Mohon tunggu...
Andri Samudra Siahaan
Andri Samudra Siahaan Mohon Tunggu... Petani - Menulis salah satu metode perjuangan.

Petani dan Peternak, Alumni Teknologi Hasil Pertanian andrishn85@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewaspadai Ancaman Perpecahan dari Negara Prancis

1 November 2020   01:51 Diperbarui: 1 November 2020   02:08 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang demonstran memegang bendera Prancis. (firstpost.com)

Permasalahan prancis menjadi Hot isu saat ini. Negara Bebas ini menjadi sorotan bagi seluruh negara Muslim yang ada didunia.

Permasalahan ini dimulai dari  terbitnya karikatur  Nabi Muhammad dimajalah Charlie Hebdo, sebuah majalah satir yang beraliran kiri yang senang menampilkan karikatur yang menyinggung agama (teman-teman boleh search media ini, Ternyata media ini senang membuat karikatur menyinggung berbagai agama).

Dilansir dari The Signal, Charlie Hebdo meyakini bahwa freedom of speech atau kebebasan berbicara dalam jurnalistik tidak memiliki batasan apapun. Kemudian haruskah kebebasan dalam berbicara harus menyinggung dasar fundamental dari kepercayaan Umat Islam?

Tindakan  ini menyinggung  hati   umat Islam yang sangat meyakini bahwa Nabi Muhammad tidak boleh dilukis ataupun digambarkan. Alasannya sangat fundamental yang dapat dibaca disini. 

Pemahaman inilah yang menjadi sebuah masalah ketika Prancis sebagai negara bebas tidak menghargai salah satu keyakinan Umat Islam. Kebebasan boleh saja asal tidak menyinggung milyaran umat Islam didunia yang pada hakekatnya mengharamkan lukisan wajah Nabi Muhammad. 

Presiden Emanuel Macron pun sepertinya tidak dapat meredam permasalahan ini dan cenderung memberi dukungan dengan alasan kebebasan dalam berbicara, tanpa melihat norma agama dan susila dalam menyampaikan pendapat.

Alhasil kecaman pun berdatangan dari seluruh Negara Islam, termasuk Presiden Jokowi sebagai pimpinan Negara berpenduduk Islam terbesar didunia. Duta besar Prancis pun dipanggil untuk menyampaikan keberatan Indonesia atas pernyataan Macron.

Apa yang dilakukan oleh Pemerintah adalah sebuah tindakan yang tepat. Ini bukan hanya menyangkut tentang pengecaman atas tindakan media Charlie Hebdo yang menghina Umat islam, Akan tetapi juga wujud upaya mencegah terjadinya potensi transfer bibit kebencian dari Prancis ke Indonesia yang memiliki beragam agama kepercayaan.

Macron tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya seakan memicu penyebaran bibit kebencian diantara umat beragama didunia dengan bertopengkan kebebasan dalam berbicara.

Bibit kebencian itu pun mulai bertumbuh dan menimbulkan korban dinegara tersebut. Seorang Guru dibunuh ketika menunjukkan karikatur terbitan Charlie Hebdo dan gereja Notre-Dame yang bersejarah diserang oleh seorang  radikal. 

Benar saja apa yang disampaikan oleh Erdogan jika Prancis seakan menyerukan kembali Perang Salib. Haruskah bibit kebencian ini terus menyebar hingga keseluruh dunia termasuk Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun