koq nggak nyanyi..." tanyaku.

 "Nggak hafal lagunya..." jawabnya singkat. "Masak sih..." tanyaku lagi. "Iya, kan nggak harus dihafal to... cukup dinikmati saja.." jawabnya. Matanya masih menatap tivi.

Segarang-garangnya Pria, bila menyangkut kenangan bersama Ayahnya, pasti akan luluh lantak hatinya. Pun disegment ketika diputar video klip tentang Bapak. 

Terlihat dalam tivi raut wajah Didi Kempot tiba-tiba mendadak berubah. "Ketika Bapak mengamen, menabuh kendang. Sebelah kiri Mamik, Kakak Saya dan sebelah kanannya Saya" Cerita beliau. 

Suatu saat Bapak ngomong begini: "Ini Bapak ngamen ketoprak dari satu kampung ke kampong lain, semata-mata demi kalian berdua" Ucap Didi menirukan Ayahnya.

"Meski tidak booming, mengapa lagu Bapak menjadi spesial ?", tanya pembawa acara.  "Selain displin , Saya sangat ingat ada satu  nasihat Almarhum Ayah saya", Ujarnya. 

"Kamu belum luar biasa kalau belum bisa memuliakan Seorang Ayah. Dan lahirlah lagi Bapak ini sebagai wujud penghormatan dan cinta...." tambahnya. Mata menerawang seolah mengingat sesuatu.

Bila hidup gembira, dijogetin itu mah sudah biasa. Mudah.  Beda dengan Didi Kempot. Bagaimana dengan hidup yang sedih ? Ternyata, hidup yang kurang mujur atau hidup yang sedihpun patut dinyanyikan. 

Patut dirayakan dengan jejogetan. "Bahkan dalam kesusahan pun selalu ada keriangan. Hanya perlu mempunyai sikap penerimaan. Ketika kita bisa bersahabat dengan kepahitan akan ada keriangan dalam menjalani kesedihan itu..."begitu Ia berprinsip.

Di segment akhir acara itu, ditutup dengan lagu...

wis sakmestine ati iki nelongso
wong sing tak tresnani mblenjani janji
opo ora eling naliko semono
kebak kembang wangi jeroning dodo
...
aku nelongso mergo kebacut tresno
ora ngiro saiki kowe cidro

....

Meski agak canggung,  kulihat istriku ternyata menyayikan lagu cidro ini dengan fasih. Aku tersenyum. Benar kata orang-orang. Mereka boleh mendengarkan K-Pop, Rock atau heavy metal atau penyanyi kelas festival. Namun ketika patah hati atau sedih mereka akan menyanyikan : "Loro, atiku. Atiku keloro-loro... rasane nganti tembus ning dodo..." di dalam kamarnya.

"Wkkkwkwk....ternyata Kita Bener-bener sobat Ambyar ya, Ma..." Godaku, menghentikan senandungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun