Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masa Lalu yang Tumbuh di Halaman Rumah

5 Februari 2016   10:15 Diperbarui: 9 Februari 2016   16:39 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empat tahun kita bersahabat, melewati hari-hari kuliah bersama. Bagas, ternyata kita sama-sama menyukai sastra inggris. Kau ingat saat pertama kali kita berkenalan? Waktu itu kita dan teman satu kelas lainnya terlihat antusias mengangkat tangan ketika kakak panitia ospek menanyakan; siapa saja yang ingin mendapatkan beasiswa ke negara Inggris? Kau masih ingat? lucunya hanya kita berdua yang memilih Birmingham saat kembali ditanya di kota mana tepatnya kita ingin melanjutkan pendidikan nantinya. 

Aku dan kamu pasti punya alasan masing-masing kenapa memilih kota tersebut. Namun saat itu kita hanya saling pandang dan bertukar senyum. Kemudian kau melihat ke arah kertas karton bertuliskan namaku yang menggantung di dada. Akupun demikian padamu. Saat itu kita memang belum saling sapa,  namun setidaknya kita sudah saling memperhatikan.

Bagas, apakah kau juga masih ingat? Saat itu kau satu-satunya orang yang datang memberikan pertolongan padaku. Pagi-pagi sekali aku tersedak, nafasku hampir putus karena sarapanku menyangkut di tenggorokan. Kau memberikanku sebotol air mineral. 

Kau menertawai aku. Jujur saja sebenarnya aku hanya salah menafsirkan tugas yang diberikan oleh kakak-kakak panitia ospek. Namun setelah kupikir-pikir sebenarnya aku betul juga. Saat mereka bilang kita harus membawa sekepal nasi hitam, aku benar-benar membawanya, Bagas. Justru kalianlah yang salah. 

Aku sempat berpikir panjang tentang salah satu tugas ospek itu. Ya kau tentu saja tahu, seperti yang kau alami sendiri, bahwa tugas-tugas ospek memang selalu tersirat dan membingungkan. Mana ada nasi berwarna hitam jika itu tidak berasal dari beras ketan hitam, bukan? 

Aku mati-matian membela diriku. Aku berteriak - protes di depan kakak-kakak dan kalian semua; kalian bodoh, nasi goreng kecap itu berwarna cokelat bukan hitam! Dan yang kalian bawa itu bukan sekepal tapi satu piring. Namun sayangnya semua bergeming, tak ada yang menanggapiku serius. 

Ya untung saja, sebab aku memang hanya berteriak di dalam hati. Tak terbayangkan jika aku benar-benar melakukahnya di depan kalian. Kecuali aku sudah tidak waras dan menginginkan hukuman yang akan membuat hari-hari ospek makin menyebalkan. 

Protesku itu, sebatas unek-unek yang bergemuruh di dalam dada, yang membuat tenggorokanku menyempit hingga menyebabkan terjadinya insiden tersedak yang memalukan itu. 

***

Kata orang; Sejatinya persahabatan tidak terjalin diantara pria dan wanita, dalam hubungan mereka cuma ada dua kepastian, perasaan suka dan tidak suka. 

Bagas, aku tak tahu apakah kau pernah mendengar ungkapan itu. Jika belum, aku sangat berharap kau mendengarnya. Ingin sekali aku melihatmu mulai memikirkannya, memikirkan persahabatan kita ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun