Mohon tunggu...
Andri Samudra Siahaan
Andri Samudra Siahaan Mohon Tunggu... Petani - Menulis salah satu metode perjuangan.

Petani dan Peternak, Alumni Teknologi Hasil Pertanian andrishn85@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pria Punya Hak untuk Menangis

3 Juni 2020   16:51 Diperbarui: 3 Juni 2020   18:16 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menangislah bila harus menangis
Karena kita semua manusia
Manusia bisa terluka
Manusia pasti menangis
Dan manusia pun bisa mengambil hikmah

Sepenggal lirik air mata dari band Dewa yang dibesut Ahmad Dhani ini cukup populer di awal tahun 2000-an. Menangis merupakan suatu hal yang manusiawi dalam melepaskan emosi kesedihan. Adakalanya air mata harus menetes ketika kepedihan itu sudah tidak tertahan lagi untuk dipendam.

Mengeluarkan emosi dengan menangis adalah baik adanya. Tidak ada yang salah dalam meluapkan emosi dengan menangis. Melepaskan semua beban untuk dapat kembali fokus dalam bangkit dari keterpurukan yang baru diterima.

Ada pandangan yang tertanam dimasyarakat saat ini yang menurut saya salah yaitu "generalisasi air mata hanya milik perempuan". Seakan-akan menitikkan air mata hanya bisa dilakukan wanita dan terlarang bagi pria. 

Alhasil setiap lelaki yang menitikkan air mata selalu dianggap lemah. Ketahuilah pria! Hal itu malah membuat engkau terjajah di dalam emosi kesedihan, yang di mana metode penyelesaiannya telah dikuasai oleh kaum wanita. 

Dengan menangis wanita selalu menyelesaikan emosi kesedihannya dan di sisi lain pria yang menahan tangisnya harus memendam kesedihannya dan tetap terjajah dalam kesedihan. Stigma yang terbentuk di masyarakat membuat kaum pria gengsi untuk menangis.

Pria yang menangis selalu dianggap lemah dan itu berbahaya bagi kesehatan mental dan jiwa pria. Stigma itu yang membuat pria selalu berusaha menahan tangisnya. Jikapun sampai harus menangis itu hanya dilakukan dihadapan orang yang paling dipercayanya, jangan hina dia karena stigma yang ada di masyarakat membuat kehormatannya  dipertaruhkan melalui air mata.

Pria mungkin memiliki fisik yang lebih kuat dari wanita, Akan tetapi secara psikologis pria jauh lebih lemah dari wanita. Tanpa disadari pelampiasan emosi pria pun dilakukan melalui kekuatan fisiknya. 

Kekerasan dalam rumah tangga adalah salah satu pelampiasan emosi pria. Kenapa? Karena stigma masyarakat membuat mereka gengsi untuk menangis. Alhasil untuk melepas semua emosi kepedihan, mereka menyalurkannya melalui tindakan fisik yang berujung pada KDRT.

Hal yang seharusnya tidak perlu terjadi walaupun ada luka psikologi yang sangat dalam dari oknum tersebut. Pilihan pergi dan menjauh kemudian menangis  ditempat sepi lebih baik dari pada menggunakan kekerasan. 

Saya cukup terkejut ketika seorang sahabat mengupdate statusnya dengan mengatakan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun