Proses produksi dan pengemasannya memang tidak sebaik minyak goreng kemasan, belum lagi maraknya kasus minyak goreng curah hasil daur ulang yang berasal dari minyak bekas pakai.
Kerisauan pemerintah terhadap kesehatan warga negara sejatinya adalah bentuk kepedulian, terlebih lagi minyak goreng tergolong salah satu komoditas pangan utama, maka penggunaan minyak goreng yang higienis dan lebih sehat pun diupayakan agar dikonsumsi.
Hal ini menyebabkan kandungan lemak dan asam olet di minyak goreng kemasan lebih rendah jika dibandingkan minyak goreng curah. Dan jika diperhatikan minyak goreng kemasan warnanya cenderung lebih jernih. Dan dalam masalah distribusi tingkat sanitasi serta kebersihan minyak goreng kemasan lebih terjamin.
Tiga faktor utama di atas memang terkait dengan urusan kesehatan, namun masalahnya kualitas minyak goreng kemasan yang dikatakan lebih baik tentunya dalam hal harga lebih mahal jika dibandingkan minyak goreng curah.Â
Pada akhirnya menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat karena sangat terkait dengan faktor daya beli.
Pro dan Kontra di Kalangan Masyarakat
Jika memperhatikan gaya hidup di negara maju, masyarakat di negara-negara tersebut sangat peka dalam hal kebersihan dan kesehatan. Kepedulian masyarakat terhadap masalah ini juga berhubungan dengan peredaran bahan pangan yang sangat layak dikonsumsi dan menyehatkan.
Minyak goreng dengan kemasan curah tidak akan pernah ditemui di negara maju, karena bahan pangan seperti itu dianggap tidak layak konsumsi.Â
Kebersihan dan keamanan bahan pangan menjadi sangat diperhatikan. Membayar harga lebih mahal tidak menjadi masalah karena kesehatan lebih penting.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia yang sudah menyadari pentingnya arti kesehatan, penggunaan minyak goreng kemasan dengan harga sedikit lebih mahal sudah bukan masalah lagi, anggapan biaya berobat lebih mahal dari pada mencegah penyakit betul adanya.Â