Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"The Price of Trust"

20 Januari 2018   21:12 Diperbarui: 21 Januari 2018   00:11 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumbe foto: mscareergirl.com)

Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendirian, pada hakekatnya manusia pasti perlu berinteraksi, dan pada kenyataanya manusia membutuhkan lingkungan sosial untuk menjalin hubungan dengan sesama manusia. Jika anda pernah menyaksikan film Cast Away yang dibintangi aktor  watak Tom Hanks, anda dapat menyaksikan bagaimana kondisi orang yang hidup terdampar sendirian terasing di suatu tempat. Sangat menyedihkan.

Sifat manusia adalah mahluk sosial, perlu berinteraksi, harus berkomunikasi dan bersosialisasi. Dan intinya menjalin hubungan. Dasar menjalin hubungan dalam ruang lingkup apa pun, baik hubungan anak dan orang tua, suami dan istri, maupun antar rekan kerja, semua dilandasi satu hal, yaitu kepercayaan.

Kepercayaan merupakan aspek yang sudah sangat melekat dalam kehidupan manusia, bahkan seluruh ajaran religi yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan didasari oleh rasa percaya. Kepercayaan itu sendiri berjalan beriringan dengan waktu, sepanjang hikayat dunia ini berlangsung, maka aspek kepercayaan juga terus mengikuti.

Saya tertarik membicarakan mengenai hubungan manusia dengan sesamanya, tentu saja berdasarkan rasa percaya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa untuk membangun kepercayaan itu membutuhkan proses dan waktu yang panjang, tetapi untuk merusak kepercayaan hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat, dan untuk memperbaiki kepercayaan yang telah rusak ternyata membutuhkan waktu dan usaha yang seterusnya. Saya rasa pepatah itu mengajarkan hal yang benar.

Saya menemukan sebuah kisah nyata mengenai hubungan antar rekan kerja mengenai kepercayaan yang seharusnya melandasi  terbentuknya tim kerja yang solid, tetapi menurut saya kisah ini sangat menyebalkan walaupun ada pelajaran yang patut kita ambil nilai positifnya. Berikut kisahnya secara singkat yang pernah dituturkan seseorang kepada saya.

Suatu hari ada seseorang  (sebut saja X) yang menawarkan proyek di suatu perusahaan kecil kepada rekan kerjanya (sebut saja Y). Sebetulnya orang yang menawarkan proyek ini juga orang yang telah dikenal lama dan sudah sering bekerja sama, sudah saling mengetahui karakter dan memang saling percaya (termasuk dalam meminjam uang, karena X adalah orang yang selalu butuh uang, entah untuk apa).

Akhirnya mereka sepakat untuk mengerjakan proyek ini, nilainya tidak banyak hanya sekitar 40 juta rupiah. Dan pada awalnya mereka sepakat pula untuk saling membantu. Mereka bertemu dengan Direktur di perusahaan tersebut dan menyepakati pula metode pengerjaan proyek tersebut. Dimulailah proyek tersebut. X akan mengerjakan proyek tersebut dari luar perusahaan dan Y dari dalam perusahaan, rencananya X dan Y akan berkolaborasi dan bertukar informasi. Dan X memang awal memberikan dokumen dan data-data yang diperlukan secara umum, karena konsep teknisnya belum dapat diproses X (dikerjakan dari luar, mengharapkan konsep teknis dengan hasil yang akurat, sangat ngawur). Y pun menerima dan menganalisa.

Namun X ini mulai bertingkah, melakukan metode yang tidak akurat, hanya berdiskusi dengan pihak-pihak yang tidak langsung terjun di lapangan dan memang gambaran yang diperoleh pun menjadi tidak sesuai. X tidak melibatkan Y, dan setiap kali datang bertemu dengan Y tingkahnya terlihat arogan, bahkan arogansi melebihi sikap pemiliki perusahaan. Sedangkan Y memang orang yang acuh dan hanya menganggap sikap X itu sebagai lagak anak kecil saja. Tetapi Y memang merasa metode X ini tidak sesuai, dan Y bersikap profesional dengan melakukan pendekatan kepada pihak-pihak terkait di lapangan, sehingga hasilnya jauh lebih akurat. X yang bersikap selalu arogan dan berkata asal-asalan di depan banyak orang mengenai privasi Y pada akhirnya membuat Y menjadi jengah. Rasa kepercayaan dan hubungan baik pun mulai retak. Akhirnya Direksi memutuskan hasil kerja Y yang dipakai dan hubungan kerja X diputus. Tentu saja hubungan kedua manusia ini menjadi saling berseberangan, dan X mengobral omongan mengenai uang 40 juta rupiah yang semestinya dia peroleh. Membingungkan, kerja asal  dan serampangan tetapi merasa benar dan tetap tak tahu diri. Tetapi terbukti X memang trouble maker, banyak dijauhi oleh rekan-rekannya juga.

Pelajaran dari kisah nyata di atas bagi saya adalah nilai sebuah kepercayaan sangat mahal, tidak bisa diukur dengan uang. Kepercayaan adalah hal yang perlu dijaga dengan baik. Y yang pada akhirnya memilih memutuskan hubungan dengan X karena sudah tidak ada lagi rasa percaya. Demi uang 40 juta rupiah sebuah kepercayaan musnah begitu saja. Kalau begitu apa harga diri X hanya senilai 40 juta rupiah saja? Entahlah.

Jika kita mendapatkan mandat yang merupakan kepercayaan, sebaiknya kita jaga. Karena kepercayaan merupakan modal yang sangat berharga bagi kita untuk menjalin hubungan dengan siapa pun. Menjadi orang yang dapat dipercaya akan menjadi nilai tambah bagi kita, sebaliknya bagi orang yang dengan gampang merusak kepercayaan, biasanya akan mendapatkan stigma yang buruk. Sekali lagi saya mengungkapkan bahwa harga dari kepercayaan itu sangat tinggi, tidak bisa dinilai dengan uang.

Uang bisa membeli barang tetapi tidak dengan kepercayaan, karena bisa saja ketika sudah tidak ada lagi uang, orang-orang yang sebelumnya mengekor satu persatu mulai meninggalkan sang majikan. Tetapi bagi orang yang berpegang pada rasa percaya, memahami arti dan nilai dari kepercayaan itu, orang tersebut akan senantiasa loyal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun