Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Non Scholae Sed Vitae Discimus"

31 Desember 2017   12:29 Diperbarui: 31 Desember 2017   12:45 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi : etsy.com)

Ada pandangan yang mengungkapkan bahwa kampus modern yang teroganisir pertama kali yang tercatat dalan sejarah didirikan oleh Plato di luar tembok kota Athena pada tahun 387 SM, dikenal sebagai Akademi Plato. Sejarah menceritakan Akademi Plato merupakan wadah bagi para intelektual di jaman kuno untuk berkumpul dan belajar secara mandiri, memberikan ruang kebebasan bagi para mahasiswa untuk berpikir dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Salah satu tokoh terkenal yang menimba ilmu di Akademi Plato adalah filsuf Aristoteles. Dari Akademi Plato ini kemudian muncul istilah akademik yang sampat saat ini digunakan di dunia pendidikan.

Ingatan saya tentang sekolah bukan sebagai tempat belajar yang hanya duduk di kelas dan membahas berbagai teori yang membingungkan serta membosankan, saya lebih mengingat sekolah sebagai wadah berkumpul, bercanda, bermain dan beraktivitas secara bebas dan menyenangkan. Tetapi saya tetap menyadari bahwa sekolah merupakan hal yang penting, penting untuk mengais pendidikan yang membangun karakter manusia dan wawasan mengenai kehidupan.

Selama sekolah saya sedikitpun tidak memiliki cita-cita untuk berkarir di perbankan, tetapi akhirnya saya malah tersesat di dunia perbankan. Dan ketika menjadi pengajar untuk program pelatihan development program dimana pada pesertanya adalah personel yang baru lulus dari perguruan tinggi, saya selalu bertanya latar pendidikan dari setiap peserta pelatihan. Ternyata cukup menarik, sangat beragam, ada yang berasal dari fakultas ilmu olahraga, matematika, teknik kimia, jurnalistik, dan banyak lagi. Mereka semua masuk dalam industri yang berbeda dengan latar pendidikan selama menempuh ilmu di perguruan tinggi, mereka semua memilih untuk mencoba berkarya di dunia perbankan. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan pilihan itu, bukankah hidup itu sendiri adalah sebuah pilihan yang memang harus ditentukan? Setiap orang memiliki alasannya masing-masing untuk menempuh jalannya sendiri.

Bagi saya latar belakang pendidikan tidak terlalu penting untuk memulai karir di perbankan, yang lebih penting adalah keinginan dari setiap individu untuk kembali belajar dari dasar  mengenai perbankan, saya selalu mengatakan kepada para peserta pelatihan untuk melupakan berbagai hal yang mereka pelajari di perguruan tinggi, berfokus pada hal-hal yang akan dipelajari dan cukup mengenang perguruan tinggi sebagai tempat berkumpul, bersosialisasi, berdiskusi serta mengemukakan pendapat.

Non scholae, sed vitae discimus(kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup). Ungkapan yang dikemukakan oleh filsuf  Romawi, Lucius Annaeus Seneca (4 SM -- 65 M) sangat menarik, karena sesungguhnya pengalaman hidup adalah pendidikan utama dari setiap orang untuk belajar menjalani hidup itu sendiri.   Sekolah dan universitas atau lembaga pendidikan apapun yang pernah kita ikuti merupakan sebagian kecil dari pendidikan. Sekolah dengan segala kurikulumnya merupakan media bagi setiap orang untuk belajar mengenai teori dan konsep, serta mengenal pola dari semua bidang keilmuan. Kemudian di sekolah kita mulai belajar untuk memecahkan persoalan dari setiap masalah yang ditemui, gambaran besar yang saya maksud di sini adalah mencari solusi yang terbaik.

Sekolah merupakan tempat seseorang untuk memulai mengenai lingkungannya selain dari rumah dan keluarga, sehingga di sekolah mereka mulai bersosialisasi dan dibantu untuk membentuk karakter dan kepribadiannya. Dimana seseorang dapat bertemu dengan orang lain dengan segala perbedaan dan keunikan, dan akhirnya dapat saling bertukar pandangan, menghargai pendapat serta keberadaan orang lain di suatu lingkungan. Inilah yang diharapkan menjadi awal dari pendidikan karakter.

 Harapannya adalah setelah kita mempelajari semua hal tersebut dapat mengembangkan konsep dan pola apapun yang bermanfaat. Saya lebih merasa nyaman bahwa sekolah merupakan salah satu tempat untuk mengembangkan kerangka berpikir seseorang serta kreativitasnya. Bukan sebaliknya, dimana seseorang akhirnya terpaksa untuk mengunci kreativitas dan kerangka berpikirnya, karena harus mengikuti sistem yang justru mematikan potensi diri yang semestinya tergali. Sehingga apa yang dipelajari di sekolah diharapkan menjadi bekal bagi seseorang untuk dapat mengenal masalah, dapat menganalisis penyebab masalah tersebut serta mencari solusi yang terbaik. Galileo Galilei mengungkapkan, "Kita tidak bisa mengajari orang apapun. Kita hanya bisa membantu mereka menemukannya di dalam diri mereka."

Socrates mengungkapkan, "Kehidupan yang tidak teruji adalah kehidupan yang tidak bernilai." Kita akan terus belajar dari setiap persoalan yang diajarkan kehidupan. Siklus belajar dalam kehidupan akan terus berlanjut alias tidak pernah berhenti, karena kehidupan itu dinamis dan penuh berbagai hal. Diperlukan keseimbangan dalam menyikapinya, jangan kita merasa puas apalagi sombong ketika mencapai suatu tahap yang lebih tinggi, tetapi juga jangan kita memandang rendah terhadap orang-orang yang ada di bawah kita. Karena setiap proses yang dilakukan oleh semua orang memiliki tingkat kesulitannya sendiri yang baru kita ketahui setelah kita menjalaninya. Jadilah diri kita sendiri dan berkarya secara positif bagi keluarga dan masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun