Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"That's Why Banking Is So Boring"

26 Januari 2018   21:08 Diperbarui: 28 Januari 2018   13:19 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: careermastered.com

Malam hari di salah satu sudut kota Bangkok, Thailand, sehabis mengunjungi sebuah kafe kecil, saya bersama beberapa rekan bermaksud untuk menyaksikan pertunjukan khusus dewasa yang dikenal dengan The Thai Girl Show. Pertunjukkan tersebut memang diperuntukan khususnya bagi para turis asing dewasa, menyaksikan tarian para wanita Thailand. Kamera serta peralatan elektronik menjadi hal yang tabu di ruang pertunjukan yang penuh sesak dengan turis asing. Pengunjung hanya diperkenankan melihat dan merekam semua pertunjukan dalam ingatan. 

Namun bagi saya pertunjukan tersebut walaupun  mempertontonkan erotisme, justru saya merasa terhibur karena kelucuan aksi panggung para wanita tersebut. Karena pertunjukan memang memadukan unsur komedi. Dan kemudian saya menyadari apa yang saya beli dan saksikan bukan hanya sekadar tiket masuk dan pertunjukan dewasa, melainkan saya membeli sensasi yang dijual melalui pertunjukan dewasa tersebut dan saya mendapatkan pengalaman setelah menyaksikannya.

Saya sengaja menceritakan pengalaman yang  agak liar, karena saya mencoba untuk membahas konsep pemasaran di perbankan dari perspektif yang agak berbeda, istilah kerennya out of the box. Karena saya merasa konsep dan gaya perbankan yang kaku, membosankan. Mohon maaf jika saya berkata jujur mengenai perasaan saya ini.

Seperti kita ketahui dan sudah berulang saya singgung bahwa perbankan merupakan industri yang persaingannya ketat dengan produk serta layanan yang ditawarkan kepada nasabah kurang lebihnya mirip. Lantas dengan kondisi itu semua bagaimana kita harus menjual jika produk dan layanan kita tidak memiliki daya tarik? Jika anda berpikir produk ditawarkan dengan bunga yang menguntungkan, disertai dukungan teknologi perbankan untuk bertransaksi seperti ATM atau Internet Banking, lantas menawarkan berbagai hadiah atau mungkin dengan embel-embel pelayanan. Lupakan! Semua Bank pada saat ini menawarkan hal yang sama.

Bagi saya, itulah yang membuat perbankan menjadi sangat membosankan. Karena dari aspek brandvalue dan brand image, untuk bank kecil dan menengah jelas kalah. Mayoritas masyarakat pasti lebih mengenal bank dengan jangkauan jaringan yang luas, dan akhirnya masyarakat cenderung pula memilih produk dan layanan yang ditawarkan bank besar. Sekali lagi produk dan layanan yang ditawarkan Bank kecil dan menengah sulit untuk mendapatkan minat dari masyarakat luas secara langsung. Kecuali anda menciptakan sesuatu yang berbeda sehingga menarik minat masyarakat, atau setidaknya di awal berhasil menarik perhatian calon nasabah.

Diferensiasi

Definisi dari diferensiasi produk (atau jasa) menurut Edward Chamberlin adalah proses pembedaan suatu produk atau jasa untuk membuatnya lebih menarik terhadap suatu target market tertentu.

Perlu untuk membuat adanya pembeda sehingga produk dan layanan anda menjadi unik dan menarik perhatian calon nasabah. Jika produk dan layanan yang dikembangkan hanya menggunakan mantra copy, pastedan special value dari bank lain dimana produk dan layanan tersebut sudah dirilis, lupakan. Karena anda akan menjadi follower dimana produk dan layanan anda hanya akan berada di bawah bayang-bayang  kesuksesan suatu produk atau layanan lain.

Pada tahun 2007, saya pernah mengerjakan proyek sistem penerimaan transaksi pembayaran uang sekolah di salah satu bank kelas medioker. Saat itu rencana perilisian sistem akan dilakukan bersamaan dengan produk tabungan pelajar. Saya bertanya mengenai konsep dari tabungan pelajar tersebut. Ternyata konsepnya tidak ada perbedaan dengan bank lain. Kemudian saya mengusulkan ide, agar design buku tabungan dan kartu ATM serta media promosi menggunakan pendekatan konsep manga alias komik Jepang. 

Mengingat mangamerupakan tren yang digandrungi pelajar. Saya mencoba mengusulkan ide ini karena belum ada bank yang menggunakan konsep manga waktu itu. Dan hasilnya, saya bersyukur, ide saya tidak digubris. Konsep produk pelajar akhirnya dirilis dengan gaya kaku, tidak menarik dan seadanya, sama seperti bank lainnya. Dan akhirnya produk tersebut hanya menjadi omong kosong.

Lagi-lagi saya mendapati kenyataan, konsep produk bank dirancang dengan begitu membosankan. Tanpa diferensiasi, di era persaingan yang serba ketat, produk dan layanan yang ada berikan hanya akan menjadi angin lalu. Tetapi sampai saat ini saya masih mendapati produk dan layanan yang dikembangkan dengan mantra copy, pastedan special value, terutama dari design di "bank sebelumnya."  Sangat minim inovasi, sekali lagi membosankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun