Mohon tunggu...
Andri Sipil
Andri Sipil Mohon Tunggu... Insinyur - Power Plant Engineer

a Civil Engineer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ibu, Kenapa Kau Pergi?

5 November 2015   13:04 Diperbarui: 6 November 2015   15:03 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah dua minggu Lastri tidak berangkat kesekolah. Bukan karena tunggakan sppnya yang sudah 6 bulan belum terbayar. Tapi karena ibunya. Orang tua satu-satunya yang sudah renta itu mendadak tak bisa bangun dari tempat tidur. Ia sakit setelah terjatuh diladang jagung.

Dipondok reot itu, Mereka hanya tinggal berdua. Bapak Lastri meninggal setahun yang lalu. Lastri anak semata wayang. Mereka memungutnya saat Lastri masih bayi. Ia menangis didalam kardus. Ditengah ladang jagung. Mereka tak punya anak lagi. Mereka pasangan mandul. 

Lastri sekarang kelas 3 SMA. Sebentar lagi lulus. Ia bertekad ingin menjadi TKW di Malaysia. Ia ingin sekali mencari uang. Menghidupi ibunya. Menghidupi keluarga satu-satunya. Memiliki penghasilan yang jauh lebih baik dari hasil memanen ladang jagung yang tak seberapa itu. Kata tetangga menjadi TKW bisa membuat keluarganya lebih makmur. 

***

Namun lastri mengurungkan niatnya untuk ke Malaysia. Ia tak tega meninggalkan ibunya sebatangkara. Hidup dalam usia renta. Badannya sudah bongkok. Pandangannya mulai kabur dan ingatannya beranjak ngawur. Ia memutuskan Lebih baik disini. Merawat ibunya. Merawat kebun jagung milik Bapaknya. Kembali bersekolah. Meski ia harus bersusah payah untuk menamatkannya. 

Dalam lamunan. Lastri kadang tenggelam. Ia tentu sedih melihat kondisi ibunya yang sudah lemah dan sakit-sakitan. Ia sering menangis diam-diam. Ia tak punya teman.

Diujung kekhawatirannya, ia menyimpan ketakutan yang amat dalam. Ketakutan yang harus dihadapinya. Bagaimanapun juga, ibunya pasti akan pergi meninggalkannya. Membuatnya hidup tanpa siapa-siapa. Ia akan menangis. Sendirian. Seperti saat masih didalam kardus. 

Lastri selalu berdoa pada Tuhan. Ia memohon agar ibunya dapat kembali sehat. Dan Tuhan tidak mengambilnya terlalu cepat. Lastri berjanji akan terus merawat ibunya. Sampai ia benar-benar siap ditinggalkan.

***

Suatu sore. Tanah kuburan masih basah oleh sisa-sisa air hujan. Udara begitu dingin dan sedikit berkabut. Nampak dari kejauhan orang-orang mengerumun disatu sudut. Seseorang baru saja dimakamkan. Tetangga dekat terlihat memapah tubuh perempuan berkerudung. Ia sangat lemah. Lemah karena kesedihan. Membuatnya tak kuasa berjalan.

Pemakaman telah selesai. Orang-orang kembali pulang. Perempuan terpapah itu berjalan diakhir kerumunan. Langkahnya tak rela meninggalkan. Ia ingin menangis namun tak kuasa mengeluarkan air mata. Ia kembali menoleh. Tatapan sembabnya menembus batu nisan. Seolah ia mendengar sebuah ucapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun