Aktivitas bisnis berasal dari kegiatan organisasi mengolah barang dan jasa, lalu ditawarkan kepada pelanggan menggunakan identitas berupa merek. Kaitannya dengan kecerdasan emosional adalah dari proses interaksi internal ke arah interaksi eksternal, berkesinambungan satu sama lain.
Layanan memuaskan yang dialami pelanggan akan memberikan kesan dan pengalaman bagus. Pelanggan menilai jika merek produk dan pelayanan yang diberikan baik seusai ekspektasi, urutan logika semacam ini berdampak positif terhadap citra perusahaan (company image), citra merek (brand image) dan kepuasan pelanggan.
Pelanggan memiliki banyak pilihan, jika mereka tidak merasa puas, produk dan layanan akan ditinggalkan begitu saja. Pelanggan mengingat dan percaya karena produk berguna, pelayanan memuaskan, nyaman dan layak digunakan.Â
Tak akan memalukan jika pelanggan bercerita mengenai pengalamannya itu kepada rekan lainnya, sehingga terdorong ikut tertarik menggunakan produk dan layanan yang ditawarkan.
Konsep lima kategori kecerdasan emosional versi Daniel Goleman sangat mungkin diterapkan dan berguna bagi perkembangan bisnis menyiasati ketatnya persaingan usaha. Karena pelanggan dan rekan kerja yang dihadapi adalah manusia dan memiliki aspek emosi.
Guna mengoptimalkan dan membangun kultur kecerdasan emosional di tempat kerja, pelatihan bagi para pekerja bisa dilaksanakan. Konsep dasarnya berupa budaya organisasi lantas diberlakukan di seluruh lini organisasi, tanpa terkecuali.
Jangan berharap banyak jika para petinggi hanya berbicara tentang kecerdasan emosional tanpa memberikan contoh nyata, itu semua hanya akan menjadi slogan belaka atau omong kosong. Memang seharusnya membangun kekompakan tim kerja untuk tujuan bisnis, ego sektoral harus dikesampingkan.
***