Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semalam Aku Menangisi Bapak

15 November 2015   10:45 Diperbarui: 16 November 2015   19:15 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semalam aku bermimpi tentang Bapak. Tidak biasanya. Padahal Seringkali mimpiku hanya berisi hal-hal tak jelas. Bahkan kosong. Karena tak ada yang bisa ku ingat sedikitpun. Hanya lewat.

Aku menangisi kepergian Bapak untuk bekerja. Bapak bilang kali ini ia tidak akan pulang. Pekerjaannya seolah menuntutnya untuk tidak kembali. Pekerjaannya apa? Entahlah itu tak jadi penting. Lagipula sebagaimana kau tahu, dalam mimpi kau hanya sekedar tahu - tak ada penjelasan.

Aku yang memang tak terlalu akrab dengan Bapak, lantas menangis sejadi-jadinya. Aku jelas sayang Bapak dan Bapakpun demikian padaku. Hanya saja memang hubungan kami tidak biasa. Aku dan bapak tidak biasa bertukar ucapan sayang. Kami lebih banyak diam. Diam kami yang saling mengasihi. Diam kami yang saling memeluk. Diam kami yang saling khawatir dan diam kami yang saling merawat masing-masing. Kami seperti orang bisu. Mencintai tanpa kata-kata.

Semalam aku benar-benar menangisi Bapak. Bukan karena kepergiannya, itu sudah terlalu sering. Lagipula ia akan kembali. Tapi karena Bapak bilang aku tak harus menunggunya lagi. Aku tak bisa menahan kepergiannya karena ia hanya pergi bekerja. Namun aku juga tak bisa membiarkannya karena - ia bilang - ia akan mati. Bukankah semua perasaanmu akan berteriak-teriak. Namun apa jadinya jika aku tak biasa berteriak kepada bapakku. Maka aku menangis sejadi-jadinya.

Apa kau pernah menangis sejadi-jadinya? Jika pernah, kau pasti tahu bagaimana dalamnya perasaanmu pada orang yang kau tangisi itu. Hatimu akan mengharu biru. Ruang dadamu akan terasa menyempit dan Nafasmu menjadi sesak. Tangisanmu menguras - mengeluarkan semua hal-hal tentangnya yang selama ini hanya bisa mengendap. Kau menangisi banyak penyesalan.

Saat kau menangis sejadi-jadinya. Kau tak lagi bisa memikirkan mukamu yang (akan) terlihat jelek. Bahkan saat ingusmu berceceran sampai kemulut. Kau benar – benar tak perduli. Lewat tangisanmu - Kau hanya ingin bilang betapa kau sangat mencintainya. Lewat air matamu – kau hanya ingin menyatakan betapa melimpahnya kasih sayangmu padanya selama ini. Level tangisanmu menunjukan seberapa berartinya bagimu - orang-orang yang kau tangisi itu.

Namun bagaimana jika kau menangis (sejadi-jadinya) tanpa mengeluarkan air mata. Bagaimana jika kau menangis (sejadi-jadinya) tanpa mengeluarkan suara rengekan yang sangat keras. Bagaimana jika kau menangis (sejadi-jadinya) tanpa mimik muka yang jelek. Tanpa ceceran cairan ingus. Apa itu berarti tangisanmu tidak sungguh-sungguh. Tidak sejadi-jadinya?

Bagaimana jika aku menangisi Bapakku saat aku tertidur? Disana tidak ada air mata, suara rengekan, muka yang jelek dan cairan ingus. Apa itu juga berarti tangisanku tidak sungguh-sungguh? Tidak sejadi-jadinya? Apa itu tidak berarti bahwa aku begitu menyayangi Bapakku? Tangisan itu mungkin tidak berarti apa-apa karena hanya terjadi didalam mimpi. Kalau memang demikian. Kenapa saat aku terbangun aku merasa telah kehabisan air mata. Dan hatiku terasa seperti air danau Baikal-Siberia dimusim salju. Dingin dan membeku.

 

Depok, 15 Nopember 2015

Untuk Bapak. Aku kangen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun