Mohon tunggu...
Andry Wibowo
Andry Wibowo Mohon Tunggu... Polisi - Salus populi suprema lex esto

Bergotong Royong Membangun Negeri

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pemolisian Gotong Royong

14 Juli 2020   11:25 Diperbarui: 14 Juli 2020   11:20 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

PEMOLISIAN GOTONG ROYONG DALAM MENGHADAPI PANDEMI CORONA DI ERA TATANAN NEW NORMAL: ISU DAN TANTANGAN. 


Pemolisian dalam pencegahan pandemi Covid-19 sangat kritikal dan penting sebagai usaha yang berkelanjutan dalam mencegah perluasan penyebaran Covid-19, yang merupakan krisis kesehatan publik yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Virus Covid-19 telah mengakibatkan jutaan orang di dunia terinfeksi, menyebabkan kematian ratusan ribu orang, serta meruntuhkan ekonomi global. Sehingga terjadinya pandemi ini dianggap menjadi ujian atau tes bagi kepemimpinan seseorang. Para pemimpin dunia menghadapi tugas berat dengan adanya pandemi Covid-19, karena akibat dari krisis kesehatan publik ini dapat mengancam semua sektor kehidupan masyarakat dan negara.

Seorang pemimpin dituntut harus membuat critical decision, sekalipun dengan keterbatasan data yang ada (Martin Lodege and Arjen Boin, 2020, Covid-19 as the ultimate leadership challenge: making critical decision without enough data). Ketersediaan data merupakan pengetahuan dasar yang paling penting. Kita tidak mengetahui berapa banyak orang yang telah terinfeksi, dan berapa banyak orang meninggal karena pandemi ini; berapa banyak pasien-pasien yang akan dirawat di rumah sakit dalam beberapa minggu kedepan; dan bagaimana kekuatan ekonomi dan infrastuktur akan dilaksanakan.

Pandemi Covid-19 merupakan krisis besar, percampuran dari berbagai krisis, mulai dari kesehatan, sosial, ekonomi, politik, hukum, demografi, psikologis, serta kesimpangsiuran informasi (infodemik), yang terjadi di berbagai negara dengan waktu yang beda-beda. Krisis yang terjadi saat ini di hampir seluruh dunia dikarenakan sifat dari penyakit Covid-19 yang memiliki masa inkubasi virus yang panjang dan bervariasi. Sehingga ada jeda panjang antara tindakan (sebab) dan konsekuensi (akibat). Dengan kondisi yang demikian, menjadi sangat sulit bagi kita untuk menemukan definisi yang sama tentang apa yang sesungguhnya sedang terjadi saat ini. Apalagi bersepakat tentang apa yang semestinya harus dilakukan.

Dunia menghadapi situasi ketidakpastian (uncertainty). Sudah 6 bulan virus ini menyebar keseluruh dunia, namun para ahli belum menemukan sebab, kenapa virus ini lebih mematikan bagi manusia di suatu negara dibandingkan negara lainnya ? Berapa lama waktu yang diperlukan bagi manusia untuk menjadi kebal terhadap virus ini setelah terinfeksi ? Mengapa virus ini menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada manusia yang terinfeksi ? Bahkan, banyak sekali ditemukan manusia yang positif terinfeksi Covid-19 tanpa diawali sebuah gejala. Pertanyaan asal muasal virus ini, sejak kapan dan dimana mulai menyebar, malah menimbulkan ketegangan baru antara Amerika Serikat dengan China. Penggunaan model statistik untuk melakukan prediksi penyebaran penyakit ini jelas berguna, namun akurasi hasil prediksi menjadi lemah ketika data-data yang diperlukan minim, serta kondisi yang selalu berubah. Paradigma ilmu modern mengalami kebuntuan dalam menghadapi fenomena yang terjadi di dunia hari ini.  

Diperlukan terobosan saintifik dalam menghadapi kebuntuan ini. Sebuah paradigma berpikir yang mengedepankan upaya proaktif dari seluruh sektor kehidupan untuk menjawab dan mengendalikan persoalan sosial yang terjadi sebagai dampak dari penyebaran wabah Covid-19. Langkah proaktif saintifik ini bertujuan  agar para pengambil kebijakan dapat merumuskan strategi penanggulangan, untuk melanjutkan seluruh aktivitas kehidupan, sebelum ilmu pengetahuan berhasil menemukan sebab musabab dari mewabahnya Covid-19. Fenomena Covid-19 melahirkan banyak pikiran-pikiran baru para ilmuwan sosial yang ditulis dalam berbagai  jurnal ilmiah dunia, yang mengikuti perkembangan prilaku sosial manusia dalam menghadapi pandemi. Setidaknya ada beberapa isu yang dituliskan, yang dapat dibagi dalam berberapa katagori, mulai dari leadership, komunikasi sosial, psikologi sosial, social context, identity, individu dan kolektif, hingga persoalan kejiwaan. Kesemuanya merupakan upaya dari ilmu pengetahuan dalam membaca perubahan prilaku sosial yang merupakan kontinuitas dari sejarah perkembangan peradaban manusia.

Ilmu kepolisian sebagai bagian dari social science juga dituntut untuk mengikuti perkembangan dari prilaku sosial sosial ini. Sehingga, polisi dapat merumuskan formula yang tepat dalam menyusun model pemolisian di era pandemi. Kerusuhan yang terjadi hampir di seluruh kota di Amerika Serikat dalam beberapa minggu terakhir ini dapat dijadikan bahan kajian untuk melihat konteks dan relevansi dari sebuah model pemolisian yang tepat. Polri sebagai otoritas keamanan di Indonesia, perlu menemukan sebuah model pemolisian yang sesuai dengan konteks sosial, selaras dengan spirit budaya yang dimiliki oleh bangsa ini. Polri diharapkan dapat menemukan satu benang merah yang menjadi kekuatan inti yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk menghadapi krisis. Sehingga di masa depan Polri memiliki kemampuan untuk dapat mengantisipasi gangguan ketertiban dan keamanan.

Revolusi digital 4.0 yang melanda dunia pada abad 21 ini memberi warna baru bagi seluruh aktivitas kehidupan manusia. Teknologi yang memberi banyak kemudahan, dengan sifat cepat dan luas yang melekat pada dirinya, terbukti sangat membantu aktivitas perdagangan secara online manusia di dunia. Teknologi yang mendorong manusia memasuki medan baru dunia tanpa batas, baik dari segi wilayah maupun keinginan. Teknologi yang membuat umat manusia dapat terhubung satu sama lainnya, menjadi satu instrumen baru bagi ilmu pengetahuan untuk menelusuri proses sejarah dan membaca masa depan prilaku manusia. Data besar (big data) yang berisi sejarah prilaku umat manusia menjadi fakta yang dapat dianalisis, bagi siapapun dan untuk kepentingan apapun.

Dampak lainnya dari cara bekerja algoritma berbentuk digitalisasi ini adalah derasnya arus informasi yang tak lagi menemukan batas. Informasi yang memenuhi ruang digital publik, bahkan menimbulkan kesimpangsiuran informasi (infodemi). Informasi yang mengandung kebenaran kian sulit dicari, yang membuat siapapun hari ini musti memilah dengan bijak apa informasi yang diperlukan dalam media sosialnya. Konsep post truth dengan cukup baik menjelaskan, tentang kondisi dunia hari ini yang menghadapi situasi apa yang sudah dianggap benar ternyata bukanlah kebenaran itu sendiri.  
       
Kompleksitas dari persoalan sosial mendorong seluruh personil kepolisian, untuk selalu mengikuti dinamika dari perkembangan berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu sosial. Apalagi kondisi obyektif masyarakat Indonesia yang berasal dari lingkungan agama, suku, adat istiadat, yang beraneka ragam, sehingga membentuk prilaku sosial yang bermacam-macam. Menguatnya gerakan sektarian di berbagai daerah, bahkan rasisme di dunia, menunjukkan fenomena global dari populisme yang berbasis pada fanatisme terhadap agama dan ras. Karena sifat dari kerumitan persoalan sosial baik di tingkat mikro maupun makro, yang memiliki keterkaitan erat satu sama lainnya, serta memiliki dimensi ruang dan waktu dalam konteks dan relevansi kesejarahannya, menuntut pemahaman saintifik bagi para pengambil kebijakan dalam struktur organisasi kepolisian.  
 
Sejarah perkembangan manusia menunjukkan bahwasanya peradaban dunia tidak berhenti akibat terjadinya peristiwa besar dalam kehidupan manusia. Baik peristiwa yang disebabkan oleh bencana alam, serangan wabah, bahkan peperangan sekalipun. Manusia adalah mahluk yang memiliki rasa sekaligus akal untuk menghadapi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, termasuk peristiwa berkembangannya wabah Covid-19 yang saat ini sedang melanda dunia. Mari kita sejenak kembali melihat catatan sejarah peradaban dunia. Dimana manusia selalu berhasil menemukan jalan keluar (the way out) dari hampir semua problem besar isu kesehatan sejak terjadinya wabah Justinian yang menyerang kekaisaran Romawi Timur dalam kurun waktu tahun 541 -- 542. 

Periode Black Death yang terjadi pada tahun 1347 - 1353, yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Yersinia Pestis yang menewaskan sepertiga masyarakat Eropa kala itu. Bahkan, menurut hasil riset para ahli dikemudian hari, bakteri ini menjadi "pembunuh" masyarakat Eropa selama lebih kurang 400 tahun. Sejarah dunia juga mencatat penyebaran virus Flu Spanyol di awal abad ke 20, yang menyebabkan kematian lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia. Virus Ebola yang mengisolasi Afrika, virus SARS yang mewabah di China, Taiwan, dan Hongkong pada awal tahun 2000. Avian Influenza (Flu Burung) H5N1, dan virus MERS yang menyerang negara Timur Tengah seperti Mesir, Oman, Qatar, Saudi Arabia pada tahun 2012 lalu.

Mengatasi suatu krisis menjadi tugas yang paling berat bagi seorang pemimpin. Apalagi jika keputusan yang harus diambil tidak didukung oleh data dan informasi yang akurat. Situasi yang demikian akan sangat mempengaruhi kualitas dari keputusan seorang pemimpin. Lalu pertanyaannya, bagaimana sikap kepemimpinan (leadership) dalam menghadapi tekanan dari ketidakpastian (uncertainty) ? Dalam segala situasi, baik yang terjadi dalam kondisi normal maupun kritis, seorang pemimpin dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat dan tepat (cocok) untuk kepentingan masyarakat dan negara. Pengambilan keputusan strategis disaat menghadapi krisis memerlukan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, keberanian dalam mengambil resiko, serta dukungan data dan informasi yang akuntabel dan transparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun