Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Masyarakat Kelas Menengah dalam Kisaran Ekonomi

9 Februari 2019   13:22 Diperbarui: 10 Februari 2019   10:50 19880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: blackyouthproject.com

Jika anda mendengar nama Matt Groening apa yang akan terlintas di dalam benak? Mungkin bagi sebagian orang Matt Groening dikenal sebagai orang Amerika pencipta serial kartun The Simpsons. Ya itu memang benar, Matt Groening telah sukses menjadikan The Simpsons sebagai serial kartun favorit di Amerika Serikat sejak tahun 1989 sampai saat ini. 

Berbicara mengenai The Simpsons, sesungguhnya serial ini menyuguhkan komedi satire dibalut dengan berbagai kritik terhadap kondisi sosial ekonomi Amerika Serikat, dari perspektif golongan masyarakat mayoritas di Amerika Serikat, yaitu kelas menengah. 

Tontonan ini menjadi menarik karena dianggap kerap kali menyuarakan kritik, opini atau unek-unek masyarakat kelas menengah, tentunya disertai dengan humor dan parodi menggelitik.

Amerika Serikat merupakan negara dengan fundamental ekonomi yang mendorong terciptanya masyarakat kelas menengah dan sering kali dijadikan sebagai contoh ideal bagaimana masyarakat dapat menjalankan kehidupannya dengan aman, nyaman dan memiliki penghasilan sepadan untuk meniti masa depan yang lebih baik. Gambaran ini pada akhirnya melahirkan istilah American Dream, sebuah harapan untuk memiliki gaya hidup kelas menengah ala Amerika.

Ilustrasi: ejinsight.com
Ilustrasi: ejinsight.com
Pada masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan (1981-1989), istilah American Dream mulai dikenal, dan secara sederhana mendeskripsikan isi mimpi dari masyarakat kelas menengah Amerika bagaimana kelompok masyarakat ini memiliki kemapanan secara finansial, bekerja, dan mendapatkan penghasilan dari keahlian mereka. 

Lantas memenuhi kebutuhan hidup, menyisihkan pendapatan untuk simpanan masa depan serta mengeluarkan biaya untuk kesenangan atau hobi, seperti berwisata atau bersosialisasi dengan komunitas masing-masing.

Mengenal Masyarakat Kelas Menengah

Sebetulnya sudah banyak kajian dilakukan untuk mendefinisikan dan menganalisis apa itu kelas menengah dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian suatu bangsa. Ada baiknya jika kita menyimak definisi kelas menengah yang dipaparkan Asian Development Bank (ADB).

Tolok ukur ADB untuk mendefinisikan masyarakat kelas menengah adalah melalui jumlah uang yang dikeluarkan setiap harinya. Middle class atau kelas menengah masyarakat dengan pengeluaran per harinya sebesar $2 - $4, sedangkan untuk menengah ke atas sebesar $10  - $20. Tetapi nilai konversi mata uang dollar terhadap mata uang negara lain yang digunakan memperhitungkan purchasing power parity atau faktor keseimbangan kemampuan belanja.

Mungkin anda menjadi penasaran, lantas bagaimana dengan di Indonesia? Guna menuntaskan rasa penasaran tersebut, Boston Consulting Group (BCG) telah melakukan riset bahwa proyeksi masyarakat kelas menengah di Indonesia periode tahun 2012 sampai dengan 2020 adalah:

  1. Elite pengeluaran bulanan lebih besar dari Rp 7.500.000
  2. Affluent pengeluaran bulanan antara Rp 5.000.000 sampai dengan Rp 7.500.000
  3. Upper middle pengeluaran bulanan antara Rp 3.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000
  4. Middle pengeluaran bulanan antara Rp 2.000.000 sampai dengan Rp 3.000.000
  5. Emerging middle pengeluaran bulanan antara Rp 1.500.000 sampai dengan Rp 2.000.000
  6. Aspirant middle pengeluaran bulanan antara Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 1.500.000
  7. Poor middle pengeluaran bulanan lebih kecil dari Rp 1.000.000

Ilustrasi:ekonomi.kompas.com
Ilustrasi:ekonomi.kompas.com
Bambang Brodjonegoro selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional memperkirakan bahwa pada tahun 2045, masyarakat kelas menengah di Indonesia akan mencapai 200 juta jiwa. Hal itu dikarenakan meningkatnya pendapatan per kapita diprediksi naik dari US$3.378 menjadi US$19.794. Di samping itu, peringkat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di dunia dinilai akan naik dari peringkat 16 menjadi peringkat 8 pada 2045.

Masyarakat Kelas Menengah dan Ekonomi Nasional 

Mari kita telusuri hubungan antara masyarakat kelas menengah dengan ekonomi makro nasional. Jika kita berbicara bahwa seperti apa dampak aktivitas ekonomi masyarakat terhadap ekonomi makro, dalam sudut pandang sederhana, masyarakat kelas menengah ini memiliki penghasilan dan kemudian membelanjakan dana yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhannya. 

Artinya ada transaksi finansial, sehingga jika jumlah masyarakat kelas menengah ini cukup banyak dan memiliki kesamaan perilaku, maka akan terjadi perputaran dana yang berujung pada aktivitas ekonomi. Masyarakat memiliki daya beli dan perekonomian di negara tersebut berjalan dengan baik.

Masyarakat kelas menengah adalah komunitas dengan aktivitas transaksi yang paling banyak ditemui karena memiliki daya beli disertai dengan frekuensi tinggi. Hal ini tidak akan terlalu terlihat pada masyarakat kelas atas yang memiliki dana jauh lebih besar namun populasinya sangat terbatas, lain lagi dengan masyarakat kelas bawah yang justru berdaya beli rendah.

Dan perkembangan masyarakat kelas menengah menjadi salah satu indikator tingginya pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Karena dengan terciptanya masyarakat ini, sebetulnya telah terjadi pula peningkatan penghasilan, kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.

Ilustrasi: dbs.com
Ilustrasi: dbs.com
Tak dapat disangkal kondisi ini merupakan sebuah mata rantai utuh, proses berkesinambungan dari hulu ke hilir. Pemerintah yang tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya secara langsung tidak akan memiliki catatan baik dalam hal pengelolaan ekonomi negara.

Masyarakat memiliki penghasilan karena terciptanya peluang usaha dan adanya lapangan kerja. Hal itu dapat terjadi karena adanya stabilitas ekonomi yang berawal dari masuknya investasi serta penanaman modal baik lokal maupun asing, kemudian memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja dan berusaha.

Daya beli masyarakat kelas menengah menjadi peluang bagi kalangan pengusaha untuk menggarap potensi bisnis guna memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat ini. Karena ketika pendapatan dan kesejahteraan seseorang meningkat biasanya diiringi juga dengan semakin banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Perluasan bidang usaha dari para konglomerat dengan sendirinya juga membuka lapangan kerja dan akan semakin lebih banyak menyerap tenaga kerja masyarakat.

Kontribusi dari transaksi masyarakat kelas menengah telah terbukti sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, karena dengan terdongkraknya konsumsi rumah tangga, maka pendapatan pajak juga akan meningkat, sehingga menjadi pendukung kuat tata kelola yang lebih baik, memberi pendapatan lewat pajak yang diperlukan untuk menyediakan layanan umum seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.

Ilustrasi: asiancorrespondent.com
Ilustrasi: asiancorrespondent.com
Tetapi untuk mendorong pertumbuhan masyarakat kelas menengah, pemerintah juga harus serius dalam merancang konsep perencanaan pembangunan dan ekonomi. Diperlukan adanya infrastruktur yang memadai, kemudahan dan kepastian hukum bagi para investor, itu semua dapat dilakukan jika aparat negara dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik dan profesional.

Hal utama lain yang perlu diperhatikan adalah kualitas sumber daya manusia, adanya terbukanya lapangan kerja tentu harus diimbangi dengan tersedianya tenaga kerja dengan kompetensi dan keahlian yang mumpuni. Bidang pendidikan dan pengembangan karakter harus secara serius dibenahi serta dipersiapkan agar kualitas sumber daya manusia dapat bersaing.

Konsumsi Masyarakat Kelas Menengah

Tren perkembangan masyarakat kelas menengah bersifat global, Earnst & Young (EY) memperkirakan pada tahun 2030, 2 per 3 dari masyarakat kelas menengah hidup dan tinggal di Asia Pasifik. Perkembangan ini semakin mendorong konsumsi rumah tangga, seperti properti, barang elektronik, perhiasan, dan kebutuhan wisata.

Jika mempersoalkan mengenai kebutuhan pokok, tentunya urusan properti menjadi hal penting. Rasanya setiap orang ingin memiliki rumah, dan bukankah kita memang membutuhkan itu? Kelas menengah dengan penghasilan yang dimiliki tentunya juga berpikir untuk membeli tempat tinggal, kemudian kebutuhan kendaraan. 

Berikutnya adalah soal pangan. Industri kuliner saat ini telah berkembang dengan pesat, berbagai makanan dan minuman berikut varian rasa semuanya tersedia. Masyarakat semakin gemar untuk mencoba jenis kuliner baru.

Sedangkan soal pakaian, tren fashion nampaknya tetap dinamis. Tetapi yang menarik untuk disimak adalah perilaku masyarakat kelas menengah yang menyukai barang bermerek. Bagi mereka gaya menjadi hal untuk menunjukkan keberhasilan dan kemakmuran mereka disamping memiliki properti. Harga nampaknya menjadi perihal relatif, karena adanya sistem cicilan melalui penggunaan kartu kredit. 

Menurut riset Deloitte, pengeluaran untuk urusan fashion menjadi prioritas ke-3 untuk masyarakat dengan pengeluaran Rp2-3 juta, yakni sebesar 11% dan 9% untuk masyarakat yang pengeluarannya Rp3-5 juta. 

Artinya, individu yang masuk kelompok Rp2-3 juta akan membelanjakan uangnya sebesar Rp220-330 ribu per bulan untuk pakaian. Sedangkan masyarakat dengan kelompok Rp3-5 juta akan membelanjakan uang sebanyak Rp270-450 ribu per bulan.

Ilustrasi: china-certification.com
Ilustrasi: china-certification.com
Konsumsi lainnya adalah untuk bidang pendidikan dan kesehatan, semakin tinggi kesejahteraan masyarakat maka kesadaran terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan ikut tumbuh. 

Contohnya adalah orang tua yang memiliki penghasilan cukup tinggi akan memilih sekolah yang dianggap bagus kualitasnya, dengan biaya lebih besar tentunya. Lalu terkait kesehatan, hal tersebut juga sama, saat ini sangat banyak rumah sakit dan layanan kesehatan menawarkan jasanya kepada masyarakat, bahkan sampai untuk urusan kecantikan.

Masyarakat kelas menengah juga memikikan masa depannya, sehingga saat ini tidak aneh jika produk finansial atau investasi sangat marak ditujukan bagi masyarakat umum. Pelaku industri finansial menyadari bahwa masyarakat kelas menengah di Indonesia sebetulnya memiliki dana simpanan yang mumpuni untuk digarap pasarnya.

Tentunya kebutuhan hiburan dan rekreasi juga tak terlupakan. Bukankah acara semacam travel fair dan festival musik dalam beberapa tahun belakangan ini bukan hal sulit ditemui di Indonesia. Kondisi ini sebetulnya menjelaskan bahwa daya beli masyarakat kelas menengah di Indonesia masih cukup baik, hanya pilihan mereka untuk menentukan prioritasnya terbagi.

***

Masyarakat kelas menengah memang identik dengan kemapanan dan kenyamanan hidup, hanya saja bagaimana pun perlu diingat bahwa pada dasarnya berbagai kemapanan dan kenyamanan jangan sampai menjadi bumerang dan membuat orang menjadi lupa diri, melupakan kodratnya sebagai manusia. 

Harus selalu mawas diri dan senantiasa ingat kepada sesama manusia yang masih berkekurangan serta rasa syukur Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun